Hilangnya Kemuliaan Adab Penghafal Al-Qur’an
- Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
- Minggu, 16 Juni 2019
- Dilihat 48 Kali
Dari kesalahan niat ketika menghafal Al-Qur’an inilah, berujung kepada hilangnya adab-adab penghafal Al-Qur’an seperti yang telah dicontohkan para ulama salafus sholeh di masa dahulu. Oleh: Ayu Nur Aini* Menjadi seorang penghafal Al-Qur’an yang sejati dibutuhkan tekad, usaha dan niat yang lurus dari awal proses menghafal hingga akhir.
Ketika kita memulai menghafal Al-Qur’an berarti secara tidak langsung saat itu juga dibebankan kepada kita kewajiban untuk mengabdikan diri sepenuhnya kepada Al-Qur’an sampai akhir hayat. Terlepas dari banyaknya cobaan yang dialami seorang penghafal Al-Qur’an selama proses menghafalnya, maka wajib pula untuk selalu meluruskan niat.
Karena tidak sedikit dari mereka memiliki niat yang lurus di awal, namun seiring berjalannya waktu menjadi belok atau melenceng. Maka, memperbarui niat harus sering-sering dilakukan selama proses menghafal maupun muraja’ah (mengulamg hafalan). Di era modern ini banyak sekali penghafal Al-Qur’an yang mengahafal tidak ditujukan hanya kepada Allah SWT semata.
Sebagian mereka menghafal karena tuntutan orang tua, tuntutan pesantren, atau hanya mengharapkan ijazah guna mendapatkan beasiswa yang memang disediakan kepada para penghafal Al-Qur’an yang kini menjamur di banyak lembaga atau universitas di negara ini. Parahnya ketika menghafal Al-Qur’an bukan lagi suatu hal yang dianggap sakral dan lebih dianggap menjadi sebuah tren masyarakat tanpa didasari oleh kesiapan diri menjadi seorang yang benar-benar menjaga kemuliaan Al-Qur’an.
Dari kesalahan niat ketika menghafal Al-Qur’an inilah, berujung kepada hilangnya adab-adab penghafal Al-Qur’an seperti yang telah dicontohkan para ulama salafus sholeh di masa dahulu. Allah SWT telah banyak menyebutkan kemulian dan keistimewaan penghafal Al-Qur’an dalam kitab-Nya begitu pula melalui hadits-hadits nabi. Namun alangkah baiknya kita tidak lupa pada ayat berikut ini: ‘Kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih diantara hamba-hamba kami, lalu diantara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah.Yang demikian itu adalah karunia yang besar’ (QS. Fatir: 32). Melalui ayat di atas kita ketahui bahwa mereka terbagi menjadi tiga golongan. Pertama, dia adalah orang yang melalaikan sebagian dari pekerjaan yang diwajibkan atasnya dan mengerjakan sebagian dari hal-hal yang diharamkan