Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@uinmadura.ac.id

Transformasi Tradisi Lama dalam Pembelajaran Bahasa

  • Diposting Oleh Achmad Firdausi
  • Jumat, 12 September 2025
  • Dilihat 145 Kali
Bagikan ke

Oleh: Dr. Moh. Hafid Effendy, M.Pd.

(Dosen Fakultas Tarbiyah dan Anggota Dewan Pendidikan Kabupaten Pamekasan)

Pembelajaran bahasa termasuk salah satu aspek penting dalam proses pendidikan yang berfungsi membentuk kemampuan komunikasi, berpikir kritis, serta membangun identitas budaya peserta didik. Dalam konteks ini, keberadaan tradisi lama yang diwariskan secara turun-temurun memiliki peran fundamental dalam memperkaya materi pembelajaran bahasa. Tradisi lama, seperti sastra lisan, peribahasa, tembang, cerita rakyat, dan pepatah, bukan sekadar peninggalan masa lalu, melainkan cerminan nilai, etika, dan pandangan hidup masyarakat. Namun demikian, kemajuan teknologi, perubahan sosial, dan tuntutan era globalisasi menuntut adanya transformasi agar tradisi lama tetap relevan, adaptif, dan fungsional dalam pembelajaran bahasa masa kini.

Transformasi tradisi lama dalam pembelajaran bahasa perlu dipahami sebagai upaya inovatif untuk mengintegrasikan unsur tradisional ke dalam pendekatan modern yang sesuai dengan karakteristik generasi pembelajar saat ini. Peserta didik saat ini tumbuh dalam lingkungan digital yang serba cepat, visual, dan interaktif, sehingga materi pembelajaran berbasis teks konvensional sering kali kurang menarik minat mereka. Dalam hal ini, tradisi lama yang awalnya bersifat lisan atau tekstual dapat dikemas ulang melalui media digital, seperti video animasi, podcast cerita rakyat, atau aplikasi interaktif yang memuat tembang dan peribahasa daerah. Dengan demikian, peserta didik dapat mengenal nilai-nilai budaya lokal sekaligus meningkatkan keterampilan berbahasa secara kontekstual dan menyenangkan.

Selain itu, transformasi tradisi lama juga perlu memperhatikan pendekatan pedagogis yang lebih partisipatif. Guru tidak hanya berperan sebagai penyampai pengetahuan, melainkan sebagai fasilitator yang mendorong peserta didik untuk mengeksplorasi, menafsirkan, dan mengontekstualisasikan tradisi lama tersebut dalam kehidupan mereka. Misalnya, siswa dapat diminta untuk menulis ulang cerita rakyat dengan bahasa mereka sendiri, mendiskusikan nilai moral dalam peribahasa, atau membandingkan makna tembang tradisional dengan lagu modern. Aktivitas semacam ini tidak hanya melatih keterampilan berbahasa, tetapi juga menumbuhkan kesadaran budaya, empati sosial, dan kemampuan berpikir kritis.

Transformasi ini juga memiliki dimensi ideologis, yaitu sebagai upaya melestarikan warisan budaya bangsa di tengah arus homogenisasi budaya global. Pembelajaran bahasa yang mengangkat unsur tradisi lama dapat menjadi benteng identitas lokal sekaligus jembatan menuju pemahaman lintas budaya. Dengan memadukan unsur tradisional dan modern, pembelajaran bahasa tidak terjebak dalam dikotomi lama versus baru, melainkan membentuk ruang dialog yang dinamis antara keduanya. Melalui gagasan konseptual ini dapat dikatakan, bahwa transformasi tradisi lama dalam pembelajaran bahasa merupakan langkah strategis yang tidak hanya memperkaya materi ajar, tetapi juga memperkuat identitas budaya peserta didik di era global. Upaya ini membutuhkan komitmen dari pendidik, pengembang kurikulum, dan pemangku kebijakan pendidikan untuk mendukung inovasi, menyediakan sarana digital yang memadai, serta memberikan pelatihan bagi guru agar mampu mengintegrasikan nilai-nilai tradisional secara kreatif dalam proses pembelajaran. Tanpa transformasi yang adaptif, tradisi lama akan kehilangan relevansi; namun dengan transformasi yang tepat, tradisi tersebut justru dapat menjadi sumber daya berharga bagi penguatan literasi bahasa dan budaya generasi muda.

 


Editor: Achmad Firdausi