RAMADHAN THE BEST TIME TO MUHASABAH
- Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
- Sabtu, 10 Juni 2017
- Dilihat 64 Kali
Ramadhan merupakan bulan yang agung yang dinantikan oleh seluruh umat islam di dunia. Di bulan ini, umat Islam berlomba-lomba untuk melakukan kebaikan. Namun, dalam melakukan kebaikan tersebut harus disertai dengan niat yang ikhlas dan kesabaran. Karena di dalam bulan tersebut banyak cobaan yang harus dihadapi sehingga akhirnya bisa meraih pahala yang agung dari Allah. Banyak istilah untuk bulan Ramadhan ini, yaitu bulan suci, bulan penuh rahmah, bulan maghfirah, bulan berkah, bulan sabar, bulan Quran, bulan shadaqah, bulan pendidikan dan madrasah orang-orang yang beriman. Karena di sela hari-hari dalam bulan tersebut, setiap amal kebajikan akan Allah lipatgandakan pahalanya. Jadi, setiap detikpun sangat berharga untuk dilewatkan begitu saja bagi orang yang merindukan datangnya dan berjuang untuk mengungguli rival-rival demi suatu prestasi. Oleh karena itu, umat Islam di seluruh dunia semakin intens dalam menjalankan ibadah di bulan ini. Adapun keistimewaan di bulan ramadhan tersebut antara lain diwajibkannya berpuasa bagi orang muslim, shalat tarawih di malam hari, diturunkannya Al-Quran, adanya malam yang lebih baik dari malam seribu bulan (malam lailatul qadr), tadarrus Al-Quran di surau -surau, itikaf di Masjid, kemudian mengakhiri bulan tersebut dengan membayar zakat fithrah dan merayakan hari kemenangan (Idul Fithri), yang mana kesemuanya ini sudah termaktub dalam Al-Quran dan hadits. Tatkala Ramadhan tiba, umat Islam di seluruh dunia diwajibkan untuk melaksanakan rukun Islam yang keempat, yaitu berpuasa. Berpuasa merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Berpuasa bukan hanya sekadar menahan diri dari rasa lapar dan haus dahaga mulai dari terbitnya fajar shadiq hingga terbenamnya matahari, akan tetapi menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa, segala hal yang dilarang syariat, menahan diri dari nafsu amarah, meninggalkan ghibah, tindakan adu domba, perbuatan dusta, dan sebagainya. Jika melihat kehidupan umat islam, baik dari zaman dahulu sampai sekarang, kegiatan yang dilakukan di bulan Ramadhan berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Ketika kita berlalu lalang di luar rumah, kita akan menemukan mayoritas masyarakat menjual takjil untuk buka puasa. Ini merupakan bukti bahwa Ramadhan adalah bulan berkah. Di bulan ini, masyarakat bisa menjual aneka macam makanan dan minuman untuk berbuka puasa sehingga bisa menambah penghasilan mereka. Bagi yang sebelumya menganggur, menjadi peluang baginya untuk membuka usaha. Akan tetapi, ada satu hal yang perlu diperhatikan, yaitu kegiatan tersebut tidak menjadikannya lalai untuk beribadah kepada Allah. Salah satu tradisi lain yang tetap berjalan hingga saat ini, yaitu berburu baju lebaran, baik dari kalangan anak-anak hingga dewasa. Diakui atau tidak, kegiatan ini bukanlah kegiatan asing lagi buat kita mulai awal Ramadhan. Mayoritas umat Islam sibuk mencari pakaian baru guna dikenakan di hari raya idul fitrih. Tak jarang kita temukan, beberapa toko pakaian yang menawarkan promo ramadhan. Sehingga bulan Ramadhan seolah-olah identik dengan dipersiapkannya pakaian baru. Tidak ada dalil yang menyebutkan tentang kewajiban ataupun anjuran untuk mempunyai baju baru. Di balik dikenakannya baju baru tersebut bisa tersirat suatu makna bahwa kita kembali fitrah di hari raya. Dengan demikian, merupakan suatu kebolehan untuk mengenakan pakaian baru, dengan catatan tidak ada unsur kesombongan, pamer, dan berlebihan. Selain itu, menggunakan pakaian baru hanya semata untuk mensyukuri nikmat Allah SWT. Istilah lain yang fenomenal di kalangan masyarakat pada bulan Ramadhan yaitu Ngabuburit. Pasalnya, ngabuburit merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan seseorang ketika menunggu atau menghabiskan waktu sampai menjelang buka puasa. Tak jarang kita temukan para pemuda nongkrong di pinggir jalan dengan dalih ngabuburit. Selain itu, mereka melakukan ngabuburit dengan cara jalan-jalan bersama temannya dan mampir di tempat keramaian. Beraneka ragam kegiatan dilakukan di waktu ngabuburit ini, sebagian lagi lebih memilih menonton televisi, mencari takjil, mengaji, berkumpul dengan keluarga, dan sebagainya. Kita lihat bagaimana Rasulullah memberikan teladan ketika mengisi bulan suci Ramadhan, yang termaktub dalam hadist berikut, "Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW tatkala masuk malam kesepuluh (dari bulan