Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

Realitas Pemuda di kota Gerbang Salam

  • Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
  • Sabtu, 10 Juni 2017
  • Dilihat 39 Kali
Bagikan ke

Pemuda merupakan sosok yang masih muda, berani, dengan semangat yang masih berkobar. Pemuda merupakan generasi penerus bangsa, melanjutkan kepemimpinan negara dan perjuangan membela negara. Pemuda menjadi harapan bangsa untuk memajukan negara. Sebagaimana kita ketahui, Dibalik kemerdekaan Indoesia ada peran besar pemuda yang berjuang mati-matian melawan penjajah yang singgah di tanah air untuk menguasai negara. Perjuangan tersebut dilakukan secara fisik maupun non fisik (perang intelektual). Jadi, pemuda merupakan pilar negara dalam menjaga dan mempertahankan keutuhan negara republik Indonesia. Pemuda mempunyai fungsi sebagai agent of change, moral force, dan social control. Dengan demikian, diharapkan pemuda bisa memenuhi dan melaksanakan fungsi tersebut dengan sebaik-baiknya terutama di zaman modern ini. Karena segala sesuatunya menjadi modern akibat adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih dan beragam. Informasi semakin mudah tersebar luas ke seluruh dunia. Tak terkecuali kehidupan bangsa sendiri yang serba modern. Pamekasan merupakan salah satu kota di pulau Madura yang terletak di antara dua kabupaten yaitu Sampang dan Sumenep. Seperti dilansir dari Maduraku.com bahwasanya penduduk di Pamekasan berjumlah 869.636 orang. Pamekasan adalah kota gerbang salam dan kota pendidikan. Gerbang salam merupakan suatu akronim dari Gerakan Pembangunan Masyarakat Islami. Istilah kota pendidikan berkaitan dengan jumlah instansi pendidikan yang berada di Pamekasan mulai dari Taman Kanak-Kanak hingga Sekolah Menengah Atas ataupun Sekolah Menengah Kejuruan yang tersebar di seluruh wilayah Pamekasan, yang terhitung paling banyak di antara tiga kota lainnya. Memperhatikan keadaan pemuda di kota gerbang salam dan pendidikan tersebut, maka keberadaannya sangat disayangkan. Sebagian besar pemuda di kota tersebut mengalami krisis moral dan sosial sehingga mereka tidak dapat melaksanakan tiga fungsi pemuda yang telah disebutkan. Pemuda dengan pendidikan yang ditempuh seyogyanya memiliki contoh moral dan kehidupan sosial yang baik di mata masyarakat. Terlebih pamekasan sendiri mendapat julukan kota pendidikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kerusakan moral yang terjadi bukan karena kurangnya pendidikan di daerah tersebut tetapi disebabkan karena kemajuan teknologi itu sendiri sehingga para pemuda kurang memperhatikan terhadap norma yang berlaku baik di agama maupun masyarakat. Hal tersebut terjadi karena kemajuan teknologi mengakibatkan kebudayan sendiri terkontaminasi oleh berbagai kebudayaan luar. Contoh real yang dapat direnungkan dari kehidupan pemuda di Pamekasan sendiri, yaitu terkait narkoba. Banyak dari kalangan remaja terjerat untuk mengonsumsi barang terlarang tersebut. Para bandar dengan mudahnya mengedarkan dan menjual barang haram tersebut khususnya dikalangan pelajar, sehingga ketika mereka sudah kecanduan untuk mengonsumsi, mereka akan melakukan segala cara untuk mendapatknnya. Salah satunya dengan berhutang ke sana kemari, atau malah nekat untuk mencuri. Mereka tidak menyadari bahaya penyalahgunaan narkoba secara langsung atau tidak langsung. Kasus kedua yang terjadi yaitu balap liar. Kegiatan tersebut sangat meresahkan masyarakat sekitar dan aparat kepolisian kewalahan dalam menangninya. Ironisnya, para rider dibuat mabuk terlebih dahulu oleh teman-temannya dengan maksud pengendara tersebut berani untuk melaju dengan kecepatan super cepat. Selain itu, para pemuda marak dengan membuat geng dengan dalih agar ketika terlibat konflik dengan seseorang ada teman gerombolan yang membantu mereka dalam perkelahian. Padahal, adanya geng tersebut bukan merupakan suatu pembentukan mental yang bagus bagi para pemuda. Bahkan, tak jarang ditemukan para pemudi juga ikut terlibat dalam geng di daerah tersebut dengan alasan supaya mereka terlindungi dari kejahatan. Mereka keluyuran bersama anggota gengnya sampai jam pagi tanpa memperhatikan komentar miring dari masyarakat. Norma adat di daerah Pamekasan, selayaknya anak perempuan sudah berada dirumahnya sebelum pukul 22.00. Pelanggaran yang dilakukan akan menyebabkan mereka menjadi buah bibir masyarakat. Apalagi kerap kali para pemudi memakai pakaian ketat, terbuka yang menampakkan beberapa bagian tubuh. Dan akhirnya pencabulan semakin marak terjadi, kehamilan di luar nikahpun tidak dapat dihindari. Itulah sekilas kehidupan para pemuda zaman modern di Pamekasan yang sangat berbeda dengan para pemuda zaman dahulu. Kehidupan hedonisme, apatisme, materialistis, dan sebagainya adalah suatu hal yang dengan mudah dapat kita temukan di zaman sekarang ini. Para pemuda membiasakan diri dalam hidup foya-foya tanpa memperhatikan keluarga mereka. Bagaimana jika kehidupan pemuda bangsa sudah seperti itu? Bagaimana negara bisa maju jika pemudanya berbuat hal demikian? Oleh karena itu, selaku pemuda selayaknya kita bersiap diri menghadapi perkembangan zaman yang semakin modern dan senantiasa mengintrospeksi diri. Mari kita mulai dari diri kita sendiri agar tiga fungsi pemuda bisa terlaksana dengan baik dan menjadi pemuda harapan bangsa khususnya masyarakat kota gerbang salam. Wallahu alam bisshawab.