Efek Globalisasi Terhadap Ajaran Agama
- Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
- Senin, 30 Mei 2016
- Dilihat 4243 Kali
Kita sepakat bahwa agama itu lebih berarti apabila implementasi dari ajaran agama itu trecermin dalam perilaku suatu masyarakat. Banyak ditemui dimasyarakat yang beranigaragam, ajaran agama tidak sejalan dengan perilakunya. Perilaku keagamaan suatu masyarakat tentunya dipengaruhi oleh globalisasi dan keadaan masyarakat sekelilingnya.
Ketika berbicara arus global, semakin cepat pola kehidupan dijangkau oleh globalisasi maka semakin cepat pula pengaruhnya.
Dengan adanya televisi, internet dan sebagainya yang perupakan hasil dari globalisasi, hal itu banyak mempengaruhi perilaku keagamaan suatu masyarakat.
Masyarakat menjadi mudah mengikutu arus, walaupun ada sebagian yang justru menggunakannya untuk hal-hal yang bermanfaat.
Sebuah pengaruh pasti ada yang baik dan ada yang tidak. Namun yang terjadi di masyarakat, umumnya para pemuda banyak yang sudah terbius oleh arus globalisasi saat ini. maka jangan heran apabila ada kasus guru mencabuli muridnya, anak membunuh orang tuanya.
Perilaku agama masyarakat sudah tidak berbanding lurus dengan ajaran agamanya, terdapat perbedaan antara ajaran agama dan implementasinya. Ajarn agama hanya ada pada saat pengajian, namun tidak di praktekkan di kehidupan sosial. Ceramah agama sangat maju, tapi itu tidak lebih hanya sekedar memenuhi rentetan acara. sehabis ceramah, habis juga ajaran agama yang disampaikan. Itulah realita yang terjaadi dimasyarakat.
Sarana ibadah sudah cukup untuk menjadi media ajaran agama. Bantuan pemerintah sudah ada, seperti untuk pembuatan surau, mushollah, masjid yang di ambil dari dana hibah. Tetapi kemegahan dan kenyamanan sarana ibadah tidak serta merta menambah semangat untuk mempelajari agama.2000an, surau beg Sejenak kita membuka ingatan kita dan merenungi masa-masa tahun 90an dan 2000an, surau begitu sederhana tanpa pengeras suara, tetapi tidak sepi dari anak-anak yang mengaji dan belajar agama.
Sebelum magrib mereka sudah pergi kesurau atau masjid. Namun sekarang menonton televisi ba’da magrib sepertinya sudah menjadi rutinitas yang tidak boleh terlewatkan.
Semangat dan cara belajar agama seperti itu sudah jarang kita temui sekarang ini, kecuali di pondok pesantren yang memang santrinya berdomisili di pondok. Kita bisa menyimpulkan sendiri apa pengaruh yang mengikis sengangat belajar agama saat ini.
Perilaku agama suatu masyarakat tentunya bervariasi. Mulai dari masyarakat perkotaan yang mudah mendapatkan informasi, sehingga dapat mempengaruhi perilaku agamanya dengan cepat. Entah pengaruh itu membawa ke arah yang lebih baik atau justru sebaliknya. Dalam perkotaan juga gampang kita temui orang-orang yang maju dan berpendidikan. Ada juga masyarakat pedesaan dan pesisir.
Dalam masyarakat ini perilaku keagamaanya masihkental. Simbolisasi santri salam seperti memakai sarung dan kopiah masih mewarnai cara berpakaian mereka.
Dari ketiga masyarakat tersebut, perkembangan perilaku keagamaannya seiring dan sejalan dengan lintasan sosial dan budanya. Dalam hal ini, sangat kecil kesempatan untuk membandingkan perilaku agama masyarakat secara pasti, karena keadaan saat ini begitu kompleks dan seakan tidak ada masyarakat yang mengimplementasikan ajaran agama.
Masyarakat desa atau pesisir yang bisa dianggap kental perilaku agamanya dari pada masyarakt kota, terkadang perilaku sosial keagamaannya lebih gampang dipengaruhi oleh dunia luar yang tidak agamis. Hal ini bisa dicontohkan bagi sebagian masyarakat yang merantau keluar daerah (kota-kota besar).
Perilaku keagamaan masyarakat saat ini sudah jauh beda. Bukan karena mereka tidak mengetahui ajaran agama, baik-buruk, justru mereka mengetahui hal itu.
Orang-orang berpendidikan saat ini sudah memenuhi kehidupan masyarakat dan kita bisa bertanya problem yang terjadi an tidak dimengerti.
Jadi sekarang ini tidak ada alasan untuk tidak mengetahui ajaran agama yang benar dan kemudian diverminkan pada kehidupan sosial. Meskipun kita tidak mengetahui amal yang mana dan dari orang yang mana yang diterima oleh Allah. Terkadang besar nilainya dimata masyarakat, namun kecil disisi Allah dan juga sebaliknya, maka tugas kita adalah beramal sholeh, dan hanya Allah SWT yang maha tahu. OLEH: AHMAD NAJIBULLAH, (STAIN PMK, PBA “B”)