Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

JANGAN HANYA MENJADI BIROKRAT JURNAL!

  • Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
  • Rabu, 16 Agustus 2017
  • Dilihat 10 Kali
Bagikan ke

Bagaimana meningkatkan dan menjaga mutu sebuah jurnal ilmiah? Bukankah mutu sebuah jurnal ilmiah tidak hanya terkait pada pengelolaan OJS (Open Journal System), tapi pada saat yang sama juga terkait pada mutu artikelnya? Dua pertanyaan di atas selalu membayangi para pengelola jurnal imiah di lingkungan perguruan tinggi dan para penulisnya terutama para dosen. Karena seorang dosen wajib menulis atau menghasilkan sebuah karya tulis ilmiah untuk memenuhi Tri Dharma Perguruan Tinggi yang mencakup pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat sebagai kewajibannya. Jurnal ilmiah merupakan media utama penerbitan karya tulis ilmiah mereka. Apalagi ditambah dengan kewajiban menulis di salah satu jurnal ilmiah bertaraf internasional yang terindeks SCOPUS bagi para dosen yang telah meraih gelar guru besar atau hendak mengusulkan diri sebagai guru besar.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, Rumah Jurnal Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pamekasan menghelat Workshop Academic Writing dan Pengelolaan E-Journal pada hari Sabtu, 12 Agustus 2017 di Gedung Multicenter STAIN Pamekasan dengan menghadirkan dua narasumber sekaligus, yaitu Dr. Eko Ariwidodo, M.Phil., Kepala Rumah Jurnal dan Managing Editor KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman STAIN Pamekasan, dan Dr. Phil. Al Makin, S.Ag., MA., Editor-in-Chief Al-Jamiah: Journal of Islamic Studies dan Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Pada sesi pertama yang berlangsung pada pukul 09.40-11.55 WIB, Ariwidodo memaparkan materi tentang tata kelola jurnal elektronik sebagai pendalaman materi sekaligus oleh-oleh dari Bogor bagi para pengelola jurnal di lingkungan STAIN Pamekasan. Sebagai sosok penting di belakang pencapaian status akreditasi terbitan berkala ilmiah elektronik KARSA dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Periode I Tahun 2017, ia mengerti betul kelebihan dan kekurangan tata kelola elektronik jurnal-jurnal di kampus. Ia memberikan terapi berupa langkah-langkah strategis pengelolaan jurnal, sehingga suatu saat semua jurnal tersebut bisa meraih akreditasi online seperti KARSA.

Setelah sesi pertama selesai, sesi kedua pun dihelat pada pukul 13.00-16.45 WIB. Bertindak sebagai narasumber kedua, Al Makin secara spesifik berbicara tentang academic writing. Sebagai pengelola jurnal bertaraf internasional sekaligus peneliti, ia berbicara panjang lebar tentang trik menulis artikel dan ciri artikel yang berkualitas, yang menurutnya harus memenuhi beberapa hal seperti hasil penelitian (baik field research maupun library research), sesuai kaidah ilmiah, referensi yang up-to-date, spesifik, dan dilakukan secara serius dan dalam jangka waktu yang lama. Hal tersebut karena menulis artikel ilmiah di jurnal tidak seperti menulis artikel di media populer yang bisa dilakukan dalam sekejap mata. “Menulis artikel untuk jurnal bukan pekerjaan orang cerdas seperti menulis artikel di koran yang bisa selesai ditulis selama satu jam, satu jam kemudian masuk ke ruang redaksi, dan satu jam kemudian terbit di koran,” selorohnya yang membuat geger para peserta workshop.

Ia kemudian mencontohkan dua artikel yang telah dimuat di dua jurnal ilmiah yang berbeda. Ia membedah sisi kelemahan dua artikel tersebut mulai dari judul, abstrak, substansi, penutup, dan hingga daftar pustaka. Ia menjelaskan bagaimana seharusnya dua artikel tersebut dikoreksi sehingga mutunya meningkat. Setelah sekian lama berbicara, ia mempersilakan peserta workshop bertanya. Tidak menyianyiakan kesempatan tersebut, Muhammad Muchlis Solichin mengajukan diri sebagai salah satu penanya. Solichin bertanya tentang mutu artikel yang layak diterbitkan di jurnal ilmiah bertaraf internasional, baik dari segi teknik penulisan, substansi, bahasa maupun referensi artikel. Pada kesempatan berikutnya, Mohammad Hefni juga mengajukan diri sebagai penanya. Hefni bertanya tentang kesulitan mendapatkan artikel berkualitas dan jenis sumber yang bisa dijadikan sebagai referensi.

Al Makin menjawab pertanyaan Solichin dengan memperdalam lagi penjelasan tentang teknik penulisan artikel trik menulis artikel dan ciri artikel yang berkualitas, yang harus memenuhi beberapa hal, sebagaimana tersebut di atas. Ia memberi contoh hasil penelitiannya Challenging Islamic Orthodoxy: Accounts of Lia Eden and Other Prophets in Indonesia (Nabi-Nabi Nusantara: Kisah Lia Eden dan Lainnya) yang diterbitkan oleh Springer dan artikel yang telah diterbitkan di Jurnal Al-Jamiah yang ia kelola. Ia menandaskan bahwa selain syarat-syarat yang telah dikemukakan, artikel harus full berbahasa Inggris yang diterjemahkan oleh native speaker dan merujuk pada 100 referensi terbaru, maksimal tiga hingga lima tahun terakhir. Ia pun menyarankan agar kampus menggagas postdoctoral program agar mutu artikel para dosen semakin meningkat, sehingga bisa menembus jurnal bertaraf internasional, terutama bagi para dosen yang hendak mengajukan diri sebagai guru besar.

Sedangkan untuk pertanyaan Hefni, Al Makin tidak segan mengakui bahwa kesulitan untuk mendapatkan artikel berkualitas untuk dimuat di jurnal merupakan masalah bersama para pengelola, karena Jurnal Al-Jamiah sendiri hanya mendapatkan beberapa artikel yang benar-benar berkualitas dari ratusan artikel yang submitted ke Jurnal Al-Jamiah. Untuk menanggulangi problem ini, ia menyarankan agar para pengelola jurnal menjalin kemitraan dengan para penulis, yang salah satunya bisa diwujudkan dengan menyelenggarakan annual conference, sehingga jurnal bisa mendapatkan artikel-artikel berkualitas. Sedangkan berkenaan dengan pertanyaan Hefni yang kedua terkait jenis sumber yang bisa dijadikan referensi, Al Makin menegaskan bahwa hanya disertasi dan penelitian terbaru yang bisa diandalkan sebagai salah satu syarat menghasilkan artikel berkualitas, karena ilmu pengetahuan berkembang begitu pesat. Jenis referensi semacam ini sangat memengaruhi kualitas artikel yang dihasilkan.

Di sela-sela workshop, Al Makin menyampaikan sebuah pesan menarik yang sudah ia terapkan, baik sebagai dosen maupun pengelola jurnal. Ia berpesan agar para pengelola jurnal tidak hanya menjadi birokrat jurnal, karena tujuan jurnal adalah untuk mengembangkan pemikiran. “Saya menulis dan meneliti bukan untuk kamu (diterbitkan), tapi untuk kepuasan saya sendiri,” tandas peraih gelar MA dari McGill University Kanada (1999) dan gelar Ph.D. dari Universitas Heidelberg Jerman (2008) ini. [] (Mohammad Subhan Zamzami)