Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

Niat Menafkahi Ternyata Menjerumuskan

  • Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
  • Jumat, 27 Mei 2016
  • Dilihat 43 Kali
Bagikan ke

Di karang Oleh Sanapi Jurusan Tarbiyah Pendidikan Bahasa Arab STAIN Pamekasan Madura merupakan aset besar Indonesia yang banyak mensuplay tenaga kerja keluar negri hususnya ke Malaysia sejak tahun tujuh puluhan hingga sekarang, mulai dari yang muda hingga para orang tua, mereka mengadu nasib dengan bekerja apapun yang merupakan kebisaanya. Bagi orang Madura pergi ke Malaysia merupakan sebuah keharusan demi keberlangsungan hidupnya dan nafkah anak yang mereka tinggalkan diserambi Negara asal mereka. Pada dasarnya menafkahi anak merupakan suatu kewajiban bagi orang tua sesuai dengan anjuran agama bahwa salah satu yang wajib bagi orang tua adalah member makan dan baju bagi bagi anak, baik baju secara makna harfi atau makna fungsi. Para orang tua hususnya di Madura merelakan anak-anak mereka ditinggalkan jauh dari kasih sayangnya untuk berangkat ke Negeri Jiran mencari dan mengais rejeki walaupun sejatinya mereka para anak lebih membutuhkan belaian kasih dan sayangnya, yang seharusnya merekalah yang menjadi dasar berpijak bagi seorang anak dalam menatah hari-hari bahkan masa depannya. Berbalik kenyataan dengan niat para orang tua yang meninggalkan anak-anaknya berharap dan menginginkan anaknya hidup makmur dan berkecukucpan hingga tidak seorangpun dapat mengucilkan, justru dengan keadaan ini merka para anak merasa dalam menentukan apaupn, mereka melangkah tampa kendali dan tampa ada yang mengontrol akan segala macam tindakannya, mereka merasa ibarat burung terbang yang bebas mengibarkan sayapnya kesana-kemari, bahkan mirisnya lagi mereka tidak enggan untuk putus sekolah dan mensudahi pendidikannya, mereka merasa berhak menentukan atas apa pada diri mereka sendiri, karena tidak adanya pengawasan dan tidak seorangpun yang mengontrol dan menjadi patokan langkahnya. Kerusakan Moral merupakan ancaman utama bagi mereka dengan melepaskan diri dari rangkulan pendidikan yang menjadi wadah nan benteng kedua bagi baiknya moral dan ahalak mereka, mereka akan berteman dengan siapapun tampa memilahnya hingga mereka menjadi anak yang hari-harinya hanya mengisi jalanan dan geng kelompok mereka, bila moral sudah roboh maka petakalah yang akan muncul terutama bagi para orang tua serta yang merasakan hantaman sesal yang tidak berujung. Orng tua yang seharusnya menjaga dan melindungi anaknya baik secara fisik maupun psikis malah lebih memilih pergi dari halaman keluar negri dengan tujuan ingin menafkahi dan membuat kehidupanaya nyaman namun pada kenyataanya menjerumuskan anak-anaknya kejalan yang salah. Dalam agamapun juga disinggung bahwa orang tua merupakan madrasah pertama dan utama bagi baiknya moral anak dan bagusnya budi pekerti, sedangkan menafkahi anak berada pada posisi kedua setelah kewajiban pertama yaitu membuat anaknya menjadi cendekiawan soleh hingga bermanfaat bagi nusa bangsa terutama bagi orang tua, bukan malah sebaliknya mereka para orang tua berlomba-lomba ingin mensejahterakan anak-anaknya dengan berbagai fasilitas mewah yang realitanya bepoetensi menjerumuskan naudzu billahi min dzalik. (Nafiz)