Hidup Lebih Berkah dengan Menanam
- Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
- Senin, 17 Oktober 2016
- Dilihat 768 Kali
Oleh, Nurul Hadi
Banyak aktivitas berharga yang bisa kita lakukan di hari libur. Rekreasi bersama keluarga melepas penat setelah bekerja. Berolahraga dengan bersepeda, jogging, berenang atau lainnya. Tapi ada satu kegiatan yang sangat dahsyat dan ternyata dapat menjadikan hidup kita lebih berkah, yaitu menanam. Kegiatan ini sederhana dan dapat kita lakukan di waktu-waktu senggang. Hidup berkah artinya hidup penuh kebaikan, baik yang kita rasakan sendiri maupun yang terasa dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
Lalu apa hubungannya menanam dengan hidup berkah? Ada banyak factor yang menyebabkan hidup kita lebih berkah karena menanam. Dari semua factor itu dapat kita kerucutkan ke dalam dua hal, yaitu factor mental (psikis) dan lingkungan serta factor agama (religius).
Secara mental kegiatan menanam dapat menyehatkan jiwa kita. Sebab kegiatan menanam ini telah menumbuhkan jiwa simpatik dan empatik kita. Menanam berarti memberikan kehidupan terhadap makhluk lain, yaitu tanaman yang kita tanam itu dan makhluk lain yang berhubungan dengannya seperti mikroba, ulat, tawon, belalang, burung dan manusia. Menanam bisa diartikan sebagai symbol persahabatan dengan makhluk lainnya. Maka dari itu, dengan menanam jiwa kita akan lebih tenang.
Oleh karena itu menanam telah menimbulkan kebaikan-kebaikan. Semakin banyak kebaikan yang timbul karena kegiatan menanam, semakin banyak pula keberkahan yang kita rasakan.
Selain itu, menanam juga membangkitkan kebiasaan berbagi dengan sesama. Sebab tanaman yang kita tanam itu akan dinikmati hasilnya oleh kita dan orang lain, bahkan setelah kita tiada sekalipun. Hasil dari tanaman itu bukan hanya berupa buah yang dapat kita makan langsung atau dengan olahan, bukan hanya berupa bunga yang dapat kita petik, bukan pula hanya berupa biji yang dapat kita semai, atau hanya berupa daun yang dapat kita berikan pada ternak atau diekstrak untuk obat, bukan hanya berupa ranting yang dijadikan kayu bakar, atau akar yang dijadikan ramuan atau pohon (batang) yang secara fisik dapat dinikmati. Lebih dari itu hijau tanaman juga memberi kesejukan pada setiap mata yang melihatnya, memfilter udara bagi setiap orang yang menghirupnya, dan menampakkan keindahan bagi semua orang yang menikmatinya.
Dengan demikian, menanam adalah aktivitas yang dapat membahagiakan banyak orang. Di samping manfaatnya dapat dirasakan secara konkret, keasrian dan indahnya tanaman juga menyejukkan suasana. Maka semakin banyak manfaat yang terjadi akibat dari kegiatan menanam, semakin banyak pula keberkahan yang terjadi dalam kehidupan kita. *
Lalu bagaimana pandangan Islam soal kegiatan menanam ini? Kegiatan menanam dalam perspektif Islam sangat dianjurkan. Hal itu penulis simpulkan dalam tiga alasan, pertama anjuran menanam itu sendiri, kedua anjuran bersedekah, dan ketiga anjuran berdzikir kepada Allah. Dari ketiga alasan tersebut, kegiatan menanam tentu menjadikan hidup kita lebih berkah.
