Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

Meneladani SEMUT dan LEBAH

  • Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
  • Senin, 4 Januari 2016
  • Dilihat 112 Kali
Bagikan ke

Judul ini diambil dari sebuah buku yang ditulis  Thoriq Aziz Jayana, mahasiswa STAIN Pamekasan Semester V (lima) Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam, yang diterbitkan oleh Kompas Gramedia akhir tahun 2015, buku ini setebal 186 halaman.Buku ini berisi tentang prilaku semut dan lebah yang bisa diteladani sebagaimana banyak bahasa-bahasa sindiran (amsal) dalam al-qur’an. Al-qur’an merupakan suatu mukjizat yang sangat besar dan kekal abadi. Di dalamnya pun terdapat sindiran (mitsal) bagi manusia agar selalu berpikir dan berusaha mencari makna yang tersirat di baliknya. Dengan kata lain, kita diajak berpikir sehat mengarungi samudra pengetahuan dalam Al-Qur’an yang tak pernah kering selama-lamanya. Betapa pentingnya manusi berpikir dan mencari jati dirinya. Jika kita tahu tentang diri sendiri, kita akan tahu tentang Tuhan. Jika Ibn Arabi (seorang filsuf) dan Ibrahim al Jilli (seorang sufi) untuk menggunakan konsep insan kamil (manusi sempurna) untuk mencari jati diri manusia, dalam perspektif ini saya akan menggunakan konsep insan dhaif (manusia lemah) dalam mencari jati diri. Konsep ini melihat manusia dari sisi kekurangan dan kelemahannya agar tidak terperosok kedalam dunia kesombongan dan kegemerlapan. “Allah memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah “(Qs. An-Nisa’ [4]:28) Manusi diciptakan dari setetes air yang hina, lalu dibentuk menjadi fisik yang indah. Namun, menjadi manusia yang ‘sempurna’ malah menjadi pembangkang yang nyata. Begitu lemahnya manusia, apalagi tatkala hati dikuasai hawa nafsu, sehingga diri kita menjadi semakin jauh dari Allah.  “ Dan Apakah manusia tidka memperhatikan bahwa kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata?” (Qs. Yasin [36]:77) Lihatlah para manusia yang beruang melimpah, yang secara materi terpenuhi apa yang mereka inginkan. Namun, mereka lebih sulit mendapatkan kebahagiaan ketimbang manusia yang hidup pas-pasan. Tatkala diuji dengan kemiskinan, mereka kuat menghadapinya dengan kesabaran. Namun, tatkala diuji dengan kekayaan , mereka lebih mudah tenggelam dalam kehancuran.  Saking lemahnya, manusia tidak mampu meniru perilaku peradaban yang dilakukan semut dan lebah. Dari urusan sosial, ekonomi, pendidikan, pemerataan, hingga perpolitikan. Contoh kecilnya tentang kepadatan penduduk. Bagi manusia, kepadatan penduduk merupakan suatu permasalahan serius sehingga diperlukan rencana pembatasa kelahiran (keluarga berencana).  Namun, bagi semut dan lebah, sepadat apapun koloni mereka tidak pernah menjadi masalah. Kepadatan tersebut justru dimanfaatkan untuk membangun koloni yang super besar (super organisme) dengan demikian mereka mlebih mudah menjalankan roda kehidupan koloni. Berbicara tentang KB, ternyata semut dan lebah lebih dulu mengenal sistem KB daripada manusia. Mereka memiliki cara tersendiri dalam mengantisipasi terjadinya lonjakan jumlah penduduk. Misalnya, ratu akan berhenti berproduksi sementara jika larva mereka belum menetas atau belum belum menjadi pupa. Walau mereka mengenal sistem KB, perhatikan jumlah mereka dalam satu koloni bukankan itu mengagumkan?Contoh lain tentang perilaku semut dan lebah yang mengagumkan adalah tatkala mereka menemukan atau mencari makanan. Makanan itu tidak langsung mereka makan, tetapi mereka simpan terlebih dahulu didalam mulut (pada bagian khusus) saat mereka tiba didalam sarang barulah makanan tersebut dubagi-bagikan, terutama untuk larva mereka. Jika ada sisa, barulah si semut atau lebah memakannya. Masih banyak lagi perilaku semut dan lebah yang patut kita teladani.Walaupun diciptakan dengan tubuh kecil, semut dan lebah tidak pernah mengeluh kepada Tuhan, mereka justru bersyukur telah diciptakan dengan desain tubuh yang seperti itu. Apa yang kita anggap merupakan kekurangan mereka, justru mereka menjadikan kelebihan yang tak dimiliki oleh makhluk lainnya.Perhatikan struktur tubuh (morfologi) semut dan lebah. Tubuh mereka telah dilengkapi dengan peralatan yang sangat canggih, baik untuk mencari makan, berburu, berkomunikasi, membangun sarang, maupun mengurus larva. Manusia tak sanggup melakukan pemerataan peralatan seperti itu. Dengan demikian, apa yang harus mereka kritikkan pada Tuhan jika penciptaan tubuh yang seperti itu malah menjadi kenikmatan bagi mereka?Selain itu, jika kita tilik kembali keranah agama, keduanya (semut dan lebah) jelas terpampang dalam kalam Tuhan yakni Al-Qur’an Al-Karim. Nama kuduanya dijadikan sebagai nama surah dalam Al-Qur’an, yakni An-Naml (surah ke-27) dan An-Nahl (Surah ke-16). Apa maksudnya? Maksudnya ialah agar manusia mengambil pelajaran, meneladani, serta jangan menyombongkan diri di hadapan Tuhan karena manusi masih kalah jauh dari semut dan lebah dalam urusan kehidupan.Satu hal yang perlu diperhatikan dalam buku ini, yakni saya banyak meneyebut tentang kecerdasan tunggal. Kecerdasan tunggal sendiri merupakan kecerdasan yang dianugerahkan oleh yang maha Tunggal pada makhluknya. Istilah ini banyak digunakan untuk menunjukkan bahwa perilaku dan kecerdasan yang dianugerahkan oleh Allah kepada makhluknya sangatlah luar biasa, padahal hanya setetes air dari mudera. “yang mempunyai akal yang cerdas dan menampakkan diri dengan rupa yang asli “(Qs. An-Najm [53]:6)Dari semua pembahasan tentang semut dan lebah dalam buku ini, akan kita temukan bahwa sebenarnya kita sedang diajak untuk berpikir sehat oleh Tuhan yang maha kuasa. Menalar dengan cermat bahwa Allah memang dan pasti ada sebagai penggerak dari seluruh sistem yang berjalan. Selebihnya akan dibahas dalam buku ini rahasia keunikan, pembelajaran, dan makan tersirat dibalik semut dan lebah semoga buku ini memeberikan manfaat keilmuan dan mampu memberikan kesadaran kepada kita semua, terutama saya pribadi, untuk selalu merendahakn hati pada sng Ilahi Rabbi.“Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia”. (Qs. Ali Imran [3]:191)