Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

LGBT Menguji Moral Anak Bangsa

  • Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
  • Senin, 9 Mei 2016
  • Bagikan ke

Oleh: Moh Ilyas* Sudah tidak asing lagi di telinga kita tentang isu adanya LGBT (Lesbian Gay Bisexual Transgender), yang sedang hangat-hangatnya menjadi perbincangan masyarakat, baik di kalangan remaja maupun orang tua. Namun, hal itu perlu kita waspadai dan perlu kita berhati-hati. Sebab, yang menjadi sasaran utama yang harus kita jaga ialah pemuda bangsa kita. Meskipun ada beberapa negara yang sudah memperbolehkan bahkan mengesahkan bergaya hidup dengan LGBT tersebut, di Amerika Serikat misalnya, dan di beberapa negara lainnya. Berbicara tentang LGBT, teringat pada kisah sekitar ratusan tahun yang silam. Dahulu, dikisahkan dari umat atau kaum Nabi Luth as bahwa mereka tidak menyukai bahkan menolak kawin dengan lain jenis (laki-laki dan perempuan). Mereka malah sangat mendambakan kawin dengan sesama jenis. Bahkan, mereka bersikeras membangkang terhadap ajaran yang telah disampaikan oleh Nabi Luth a.s tentang ketidakbolehan kawin sesama jenis, yang sampai-sampai Nabi Luth a.s menawarkan putrinya agar dinikahi. Namun, apa yang terjadi, mereka malah menolak dengan keras terhadap tawaran Nabi Luth. Suatu ketika Malaikat mendatangi rumah Nabi Luth yang berwujud pemuda yang sangat tampan dan juga menawan, pada saat itu juga Nabi Luth dibujuk rayu agar pemuda tersebut diserahkan kepada mereka. Naudzubillah dari saking gelapnya, cahaya hati nurani manusia yang tidak bisa menembus qalbu, nafsu, dan akal sehat manusia sehingga apa yang ia inginkan yang penting enak, menyenangkan langsung disikat dan disantap tanpa harus melihat dulu apakah sesama jenis atau tidak. Dalam bahasa gamblangnya, LGBT itu ialah kaum Nabi Luth era modern. LGBT ialah merupakan sekelompok individu yang mempunyai hasrat kelainan dalam sexual, yang dimaksudkan kelainan disini ialah tidak sesuai dengan akal serta rasio manusia yang sehat. Lumrahnya, yang kita ketahui pernikahan itu dilakukan sepasang laki-laki dan perempun. Namun, dalam LGBT tersebut malah terbalik, justru laki-laki kawin sesama laki-lakinya yang disebut dengan (homo), dan perempuan kawin dengan sesama perempuannya yang disebut dengan (lesbian). Jikalau memang dengan demikian, tidak dapat kita bantah serta kita larang, kalau sudah berbicara pola gaya hidup yang bebas tanpa harus berpikir panjang. Namun, mau dikemanakan eksistensi manusia sebagai mahluk yang paling sempurna. Marilah kita renungkan sejenak, kambing ialah mahluk Allah yang tidak mempunyai akal yang tidak bisa mengontrol dirinya sendiri, sementara manusia adalah mahluk Allah yang paling sempurna karena sudah dianugerahi akal dan hati yang dapat mengontrol hidupnya sendiri. Lantas, yang menjadi pertanyaan ialah, bisakah dan maukah kambing dikawinkan sesama jenisnya? Tentu kalau kambing yang normal tidak mungkin bisa dan mau. Nah, kalau memang begitu mengapa manusia justru malah memilih kawin sesama jenisnya? Toh sudah mereka dianugerahi akal dan hati yang dapat menjadi setir dalam menjalani hidup kesehariannya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kambing jauh lebih terhormat dari pada perilaku orang penganut LGBT itu sendiri. Kalau memang dengan LBGT itu manusia dipandang lebih bergaya, maka binatang jauh lebih sehat dari orang yang sudah masuk kepintu gerbang LGBT. Hawatirnya, ialah kaum pemuda yang harus menjadi penganti tongkat estavet bangsa ini. Kalau ujung tombaknya sudah tumpul, bagaimana mungkin dapat membentengi diri serta menumpas lawan. Hal itu, yang sangat dikhawatirkan di kalangan orang tua pada sekarang ini, karena disamping berkembangnya teknologi yang begitu pesat, maka semakin mudah informasi, berita, dan situs-situs yang banyak menyajikan berbagai macam penawaran atau rayuan. Oleh sebab itu, setidaknya kita dapat menjaga diri kita sendiri agar tidak terhanyut dalam rayuan yang mengajak kesesatan kususnya LGBT, bagaimanapun itu caranya. Meskipun kita hidup dalam era yang sudah maju ini, tapi kita harus mempersiapkan diri agar tidak mudah terbawa zaman yang edan ini. Bukanlah kita yang harus ikut zaman, melainkan zaman yang harus kita bentengi suapaya kita tidak mudah ikut. Sebetulnya, dengan adanya pernak-pernik pola kehidupan yang menyeruak di tengah-tengah kita itu merupakan sebuah ujian bagi kita semua, semakin besar ujian yang kita hadapi, maka semakin besar pula nilai yang kita terima. Walaupun hal itu bukan sesuatu yang mudah. Cuma, yang perlu kita sadari dan yang perlu kita jaga ialah kehormatan yang telah Allah berikan kepada kita semua, entah itu yang tidak bisa kita raba atau yang dapat kita raba. Sesungguhnya dengan adanya LGBT, kita bisa sadar akan eksistensi kita sebagai mahluk Allah yang paling indah dan mulia. Oleh karena itu, kita bisa berpikir dengan siapa kita akan berpasangan dan dengan siapa pula kita menjalin kasih dan sayang. Sebab, seseorang akan dikatakan bejat moral apabila ia tidak menempatkan sesuatu terhadap fungsi dan manfaatnya, seperti pelaku LGBT, dan sesuatu yang tercela lainnya. Karena biar bagaimanapun dengan adanya LGBT itu akan merusak moral manusia pada umumnya, dan anak-anak bangsa pada khususnya. Kalau mereka dikenalkan sejak kecil, bisa-bisa mereka tidak menyukai lawan jenisnya setelah mereka dewasa nanti. Mengapa? Karena mereka sudah terlanjur senang dengan sesama jenisnya. Hal itu yang perlu kita waspadai, terlebih lagi bagi orang tua supaya selalu menjaga dan mengontrol buah hatinya. *Penulis adalah mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa Arab STAIN Pamekasan