RAMADHAN SEBAGAI CAMP LATIHAN PENGGEMBLENGAN DIRI
- Diposting Oleh Achmad Firdausi
- Rabu, 12 Maret 2025
- Dilihat 31 Kali
Oleh: Dr. H. Imam Amruzi, M.H.I.
(Ketua Program Studi Doktor Ilmu Syariah Pascasarjana IAIN Madura)
Hari demi hari dalam menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan kali ini terasa memberikan manfaat yang besar terutama untuk menemukan jati diri menjadi muslim yang tangguh yang tidak lekang oleh panasnya keadaan dan tidak luntur oleh terpaan berbagai halangan dan rintangan. Seolah kita sudah terbiasa menjalani kehidupan yang menuntut kita untuk selalu baik. Niat puasa yang selalu bersemayam dalam diri ini, menambah amunisi yang menguatkan. Ibarat suatu kawah candra di muka, puasa telah berhasil menggembleng setiap diri untuk menjadi penyabar, penyayang, dan pengamal terhadap setiap apa yang diperintahkan oleh Allah. Puasa benar-benar menggembleng kita menjadi sosok hamba yang tangguh yang bisa diandalkan untuk selalu mentaati Allah dan merespon setiap gejala yang timbul di sekitar kita.
Terlihat dengan nyata di sela-sela aktivitas Ramadhan, yang tidak biasanya terjadi pada bulan-bulan lainnya, bersamaan dengan sekolah di awal puasa sedang liburan, mereka yang masih anak-anak berlatih, para siswa ditingkat Sekolah Dasar (SD), tidak ketinggalan menjalankan ibadah puasa, walaupun sebagian masih baru belajar dan merasakan berpuasa. Dengan ketekunan dan tekat yang dimilikinya serta dengan ketelatenan orang tua memberikan keteladanan dan mensupport anaknya untuk berpuasa, maka mereka berhasil menjalankan puasa, padahal masih anak-anak. Kalau anak-anak saja bisa, maka akan menjadi problem bagi orang dewasa jika masih keberatan dan merasa tidak nyaman dengan puasa. Problem puasa bukan ada pada perut, akan tetapi ada di dalam dada, yakni niat yang kuat. Maka jika puasa hanya berurusan dengan perut akan terasa susah dan berat untuk menanggung lapar yang menghantuinya. Akan tetapi jika puasa dipersepsikan dengan tekat dan niat yang membaja dan bersemayam di dalam dada, maka siapapun akan berhasil menjalani puasa tanpa ada rasa terbebani oleh keadaan dan perasaan. Manusia terlatih akan selalu siap siaga menjalankan perintah Allah.
Anak kecil saja yang berlatih dan menggembleng dirinya mampu merespon perintah Allah dengan baik, sehingga mereka bulat niatnya untuk berpuasa. Logika gampangnya, sebenarnya orang yang lebih dewasa dari mereka akan dengan mudah menjalankan hal tersebut. Akan tetapi problem yang dihadapi orang dewasa terkadang tidak memiliki tekad dan niat yang tulus untuk menjalankan setiap perintah yang diberikan oleh Allah. Maka dengan demikian apapun persoalannya harus tetap melalui proses pengemblengan dan latihan agar tercapai apa yang diharapkan. Menggembleng diri di camp latihan selama Ramadhan akan mengantarkan siapa saja menjadi sosok diri yang siap pakai.
Puasa merupakan latihan kedisiplinan, kesabaran, ketekunan, kebersamaan, dan kerukunan di antara sesama. Puasa selalu mendorong mengamalnya untuk selalu disiplin, mulai dari ibadah kepada Allah di setiap waktu, hingga urusan makan yang didisiplinkan. Dengan puasa pola makan kita menjadi lebih teratur sehingga mereka yang berpuasa menjadi jauh lebih sehat ketimbang sebelum berpuasa. Itulah kedisiplinan yang ditekankan dalam puasa. Kedisiplinan menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam menjalankan tugas. Namun kedisiplinan tidaklah taken for granted, hadiah secara percuma atau gratis, melainkan harus dilatih secara tekun. Perlahan tapi pasti, kedisiplinan itu akan terintegrasi dalam dirinya.
Puasa menekankan kesabaran terhadap mereka yang menjalankannya, di mana mereka bukan hanya bersabar dengan kondisi lapar dan haus yang harus ditahan sehari penuh, tetapi juga harus sabar menjalankan ibadah dan kewajiban lainnya, baik terhadap Allah maupun kewajiban terhadap keluarga dan masyarakat. Puasa jangan dijadikan alasan untuk bermalas-malasan dan tidak bekerja. Malah sebaliknya, jadikan ajang pembuktian bahwa puasa akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari keberhasilan seseorang. Sabar akan mengantarkan kita ke pulau harapan yang kita cita-citakan. Begitu pula puasa menanamkan ketekunan lagi mereka yang sudah terbiasa berpuasa, tekun beribadah maupun berusaha, itulah kunci keberhasilan hidup di dunia dan akhirat.
Puasa juga mengajarkan kita tentang kebersamaan dalam sekian rangkaian aktivitas kita, di mana selama puasa Ramadhan lebih intens berlangsung kebersamaan dalam beribadah yang diwujudkan dalam shalat berjamaah, buka puasa bersama, sahur bersama, serta kebersamaan-kebersamaan yang lain. Hal itu akan mengantarkan kita pada hidup yang rukun di antara sesama. Kerukunan harus selalu dibangun, baik di tingkat keluarga maupun sekitar lingkungan, yaitu tetangga dekat, teman sepermainan, teman kerja kantor, dan teman seprofesi. Kebiasaan saling mengingatkan waktu buka dan sahur mengesankan adanya kerukunan yang sudah terbangun di antara mereka.
Ramadan kali ini menjelma sebagai camp penggemblengan terhadap setiap diri yang ingin lebih maju ketimbang kehidupan yang sebelumnya. Hal ini pula yang menjadi inspirasi paling tidak bagi saya pribadi untuk lebih disiplin dan tekun menjalani rutinitas literasi, dimana diagendakan setiap hari menghasilkan satu tajuk tulisan yang berkaitan dengan puasa Ramadan, hingga nantinya akan terkumpul serial tulisan yang diharapkan bisa memberikan inspirasi pada diri ini untuk selalu melek literasi dengan baik. Hal itu membutuhkan ketekunan dan kedisiplinan, sehingga akan memuai hasil yang membanggakan. Mencoba tidak ada jeleknya, minimal ketimbang tidak sama sekali, toh kesempatan itu ada, mengapa tidak dimanfaatkan.
Diakui atau tidak puasa Ramadhan sangat besar kontribusinya terhadap program pemerintah yang mengagendakan efisiensi, dimana dengan aktivitas puasa efisiensi akan dengan sendirinya (secara otomatis) akan dialami oleh sendi-sendi kehidupan kita dan bahkan di setiap sektor kehidupan. Puasa telah memberikan pelajaran bagi kita agar efisien dalam mengkalkulasi setiap asupan yang akan kita santap. Dengan puasa akan mengurangi makan-makan bersama yang seringkali menghambur-hamburkan makanan karena terbuang terbengkalai, yang otomatis menyebabkan biaya membengkak. Begitu pula puasa akan selalu mengingatkan dan mengendalikan nafsu belanja kita terhadap sesuatu yang sebenarnya kita tidak membutuhkan. Secara otomatis efisiensi itu akan terjadi dengan sendirinya dalam kehidupan kita dan hal itu akan sangat membantu program pemerintah yang sedang menggalakkan efisiensi hampir di setiap sektor kehidupan publik.
Editor: Achmad Firdausi