Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

MENGHIDUPKAN LAILATUL QADAR PENYEBAB MELEBURNYA DOSA

  • Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
  • Minggu, 16 Juni 2019
  • Dilihat 63 Kali
Bagikan ke

FITRIYAH MAHASISWA IAIN MADURA PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA ARAB 

Bulan ramadhan merupakan bulan yang sangat ditunggu-tunggu kedatangannya oleh semua umat islam, semua orang menyambut bulan ini dengan senyum mengembang dan tangan terbuka, selain karena bulan ini hanya terjadi satu kali selama satu tahun, pada bulan ini banyak berkah dan kemuliaan yang bisa kita ambil didalamnya. Walaupun pada bulan ini kita diwajibkan untuk berpuasa tapi hal itu bukanlah halangan bagi kita semua umat yang beriman untuk meraih kemuliaan tersebut, tak khayal banyak orang yang berlomba-lomba dalam menebar kebaikan di bulan ini, karena banyak sekali pahala yang Allah janjikan bagi orang-orang yang berbuat baik pada bulan ramadhan ini.

Bulan ramadhan juga disebut dengan bulan penuh rahmat, karena di bulan ini Allah menurunkan aneka rahmat yang tidak dijumpai di luar bulan ramadhan, pintu-pintu kebaikan yang mengantarkan kepada surga dibuka lebar-lebar. Sehingga umat islam sangat antusias dalam menggapai rahmat tersebut dengan berbagai macam hal, seperti memperbanyak shalat sunnah, bersedekah, memperbanyak dzikir serta memperbanyak tilawah dan lain sebagainya.

Namun puncak dari itu semua itu ada pada 10 hari terakhir bulan ramadhan, semua orang khusunya muslim sangat antusias dalam menanti 10 hari terakhir ini terlebih di malam-malam ganjil seperti malam 21, 23, 25, 27 dan 29, karena pada 10 hari terakhir itu terdapat satu malam yang mana malam tersebut dirahasiakan oleh Allah kedatangannya.

Malam itu disebut dengan lailatul qadar, yang disebutkan dalam Al-qur’an bahwa malam tersebut lebih baik dari 1000 bulan. Tidak ada yang pernah tahu kapan lailatul qadar datang, namun banyak ulama yang memaparkan ciri-ciri kedatangan malam tersebut, ada pula yang memaparkan datangnya lailatul qadar berdasarkan hari permualaan puasa.

Banyak orang salah kaprah menyebut istilah lailatul qadar dengan sebutan malam lailatul qadar. Istilah lailatul qadar berasal dari dua kata bahasa arab yakni “lailatun” yang artinya “malam” dan “qadrun” yang artinya “kemuliaan”. Jadi jika digabungkan istilah lailatul qadar bermakna “malam kemuliaan”, karena itu jika kita menyebutnya dengan istilah malam lailatul qadar maka akan ada dua kata malam didalamnya sehingga akan menyebabkan pemborosan kata. Selain bermakna kemuliaan al-qadru juga berarti penetapan atau pengaturan sehingga lailatul qadar juga dipahami sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia, sebagaimana yang terdapat dalam Q.S Ad-Dukhan ayat 4 “pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah”.

Sebagaimana yang dijelaskan ibnu katsir dalam kitab tafsirnya, pada saat lailatul qadar itu, penulisan takdir, ajal serta rejeki dalam setahun akan dirinci di lauhul Mahfudz, sedangkan Imam Nawawi mengatakan bahwa catatan tersebut telah didahului oleh pengetahuan serta ketetapan Allah.

Kemudian catatan tersebut ditampakkan pada para malaikat lalu mereka akan melaksanakan semua hal sesuai apa yang diperintahkan Allah dalam catatan tersebut. Lilatul qadar juga merupakan pelebur dosa bagi orang-orang yang menghidupkan malam tersebut, makna dari menghidupkan disini bukanlah menerangi malam tersebut, namun dengan cara banyak beribadah.

Banyak sekali ibadah yang dapat kita lakukan sebagaimana yang telah disebut diatas. Dari Abu Hurairah : Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda “Barang siapa yang beribadah pada lailatul qadar karena dasar iman dan mengharap pahala maka diampuni dosanya yang telah berlalu”. (H.R Bukhori dan Muslim). Berdasarkan hadist tersebut telah jelas disebutkan bahwa jika kita beribadah karena iman dan mengharap pahala maka Allah akan mengampuni dosa kita.

Jadi mari kita berlomba-lomba untuk menghidupkan lailatul qadar dengan segala kemampuan yang kita punya, karena menghidupkan lailatul qadar merupakan penyebab diampuninya segala dosa.