Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

POLA KOMUNIKASI ala RASULULLAH, Keteladanan yang Terlupakan?

  • Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
  • Minggu, 11 Desember 2016
  • Dilihat 555 Kali
Bagikan ke

POLA KOMUNIKASI ala RASULULLAH; Keteladanan yang Terlupakan? Oleh: Achmad Muhlis Dosen Bahasa Arab STAIN Pamekasan Peserta Program Doktor Universitas Muhammadiyah Malang Pola komunikasi merupakan medium yang sangat penting bagi pengembangan dan pembetukan karakter pribadi maupun penciptaan lingkungan masyarakat, sehingga diri kita sendiri dan masyarakat akan terpola dan terbentuk dengan komunikasi yang dikembangkan. Melalui komunikasi seseorang akan tumbuh dan belajar menemukan diri sendiri dan orang lain, bergaul, bersahabat, mencintai dan mengasihi orang lain dan sebagainya. Rasulullah SAW merupakan sosok atau figur yang familiar yang sudah tidak asing lagi ditelinga serta tidak membosankan untuk selalu diteladani dalam segala aspek kehidupannya, termasuk aspek pola komunikasinya. Hal inilah yang menyebabkan para shahabat “orang bertemu Rasulullah”, maupun tabi’it tabi’in, selalu mengidamkan dan mengidolakan seorang Muhammad Rasulullah yang selalu menjadi teladan bagi umat yang beriman sampai akhir zaman. Dalam hal ini, penulis mencoba untuk menguraikan pola komunikasi yang dikembangkan oleh  Rasulullah pada zamannya yang menjadi magnet bagi setiap orang yang bertemu dengan Rasulullah maupun umat Muhammad yang hanya bisa mendengar, membaca sejarah dan fakta yang mencengangkan yang membuat orang menjadi penasaran dan ingin mengenalnya lebih dekat dengannya, sehingga patut rasanya untuk menjadi teladan dan diteladani bagi umat seluruh alam semesta ini, tidak terkecuali pada pemimpin negeri ini. Pola komunikasi Muhammad Rasulullah dalam mengemban amanah sebagai Rasul, pemimpin maupun pembimbing umat, baik pada bidang agama, sosial, budaya maupun yang lainnya, tergambar pada tiga pola komunikasi, yakni: Komunikasi verbal, Komunikasi fisik dan Komunikasi emosional. Pertama, Komunikasi Verbal. Pola komunikasi ini merupakan pola komunikasi yang paling banyak dilakukan oleh Rasulullah dalam membimbing keluarganya maupun membina umatnya, misalnya, diperintahkan untuk selalu lemah lembut, sopan dan santun dalam berkomunikasi secara lisan, khususnya kepada kedua orang tua, sebagaimana tergambar dalam al-qur’an “wala taqul lahuma uffin wala tanhar huma, waqul lahuma qaulan karima”. Dalam hal ini jelas tergambar bahwa cara berkomunikasi seperti ini, jika dikembangkan dan diteladani, akan berdampak luar biasa dan sangat signifikan dalam pengembangan dan pembentukan karakter anak dan remaja pada masa sekarang ini. Selain itu Rasulullah juga memerintahkan untuk selalu membaca basmalah dalam setiap mau memulai pekerjaan maupun kegiatan apapun, tentunya kegiatan-kegiatan sosial keagamaan yang berkesesuaian dengan aturan dan norma agama. Perintah membaca basmalah ini sangat-sangat sederhana, tetapi tidak banyak diantara kita yang melupakan atau lupa dan bahkan cenderung mengabaikannya, karena dianggap tidak penting. Padahal aktivitas apapun yang akan kita lakukan diawali dengan basmalah, maka dapat dipastikan akan mendapatkan barokah Allah SWT. itu janjinya. Ada pola komunikasi yang juga setiap saat dan setiap waktu, kita diminta untuk mengucapkan salam dengan “assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh”, ketika kita bertemu dengan sesama muslim, saling mendo’akan, walapun banyak diantara kita yang tidak sadar bahwa salam itu adalah untuk mendoakan diri sendiri dan orang lain. Dalam momentum maulid nabi ini, hal-hal yang dianggap sederhana seperti ini layak untuk diteladani dan disemarakkan bersama, khususnya bagi remaja yang sudah disibukkan dengan pekerjaan rutin yang tidak menggambarkan identitasnya sebagai gerenasi-generasi muda penerus bangsa. Menurut Bandura dan Gewirtz  (Elida  Prayitno,  2006:101-102) remaja berkembang moralnya apabila dalam kehidupannya ia dapat meniru orang di sekitarnya yang juga bertingkah laku sesuai moral. Artinya penciptaan lingkungan, “bi’ahtul mujtama’ wa bi’atul usroh” serta pembiasaan pola komunikasi verbal ini sangat baik untuk dikembangkan pada masyarakat saat ini, dalam kerangka meningkatkan kualitas dan potensi diri untuk membentuk generasi yang santun, sopan dan lemah lembut pada masa-masa yang akan datang.  