Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

Meneguhkan Tradisi Pesantren dan Kearifan Lokal, Meraih Peradaban Islam Nusantara Oleh: H. Achmad Mulyadi, M.Ag. (Wakil Ketua Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga)

  • Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
  • Selasa, 27 Oktober 2015
  • Bagikan ke

Dasar Pijakan
STAIN Pamekasan merupakan satu-satunya perguruan tinggi Islam negeri yang ada di pulau Madura, di samping perguruan tinggi umum negeri, Universitas Trunojoyo dan puluhan perguruan tinggi lainnya.  Institusi ini bertekad berperan aktif untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara, dengan memperluas kesempatan bagi seluruh lapisan masyarakat terutama masyarakat Madura untuk menempuh pendidikan tinggi. Seiring tuntutan dan harapan masyarakat, STAIN Pamekasan juga bertekad untuk menghasilkan lulusan, penelitian dan pengabdian yang mampu berdaya saing dalam pergaulan masyarakat dunia, dengan tetap berpijak pada nilai-nilai keislaman, kepesantrenan dan kearifan lokal (local wisdow).

Untuk mencapai tujuan strategis-futuristik tersebut, penguatan kelembagaan harus berpijak pada basis keilmuan yang sudah banyak dikembangkan di Madura, yaitu kajian keilmuan pondok pesantren dan nilai-nilai luhur masyarakat Madura. Pijakan strategis transformasi kelembagaan menjadi IIN Madura tersebut akan diarahkan dalam tiga bidang keilmuan utama, yaitu Pendidikan Islam, Hukum Islam, dan Ekonomi Islam.

Dengan transformasi kelembagaan tersebut diharapkan akan berimplikasi pada: pertama, proses pengembangan wacana keilmuan yang berbasis multidisiplin yang lebih beragam, mulai dari jenjang strata satu (S.1) hingga strata tiga (S.3); kedua, kemampuan untuk berkompetisi dan beradaptasi dengan lingkungan perguruan tinggi yang lain menjadi lebih luas; ketiga, lebih terbukanya kesempatan untuk membuka jaringan kerja sama dengan pihak lain, terutama dalam kerangka pelaksanaan Tridharma perguruan tinggi; dan keempat ,lebih menguatkan kepercayaan masyarakat pada program-program kelembagaan.

Akar Pengembangan Paradigma Kajian Keislaman
Secara substansial kajian keislaman pada PTAI memiliki banyak kesamaan, sehingga pemetaan kajian membutuhkan kejelian, keseriusan dan kearifan. Bahkan kajian keislaman di PTAI sulit untuk bisa dipetakan-petakan berdasarkan substansi kajian yang dikembangkannya. Meskipun satu PTAI mengembangkan satu ciri tertentu, tetapi bukan berarti PTAI lain tidak melakukannya.
Pijakan transformasi STAIN Pamekasan menjadi IIN Madura didasarkan pada karakteristik geografis, keberadaan lembaga-lembaga keagamaan, dan religiusitas kehidupan sosial-budaya masyarakat Madura. Untuk memenuhi kepentingan itu, IIN Madura akan tetap mengembangkan kajian yang memiliki semangat dan nuansa yang sejalan dengan kebutuhan masyarakatnya.
Di antara tawaran yang diajukan yang mendasari pentingnya kehadiran IIN Madura didasarkan pada akar pengembangan paradigma Kajian ke-Islaman masyarakat madra, yaitu:

1. Pesatnya Perkembangan keilmuan Islam Berbasis Pondok Pesantren
Masyarakat Muslim Madura selama ini dikenal memiliki tingkat kepatuhan yang sangat tinggi terhadap ajaran normatif agamanya (Wiyata, 2002: 42). Bentuk ketaatan dan kepatuhan orang Madura terhadap Islam telah jalin jemalin dengan konstruksi sosial-budayanya yang tersirat dalam ungkapan Buppa,’ Babbu, Guru, ban Rato (Ayah, Ibu, Guru/Kyai, dan Pemimpin pemerintahan), sebuah ungkapan yang menggambarkan hierarki kepatuhan orang Madura dalam kehidupan sosial-budaya mereka.
Dalam hierarki itu, meskipun kyai/ulama menempati urutan ketiga—atau kedua setelah orangtua—, namun porsi ketaatan kepada kyai dapat melampaui ketaatan pada orang tua, apalagi pada pemimpin formal (Pemerintah). Hal ini karena kyai dan pondok pesantrennya selalu menjadi rujukan tidak hanya dalam hal-hal yang berkaitan langsung dengan persoalan agama, namun juga dalam aspek kehidupan yang lebih luas, baik sosial, budaya, pendidikan, ekonomi, politik dan aspek lainnya.
Madura dengan ribuan Pondok Pesantrennya telah memiliki pakem keilmuan yang dikembangkan dengan tradisi kepsantrenan yang sangat unik dapat menjadi pijakan yang sangat tepat sebagai basis pengembangan paradigma keilmuan yang akan dilakukan di IIN Madura.

