Istilah Sya`ban Versi Masyarakat Pesisir
- Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
- Rabu, 25 Mei 2016
- Dilihat 93 Kali
(Desa Branta Pesisir, Kec.Tlanakan, Kab.Pamekasan) Ditulis Oleh : Septian Firmansyah Jurusan Tarbiyah (Pendidikan Bahasa Arab)
Bulan sya’ban adalah bulan yang diapit oleh dua bulan yang sangat mulia yaitu bulan rajab dan bulan ramadhan. Al Munawi mengatakan bahwa Bulan rajab menurut pandangan masyarakat jahiliyah adalah bulan yang mulia sehingga mereka tidak melakukan peperangan pada bulan tersebut.
Adapun bulan ramadhan adalah bulan yang ditunggu-tunggu oleh kaum muslimin sedunia karena pada bulan tersebut terdapat suatu kewajiban yang tercantum didalam rukun islam yang keempat yaitu melaksanaikan ibadah puasa.
Beda lagi dengan definisi seputar tentang bulan sya’ban yang mana bulan sya’ban itu adalah salah satu bulan yang dikenal dengan penggantian buku catatan amalan baru, dan dibulan sya’ban tersebut Nabi Muhammad SAW, paling sering melakukan puasa sunnah dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain dengan alasan untuk membiasakan dalam melaksanakan ibadah puasa dibulan yang mulia yaitu bulan ramadhan.
Adapun bulan sya’ban, menurut pandangan masyarakat madura khususnya wilayah pesisir (branta pesisir) terdapat suatu istilah bahwa bulan sya’ban adalah singkatan dari sak nyeloksak nyareh paraben artinya “memilah dan memilih dalam mencari perawan”. Istilah tersebut muncul dikarenakan pada bulan sya’ban (khususnya nishfu sya’ban/pertengahan bulan sya’ban) Para perawan berdandan dan keluar kejalan untuk mengelilingi kampung halaman, dan para remaja menyaksikan para perawan tersebut.
Dan tidak hanya itu saja, bulan sya’ban juga dikenal dengan sebutan laoteng artinya”bersilaturrahim”, dan biasanya laoteng ini dilakukan oleh anak-anak TK (Taman Kanak-kanak) dan SD (Sekolah Dasar) atau sekitar umur 5-10 tahun.
Mereka berkeliling kampung dari rumah ke rumah untuk mencari sanak famili orang tuanya dengan mengenakan pakaian baru dan mengucapkan laoteng kepada para sanak famili dan setelah itu mereka diberi uang sebagai imbalan karena telah bersilaturrahim ke rumah para sanak famili. Begitulah aktifitas anak-anak di desa branta pesisir yang menjadi suatu tradisi turun temurun dan dilestrikan sampai saat ini.