Ramadhan) beliau bangun di waktu malam dan membangunkan istri beliau serta mengencangkan kainnya." (HR Al-Bukhari, Muslim). Maksud "mengencangkan kainnya "adalah memperbanyak ibadah. Bangun di keheningan malam, bermunajat ke hadirat Ilahi seraya meratapi dosa-dosa yang telah lalu, sambil berdzikir, membaca Al-Quran, dan ber-itikaf di masjid. Insya Allah dengan segala kerendahan hati kita meminta dan bermunajat kepada Allah, apa yang kita mohonkan dikabulkan. Ramadhan merupakan salah satu sarana dan momentum istimewa bagi setiap orang yang beriman untuk bermuhasabah diri, sehingga bisa mengetahui tingkat keimanannya, kualitas ketaqwaannya kepada Allah. Di bulan Ramadhan, seseorang bisa menguji diri dan hatinya untuk mengetahui tingkat keimanannya, apakah tingkat iman dan taqwanya masih tetap berada di tingkat dasar (zhalimun li nafsihi), atau sudah naik ke tingkat menengah (muqtashid), atau sudah sampai di tingkat tinggi (sabiqun bil khairat)?. Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita sibuk untuk menilai orang lain sehingga lupa untuk menilai diri kita sendiri. Kita dengan seenaknya berbicara dan berkomentar tentang orang lain seakan-akan kita lebih baik daripada orang lain. Dan kita tidak pernah mengetahui apakah segala perkataan yang kita ucapkan dan perbuatan yang kita lakukan bisa menyakiti orang lain atau tidak. Padahal, yang berhak menilai kita itu adalah Allah. Kita baik di mata orang lain belum tentu baik di mata Allah. Allah yang mengetahui baik dan buruknya kita karena Dia adalah dzat yang Maha Tahu segala sesuatu. Oleh karena itu, sebagai umat Islam, kita harus menginstrospeksi diri kita supaya hari-hari kita tidak berlalu begitu saja dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, bahwa di bulan Ramadhan setiap amal kebaikan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT. Dengan begitu, bulam Ramadhan merupakan waktu terbaik untuk muhasabah diri. Sebagaimana dikutip dari ustadz Ahmad Mudzoffar Jufri, berikut hal-hal yang perlu dilakukan sebagai bentuk muhasabah diri di bulan Ramadhan. Pertama, bertanya pada diri kita sendiri, bagaimana kita akan memanfaatkan Ramadhan, dimana di setiap waktunya penuh maghfirah, penuh berkah, penuh rahmah, pelipatgandaan pahala, peluang pembebasan dari api neraka, pengabulan doa, dan lain-lain? Apakah kita akan melewatkan begitu saja momentum istimewa tersebut? Apakah kita merasa bahagia dengan kedatangan bulan agung nan mulia ini? Atau malah sebaliknya, kita merasa sedih karena harus melakukan puasa dan tambahan ibadah? Apakah hati, jiwa, dan perasaan kita cukup peka untuk menyadari dan merasakan keistimewaan bulan Ramadhan ini? Kualitas keimanan dan kadar ketaqwaan seseorang sangat ditentukan oleh sikap dan upayanya untuk menggapai kemuliaan selama bulan Ramadhan. Oleh karena itu, masing-masing kita harus melakukan muhasabah minimal harian bahkan setiap saat selama Ramadhan. Amal istimewa apa yang sudah kita lakukan di hari-hari Ramadhan? Amal shalih merupakan hal yang harus kita muhasabahi karena jika amal shalih yang kita lakukan selama Ramadhan sama dengan amal shalih yang kita lakukan di bulan-bulan lain masih belum cukup, karena dengan demikian berarti kita masih menyikapi bulan Ramadhan sama dengan bulan lain, dan belum mengistimewakannya. Ramadhan merupakan bulan istimewa dan untuk mengistimewakannya harus dengan amal-amal yang serba istimewa. Kedua, selama Ramadhan kita bisa bercermin untuk melihat hakekat jiwa kita apa adanya, tanpa campur tangan syetan penggoda dan pengganggu utama, yang berdasarkan hadits muttafaq alaih dirantai dan dibelenggu selama Ramadhan. Artinya, ketika selama Ramadhan seseorang masih punya niat buruk, kecenderungan buruk, dan amal buruk, maka ia harus sadar bahwa, keburukan itu murni berasal dari nafsu amarahnya sendiri dan bukan dari godaan syetan yang sedang dirantai dan dibelenggu, yang berarti sedang nonaktif dari fungsi dan tugas utamanya, yakni menggoda. Namun, perlu digarisbawahi bahwasanya kegiatan introspeksi diri (Muhasabah diri) tidak hanya dilakukan di bulan Ramadhan. Walaupun bulan Ramadhan berakhir dan kita terbebas dari kegiatan ibadah di bulan Ramadhan, kita harus senantiasa mengintrospeksi diri kita. Apakah amal yang kita kerjakan sudah sempurna atau sebaliknya. Kebebasan makan dan minum serta kebebasan kegiatan mengkekang lainnya, tidak menjadikan kita lupa untuk muhasabah diri. Kita harus senantiasa untuk meningkatkan kualitas kesempurnaan ibadah kita. Semoga bermanfaat dan senantiasa dalam keistiqomahan...