2.  Pentingnya Penguatan Islam Rahmatan li al-`alamīn
Corak keislaman masyarakat Madura yang tampak kokoh dan dalam batas-batas tertentu dapat dikatakan “fanatik” sebagai hasil simbiosis antara ajaran normatif Islam dengan konteks sosial, budaya, dan geografis pulau Madura. Masyarakat Madura memiliki satu prinsip hidup yang sangat filosofis yang menggambarkan prestise dan eksistensi diri, yaitu Etembhang pote mata ango’an pote tolang (dari pada putih mata lebih baik putih tulang), artinya “dari pada malu lebih baik mati”. Ungkapan ini bermakna sangat filosofis tentang tata nilai dan prinsip harga diri orang Madura yang sangat kuat, terutama dalam membela kerabat dan hak kepemilikannya. Tata nilai ini pula berimplikasi pada peneguhan semangat “tegas, lugas, apa adanya dan ksatria”. Kondisi ini juga diakibatkan pengaruh dari alam bahari Madura yang penuh tantangan dan risiko serta kondisi geografis yang kering, gersang, dan panas membentuk karakter orang Madura yang ditempa oleh keberanian yang tinggi, berjiwa keras dan ulet, penuh percaya diri, defensif dalam berbagai situasi bahaya dan genting, bersikap terbuka, lugas dalam bertutur, serta menjunjung martabat dan harga diri.

Watak dasar bentukan iklim demikian kadang kala diekspresikan secara berlebihan apalagi menyangkut harga diri dan agama Tentu corak keberagamaan yang demikian telah menyimpang dari ajaran moral dan perenial Islam. Idealnya, ketaatan pada ajaran agama mesti disertai dengan sikap toleransi terhadap agama lain atau komunitas lain yang berbeda keyakinan atau berbeda paham. Sebab, toleransi (tasamuh) juga merupakan ajaran Islam yang harus dijalankan dan dipraktikkan oleh pemeluknya.

Pada posisi inilah tugas penting Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pamekasan yang saat ini sedang berbenah diri untuk meningkatkan statusnya menjadi Institut Islam Negeri (IIN) harus dapat mengubah sikap fanatisme (ta’assub) yang berujung pada ekslusivisme Islam di Madura, dengan menggalakkan studi-studi Islam yang inklusif berbasis kultur lokal.
Sesungguhnya Islam merupakan agama yang sangat inklusif. Inksklusifitas Islam berarti Islam merupakan agama yang universal dan dapat diterima oleh semua orang yang berakal sehat tanpa memperdulikan latar belakang, suku bangsa, status sosial, dan atribut keduniawian lainnya.Islam inklusif merupakan sebuah pandangan yang mengajarkan tentang sikap terbuka dalam beragama dan berhubungan dengan agama lainnya. Sikap terbuka akan berdampak pada relasi sosial yang bersifat sehat dan harmonis antar sesama warga masyarakat. Inklusivisme yang dilandasi dengan toleransi tidak berarti bahwa semua agama dipandang sama. Sikap toleran hanyalah suatu sikap penghormatan akan kebebasan dan hak setiap orang untuk beragama. Perbedaan beragama tidak boleh menjadi penghalang dalam upaya saling menghormati, menghargai, dan kerjasama. Concern untuk menggalakkan studi Islam yang inklusif harus menjangkau tiga aspek tri dharma perguruan tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

3.  Pentingnya penanaman semangat kedisiplinan, dan kekonsistenan dalam etika sosial.

Nilai dan prinsip “Ngeco’ Tengka Lanjang Tobat” (kesalahan dalam sebuah tindakan yang menyangkut etika sosial, maka tindak penyelesaiannya sangat rumit). Bagi orang Madura etika sosial atau tata perilaku (kesopanan) sangat diutamakan, sehingga harus menggunakan etika tersebut. Adat kesopanan dan tatacara berprilaku dalam masyarakat sangat tinggi nilainya. Melalui nilai ini, setiap tindakan masyarakat diawasi, karena setiap kesalahan akan berdampak buruk yang panjang bagi keberadaan orang Madura.

