Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

SATU KATA PENYEJUK JIWA

  • Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
  • Senin, 29 Mei 2017
  • Dilihat 83 Kali
Bagikan ke

Ditulis Oleh : Jamaluddin

Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab Jurusan Tarbiyah STAIN Pamekasan Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita sebagai manusia tidak pernah terlepas dari kesalahan. Setelah kita sadar, kita merasa menyesal dan hal yang sering kita lakukan adalah minta maaf. Apa sih sebenarnya "maaf" itu?. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "maaf" memiliki tiga arti, arti yang pertama yaitu "pembebasan seseorang dari hukuman (tuntutan, denda, dsb) karena suatu kesalahan", arti yang kedua yaitu "ungkapan permintaan ampun atau penyesalan" serta arti yang ketiga yaitu "ungkapan permintaan izin untuk melakukan sesuatu". Dari ketiga arti tersebut, kita biasanya sering menggunakan arti maaf sebagai arti yang kedua, yaitu ungkapan permintaan ampun atau penyesalan.

Dari pernyataan di atas dapat kita pahami bahwa kata "maaf" yang terdiri dari empat huruf ini memiliki makna yang penting bagi diri kita sendiri maupun untuk orang lain. Dalam kehidupan keluarga kita sering menjumpai adanya perbedaan pendapat yang membuat hubungan kita dengan saudara atau bahkan dengan orang tua kita menjadi renggang. Kejadian semacam ini bisa kita cairkan kembali hanya dengan satu kata yaitu "maaf". Kita tahu bahwa meskipun hanya satu kata, tapi terkadang kita sulit untuk menerapkannya karena diri kita sendiri telah dikalahkan oleh keegoisan yang kita miliki.

Selain itu, dalam kehidupan bermasyarakat kita tentunya tidak terlepas dari hubungan kita dengan anggota masyarakat yang lain. Misalnya, hubungan kita dengan tetangga yang ada di sekitar kita. Sebagai tetangga yang baik tentunya kita harus berperilaku yang baik terhadap tetangga kita. Namun, saat ini kita banyak menjumpai antara tetangga yang satu dengan tetangga yang lain tidak bertegur-sapa selama bertahun-tahun. Penyebabnya pun hanya masalah kecil, misalnya : masalah pemilihan kepala desa karena calon yang dipilih antara yang satu dan yamg lain itu berbeda. Hal ini sangat disayangkan hanya karena masalah kecil, kita bisa memutuskan tali silaturrahmi yang telah kita jalin dengan baik. Sebagai manusia yang memiliki hati nurani, tentunya hal ini sudah seharusnya kita jauhi. Namun, apabila hal ini sudah terlanjur terjadi sikap yang harus kita lakukan yaitu meminta maaf. Dengan kata ini maka hubungan kita yang awalnya mulai retak dan bahkan hancur bisa utuh kembali. Hal itulah yang menjadi kekuatan dari kata "maaf".

Bahkan dalam kehidupan sekolah kita sering menjumpai fenomena ini. Misalnya : fenomena yang terjadi antara guru/dosen dan murid/mahasiswanya yang saling dendam hanya karena murid/mahasiswanya tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh guru/dosen yang mengajarnya dan tidak jarang guru/dosen yang melayangkan tangannya agar murid/mahasiswanya bisa mengikuti apa yang dikatakan. Sebenarnya di era globalisasi ini, kita sebagai guru/dosen seharusnya memberi contoh yang baik bagi murid/mahasiswa sehingga murid/mahasiswa tersebut merasa tergugah hatinya untuk meniru apa yang telah dilakukan. Selain itu, kita sebagai murid/mahasiswa juga harus menghormati dan mendengarkan apa yang telah guru/dosen sampaikan pada kita, segala hal yang telah guru/dosen berikan pada kita sebenarnya hal itu sangat berguna bagi kehidupan kita, meskipun terkadang ada guru/dosen yang menggunakan cara yang kurang tepat dalam menyampaikan nasehatnya pada kita. Kejadian ini bisa dicegah dengan saling memaafkan antara guru/dosen dan murid/mahasiswa dan menyadari bahwa saling memaafkan itu bisa menjadikan proses pembelajaran yang ada di dalam kelas bisa menjadi kondusif, bahkan antara guru/dosen dan murid/mahasiswanya bisa menciptakan suasana kerukunan dalam bidang pendidikan. Itulah dahsyatnya kata "maaf".

Sesama makhluk Allah SWT kita seharusnya bisa menerapkan kata ini dalam kehidupan kita sehari-hari, tidak hanya mengucapkan tapi benar-benar dihayati apa arti dari kata tersebut. Meskipun terkadang hal itu terasa sulit untuk kita lakukan apalagi pada saat orang lain melakukan kesalahan besar terhadap kita. Jika kita memberi maaf terhadap orang yang telah melakukan kesalahan pada kita, maka kita bisa dikatakan sebagai orang yang memiliki jiwa besar. Hal ini tidak mudah, namun jika hal ini bisa kita terapkan maka dampak positiflah yang akan kita dapat.

Hal ini terbukti dengan adanya hasil penelitian para psikolog di negeri maju yang menemukan bahwa mereka yang mampu memaafkan ternyata lebih sehat baik jasmani/raga maupun rohani/jiwa mereka. Gejala-gejala pada raga dan kejiwaan seperti susah tidur, sakit perut, dan sakit punggung akibat stress/tekanan jiwa, hal tersebut justru sangat berkurang pada orang yang suka memaafkan kesalahan orang lain. Di samping itu memaafkan juga mampu merendam emosi negatif, mematangkan mental, menjernihkan pikiran, menyiram perasaan dendam, serta meluaskan hati dan perasaan.

Dengan saling memaafkan kita sedikit mengurangi penderitaan kita. Maka dari itu tancapkan kata ini di dalam hati kita agar kita siap untuk menggunakannya dalam keadaan apapun. (Jamaluddin)