Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

Emansipasi Dalam Konteks Kedzoliman dan Globalisasi

  • Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
  • Rabu, 31 Mei 2017
  • Dilihat 35 Kali
Bagikan ke

Ditulis oleh: Moh. Zaini Mahasiswa STAIN Pamekasan Prodi Pendidikan Bahasa Arab Jurusan Tarbiyah Banyak sekali wanita sekarang yang sudah terjebak dan terlena oleh arti kebebasan seorang perempuan. Namun banyak juga yang sudah menyesatkan dirinya kedalam jurang kedzoliman yang merugikan. Sebelum penulis menulis lebih banyak tentang dampak emansipasi salah kaprah maka alangkah baiknya kita pelajari dulu pengertian emansipasi secara subtansial. Emansipasi merupakan pembebasan dari perbudakan, persamaan hak dari berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dan bicara emansipasi wanita, maka pasti membicarakan Kartini, seorang wanita priyayi Jawa yang memiliki pemikiran maju di masanya yang kemudian diangkat namanya menjadi penggerak emansipasi wanita Indonesia, berkat surat-surat2 korespondennya pada sahabat Belandanya yang kemudian diangkat menjadi sebuah bukuberjudul Habis Gelap Terbitlah Terang. Jadi bila disimpulkan arti Emansipasi dan apa yang dimaksudkan oleh Kartini adalah agar wanita mendapatkan hak untuk mendapatkan pendidikan, seluas-luasnya, setinggitigginya. Agar wanita juga di akui kecerdasannya dan diberi kesempatan yang sama untuk mengaplikasikan keilmuan yang dimilikinya dan agar wanita tidak merendahkan dan di rendahkan derajatnya di mata pria. Jika kartini masih ada saat ini pasti beliau memberontak kaum wanita yang sudah menyalah gunakan arti emansipasi yang sebenarnya ini. Bukti gamblangnya emansipasi wanita saat ini dijadikan kedok untuk memperdagangkan diri dalam balutan kontes putri dan ratu dengan alasan menguji kecerdasan kontestannya. Apakah hubungannya kecerdasan yang dinilai dalam balutan baju seksi dan wajah mempesona?? Dan ada juga yang menjual kecantikan untuk memperoleh nilai lebih dalam hal pendidikan,pekerjaan bahkan status sosial, suatu bentuk pelacuran terselubung yang malah menghancurkan derajat wanita? Sebagai seorang muslim yang baik maka kita wajib pintar memilih dan mengamalkan dimana letak emansipasi yang sebenarnya. Ada beberapa dampak negatif yang perlu penulis sebutkan jika wanita era ini tidak bisa meredam emansipasi salah kaprah ini. Pertama wanita saat ini sudah banyak meninggalkan kariernya sebagai ibu rumah tangga. Seperti memasak, menjahit, dan mengurus anaknya padahal tugas itu merupakan kewajiban seorang wanita, akan tetapi di era ini malah lebih banyak kaum lelaki yang melaksanakan tugas yang demikian. Kedua perempuan tidak hanya bekerja di lingkungan rumah ataupun melayani suami walaupun hal tersebut adalah salah satu kewajiban perempuan mengikuti kodratnya. Akan tetapi, perempuan juga dapat berperan untuk bangsa di ranah politik, ekonomi dan sosial. Bukti nyata dari hal tersebut dapat dilihat pada Pasal 65 ayat 1 UU (Undang-Undang) Nomor 12 Tahun 18 Februari 2003 yang berbunyi "Setiap partai politik peserta pemilu dapat mengajukan calon anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) provinsi dan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) kabupaten/kota untuk setiap daerah pemilihan dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%". Ketentuan dari UU (Undang-Undang) di atas merupakan tindak lanjut dari konvensi PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa), yaitu persoalan yang menyangkut penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan. Itu juga termasuk bentuk kegagalan seorang perempuan saat ini. Ketiga Di bidang ekonomi, tidak sedikit perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga atau membantu suami bekerja. Bahkan, ada beberapa perempuan yang mengerjakan pekerja-an laki-laki sebagai supir bus. Nah.. dimana martabat seorang wanita saat ini jika dibandingkan dengan Kartini kita pada era dulu? Lantas anak kita yang diyakini sebagai masa depan kita akan diarahkan kemana jika seorang wanita sudah mementingkan kariernya dari pada keluarganya yang menjadi tugas wajibnya itu. Emansipasi perempuan ini seharusnya dapat menjadikan generasi muda perempuan yang cerdas bukanmenjadi lemah. Jadikan perempuan sebagai subjek bagi bangsa ini dan tidak hanya menjadi objek. Sekaranglah saatnya generasi muda perempuan mencatatkan dirinya sebagai pelaku emansipasi yang mampu berdiri meng-ambil peran penting untuk membangun bangsa yang tercinta ini. ( Moh. Zaini )