Kedua, Komunikasi Fisik. Pola Komunikasi ini, dilakukan Rasulullah bersamaan dengan komunikasi verbal, misalnya ketika mengucapkan salam, maka akan berjabatan tangan, disini akan terjadi ada kontak fisik antar dua orang, ini menunjukkan keakraban yang terjadi setiap saat ketika bertemu, seolah-olah tidak ada persoalan. Disamping itu juga dibarengi dengan senyuman yang membuat orang lain juga bisa tersenyum, sembari memberikan signal bahwa apa yang ucapkan serta kontak fisik yang dilakukan dengan berjabat tangan, sebanding dengan apa yang dirasakan, sehingga wajar kalau orang yang bersalaman ini akan dihapus semua dosanya. Menurut Mohammad Ali dan Mohammad Asrori (2010:134), orang yang berada di fase remaja akan mulai merasakan pentingnya tata nilai yang menjadi acuan dalam kehidupan sehari-hari sebagai upaya menuju kepribadian yang matang. Pola komunikasi fisik ala Rasulullah ini, mengacu pada prinsip dasar “keras terhadap kafir, lemah lembut terhadap sesama” (asyidda’ alal kuffar ruhama’ bainahum). “Keras” disini jangan diartikan kasar “tanpa etika, tanpa sopan santun”, melainkan tetap menjungjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Ketiga, Komunikasi  Emosional. Pola komunikasi emosional ini, jangan hanya diartikan marah, karena Rasulullah memberikan teladan bagi kita semua, agar mampu mengendalikan emosinalya, ada kalanya kita diperintahkan untuk marah, adakalanya diperintahkan untuk sabar dan pasrah kepada ketentuan Allah. Misalnya, nampak senang “kegirangan” ketika melihat orang lainnya senang yang dibarengi dengan acapan hamdalah,  dan tidak iri dan tidak dendam ketika mendapati orang lain mendapatkan nikmat yang melampaui dirinya. Rasulullah juga selalu menyampaikan pesan-pesan spiritual untuk selalu mengingat hari kematian, hal itu di lakukan untuk membuat sadar, tidak melawan, serta tunduk dan patuh pada perintahnya. Yang pada akhirnya akan termotivasi dan terdorong serta memiliki motivasi dan minat lebih untuk mengembangkan potensi diri dan mencari identitas dirinya sebagai seorang yang kaffah. Penyadaran seperti ini jarang dilakukan oleh para pemimpin kita karena disibukkan dengan kepentingan-kepentingan politik tertentu. Padahal menurut penulis, ini adalah hal yang paling efektif dan baik untuk selalu dilakukan dan diteladani. Sehingga pada akhirnya, akan berdampak pada aktivitas untuk tidak melakukan tindakan yang melanggar norma agama mapun norma-norma lainnya. Ketiga pola komunikasi Rasulullah ini, merupakan keteladanan yang seharusnya menjadi satu kesatuan yang utuh untuk kita lakukan secara bersama-sama dan komperehensif, untuk selanjutnya kita terjemahkan dalam setiap tindak tanduk kehidupan bermasyarakat saat ini, sehingga akan berdampak positif pada kehidupan kita baik dalam hal kehidupan beragama, bersosial, berbudaya maupun berpolitik. Yang pada akhirnya, apa yang kita lakukan sejalan dan seirama dengan  idola kita Muhammad Rasulullah SAW. Semoga kita termasuk orang yang selalu mengingat serta bangga dan mengidolakan kelahiran Rasulullah SAW serta mampu meneladani ketiga pola komunikasi Rasulullah untuk membangkitkan semangat juang dalam membela dan menegakkan ajaran agama Islam “izzul Islam wal muslimin” di muka bumi ini. Amien, wallahua’lam bi al-shawab.