4.  Relegiusitas Enterpreunership Masyarakat Madura
Masyarakat Madura di samping dikenal memiliki keuletan dalam bekerja juga dikenal sebagai masyarakat yang kuat kemauannya untuk tunduk pada ketentuan agama, Etos Kerja masyarakat Madura yang sedemikian kuatnya, didasarkan pada filosofi kehidupan orang Madura “Abantal ombak, asapoh angen, apajung iman”: berbantal ombak atau gelombang berselimut angin, berpayung iman) bagi masyarakat Madura. Etos kerja yang tinggi, budaya spiritualitas yang kuat disertai dengan potensi sumber daya alam dan lembaga keuangan yang memadai, baik Bank Bhakti Sumekar dan BMT yang bersaing di level nasional memungkinkan STAIN menjadi pusat kajian enterpreunership berbasis religiusitas

Pikiran Utama Pengembangan IIN Madura
Berdasarkan pokok-pokok pikiran tersebut, maka design pengembangan kajian keislaman pada IIN Madura diarahkan pada upaya: Aktualisasi Keilmuan Berbasis Pesantren dan Local Wisdom dengan memadukan tiga paradigma; Keislaman, Kepesantrenan, dan Kemaduraan. Karena itu, upaya yang akan dilakukan adalah:Penguatan keilmuan yang sudah berkembang dengan baik di berbagai pondok pesantren di Madura;

  1. Mempertemukan kajian normatif yang sudah sedemikian mapan di berbagai pondok pesantren Madura dengan berbagai hasil-hasil kajian terkini secara kritis dan dan selektif, yang akan bermuara pada lahirnya Ulama yang Sarjana, dan Sarjana yang Ulama;
  2. Keilmuan dari dua muara tersebut akan diarahkan pada ranah yang lebih aplikatif dan implementatif dalam berbagai bidang, semisal bidang Pendidikan, Hukum, Ekonomi.
  3. Sesungguhnya banyak budaya Madura yang dapat menjadi sumbangan dalam kajian Islam Nusantara. Semangat keberagamaan, nilai-nilai sosial dan budaya yang didasari oleh filosofi Madura akan menjadi sumbangan yang sangat berharga untuk membangun Islam Nusantara, dengan tetap berpijak pada tradisi kearifan lokalnya.
  4. Pada ranah praktis, nilai-nilai ajaran agama akan terinternalisasi dalam berbagai sisi atau aspek kehidupan keseharian masyarakat, mulai tingkat domestik hingga tingkat publik, dari rumah tangga hingga ranah politik.

Gambaran Kekhasan Bidang Utama IIN Madura
Secara substansial, keberadaan IIN Madura mengikuti ketentuan-ketentuan umum yang berlaku pada setiap PTAI di bawah naungan Kementerian Agama RI. Di samping sejumlah persamaan, IIN Madura akan fokus pada tiga bidang utama dengan kekhasan masing-masing;

  1. Bidang Pendidikan Islam
    a. Menjadikan Perguran Tinggi Islam sebagai pusat kajian Islam berbasis pesantren;
    b. Kajian naskah-naskah kuno pesantren dan nusantara yang ditulis oleh ulama nusantra;
    c. Sebagai Pusat Kajian Kemaduraan
  2. Bidang Hukum Islam
    a. Menjadikan kajian kitab-kitab turats sebagai dasar kompentensi bagi lulusan;
    b. Memperkaya kajian hukum Islam dengan kajian hukum positif, fatwa-fatwa kontemporer, baik material maupun formalnya;
    c. Memperkuat kemampuan analisis terhadap kasus-kasus kontemporer dengan memadukan fiqh klasik, kontemporer, maupun hukum positif;
    d. Terampil mempergunakan kaidah ushuliyyah, fiqhiyyah, dan kaidah-kaidah hukum lainnya pada kasus-kasus kekinian;
    e. Terampil menyelesaikan berbagai persoalan hukum baik di pengadilan maupun luar pengadilan.
    f. Mampu memahami dan mengimplementasikan HAM, toleransi, persaudaraan, dan nasionalisme.
  3. Bidang Ekonomi Islam
    a. Menyiapkan  Sumber Daya Insani di lembaga keuangan syariah yang professional berlandaskan nilai-nilai Islam dan kearifan local;
    b. Mengembangkan spirit entrepreneurship berlandaskan etos kerja masyarakat  Madura;
    c. Mengembangkan  spirit entrepreneurship sesuai nilai-nilai Islam;
    d. Mengembangkan perekonomian masyarakat berbasis ekonomi pesantren;
    e. Mengembangkan Islamic mikro finance (BMT) sebagai wahana pemberdayaan ekonomi kerakyatan;
    f. Mengelola sumberdaya alam  Madura sebagai wahana pengembangan entrepreunership;

Penutup
Demikian paparan ringkas tentang kekhasan yang digali dari forum group discussion untuk menjadi bahan dalam merumuskan beberapa keunggulan kompetitif IIN Madura. Masukan dan koreksi dari semua pihak sangat diharapkan untuk penyempurnaan konsep ini. Ditunggu masukan atau kontribusi positif semua pihak.