Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

Meraih Kemenangan di Hari yang Fitri

  • Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
  • Senin, 17 Juni 2019
  • Dilihat 11 Kali
Bagikan ke

Idul fitri adalah hari yang istimewa. Di dalamnya ada dua peristwa, spiritual dan sosial. Secara spiritual idul fitri sering di artikan sebagai momen kemenangan bagi umat islam setelah melaksanakan puasa.

Ketika puasa, orang seseorang menahan lapar, haus, dan tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa.

Pada hari idul fitri, secara simbolik orang saling bermaafan satu sama lainnya, dan Alhmadulullah di desa, orang saling berkunjung ke rumah saudara dan meminta maaf atas kekhilafan yang pernah di lakukan meskipun sekarang ada sosmed seperti(WA, BBM, Instagram dan lainnya)tapi masyarakat desa tidak meninggalkan kebiasaan mereka. Di lingkungan masyarakat kota, kecil kemungkinan untuk silaturrahmi secara fisikal, orang kota melakukan atau mengucapkan permintaan maaf melalui (WA, BBM, Instagram dan lainnya).

Lebaran, peristiwa sosial dalam konteks masyarakat indonesi, lebaran tak hanya proprti ataupun hak milik orang islam. Ia telah menjadi peristiwa yang melibatkan agama lain.

Idul fitri tak hanya menjadi kebahagiaan bagi orang islam tapi juga di rasakan oleh para penjual yang Non-muslim yang menjual pakain, ataupun pernak-pernik lebaran.

Menurut islam, ketika lebaran tiba tak boleh ada satu orangpun yang menderita kelaparan, karna itulah zakat fitrah di syari’atkan. Dalam pandangan sebagian mufassir al-Qur’an, zakat fitrah tak harus di berikan pada orang islam yang fakir dan miskin.

Bersandar pada pendapat Imam Abu hanifah. Al-mahdawi yang menegaskan di bolehkannya berzakat kepada sanak saudara yang miskin sekalipun Non-muslim.

Raih kemenangan, sebenarnya harta yang di miliki orang kaya itu hanyalah titipan semata, dan Allah Swt, bisa saja mengambilnya kapan pun Allah mau. Allah juga tak melarang seseorang memupuk harta kekayaannya, asalkan hartanya itu di gunakan di jalan yang benar.

Terutama dengan menginfaqkannya kepada anak yatim orang dan fakir miskin. Karna kelak kita akan di minta pertanggung jawaban oleh Allah, jika masih ada anak yatim yang bersedih, dan fakir miskin hanya mencium aroma daging ataupun makanan dari dapur orang yang mampu.

Idul fitri memang untuk meraih kemenangan setelah berpuasa selama satu bulan. Namun semangat untuk berbagi kepada sesama dalambentuk keshalihan sosial, sehingga ada harmonisasi antara keduanya: hablum minallah dan hablum minannas.

Mari raih kemenangan ini dengan menjadi tamu Allah yang baru pulang dari medan pertempuran dalam melawan hawa nafsu. Selamat hari Raya Idul fitri 1440 H. *Nailur Rahman, Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab IAIN Madura.