Anjuran menanam dalam Islam sangat jelas, sampai-sampai Nabi Muhammad SAW mengibaratkan dalam sebuah hadis bahwa andai kata kiamat sudah datang sedangkan di tanganmu ada benih yang belum tertanam, maka tanamlah benih itu. Hadis lengkapnya berbunyi begini: Ø¥Ùنْ قَامَتْ السَّاعَة٠وَبÙيَد٠أَØَدÙÙƒÙمْ ÙَسÙيلَةٌ ÙÙŽØ¥Ùنْ اسْتَطَاعَ أَنْ لَا ÙŠÙŽÙ‚Ùومَ Øَتَّى يَغْرÙسَهَا ÙَلْيَÙْعَلْ “Apabila kiamat sudah tegak sementara di tangan salah satu dari kalian ada benih kurma, maka kalau kiamat itu belum datang kepadanya sampai selesai menanamkan benih itu, maka tanamlah”. (HR. Imam Ahmad 3/183, 184, 191, Imam Ath-Thayalisi no.2068, Imam Bukhari di kitab Al-Adab Al-Mufrad no. 479 dan Ibnul Arabi di kitabnya Al-Mu’jam 1/21 dari hadits Hisyam bin Yazid dari Anas Radhiyallahu ‘Anhu).
Hadis ini anjuran yang sangat jelas dan pasti akan pentingnya menanam. Selain anjuran menanam, terdapat juga kegiatan bersedekah dalam anjuran menanam sebagaimana penulis jelaskan di atas. Hal itu rupanya juga sudah dijelaskan dalam hadis-hadis Rasul dengan teks yang berbeda. Di antaranya sebagai berikut: مَا Ù…Ùنْ Ù…ÙسْلÙم٠يَغْرÙس٠غَرْسًا Ø¥Ùلَّا كَانَ مَا Ø£ÙÙƒÙÙ„ÙŽ Ù…Ùنْه٠لَه٠صَدَقَةً وَمَا سÙرÙÙ‚ÙŽ Ù…Ùنْه٠لَه٠صَدَقَةٌ وَمَا Ø£ÙŽÙƒÙŽÙ„ÙŽ السَّبÙع٠مÙنْه٠ÙÙŽÙ‡ÙÙˆÙŽ لَه٠صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَتْ الطَّيْر٠ÙÙŽÙ‡ÙÙˆÙŽ لَه٠صَدَقَةٌ وَلَا يَرْزَؤÙه٠أَØَدٌ Ø¥Ùلَّا كَانَ لَه٠صَدَقَةٌ “Tidaklah seorang muslim yang menanam tanaman, kecuali setiap tanamannya yang dimakannya bernilai sedekah baginya, apa yang dicuri orang darinya menjadi sedekah baginya, apa yang dimakan binatang liar menjadi sedekah baginya, apa yg dimakan burung menjadi sedekah baginya, & tidaklah seseorang mengambil darinya, melainkah ia menjadi sedekah baginya”. [HR. Muslim No.2900].
Luar biasa, ternyata semua kegiatan menanam bernilai sedekah dalam perspektif Islam. Hadis ini dengan terang benderang menyatakan hal itu. Dan ternyata sedekah itu bukan hanya terfokus pada sesama manusia, terhadap binatang dan makhluk lainnya juga bernilai sedekah.
yang terakhir, kegiatan menanam ini bagian dari menambah dzikir kepada Allah. Disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa semua makhluk itu berdzikir kepada Allah tidak terkecuali tanaman. Hal itu bisa kita baca dalam surat al-Israa’ ayat 44 dan surat Al-Anbiya’ ayat 79. Dengan demikian, menanam pohon atau tanaman hakikatnya kita sedang menambah dzikir kepada Allah. Semakin banyak dzikir kepada Allah, maka semakin banyak keberkahan yang kita dapatkan.
Intinya, menanam menjadikan hidup kita lebih berkah. Keberkahan itu didapatkan dari aktivitas menanam karena di dalamnya terkandung nilai berbagi, empati dan dzikir. Mari kita isi waktu luang dengan menanam dan merawat tanaman, InsyaAllah hidup kita lebih berkah. Wallahu a’lam. (Senin, 17 Oktober 2016)