IBADAH TERBUNGKUS RIYA`
- Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
- Rabu, 30 Mei 2018
- Dilihat 193 Kali
Bulan ramadhan merupakan bulan dimana menjadi moment umat islam berbondong saling melakukan kebajikan. Sebab bulan ramadhan disebut-sebut dengan bulan kemuliaan. Dimana disetiap waktunya mengalir pahala apabila di isi dengan amal kebaikan dan di bulan ini juga moment gugurnya dosa sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadits: مَنْ قَامَ رَمَضَان إيْمَانًا وَاØْتÙسَابًا غَÙَرَ لَه٠مَا تَقَدَّمَ Ù…Ùنْ ذَنْبÙÙ‡. ”Barang siapa yang sholat (qiyam ramadhan atau tarawih) dengan dasar iman yang mengharap pahala, maka diampuni dosanya yang telah lalu”. (HR. Bukhari dan Muslim) Ibadah merupakan perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah Swt. Yang didasari dengan melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Atas dasar itulah itulah rata-rata umat islam mempersiapkannya dengan betul, baik dalam hal ibadah bahkan dari penampilan sekalipun. Puasa dan tarawih merupakan ibadah khas di bulan ini, dimana umat muslim berbondong-bondong meramaikan masjid terutama saat waktunya maghrib dan isya’. Penampilan pun lebih religius, dari sikap ataupun pakaian. Namun, adakalanya orang meniatkan suatu kebaikan dengan mengaitkannya atas status sosial. Hadits di atas menunjukkan bagaimana meniatkan ibadah dengan benar. Atas dasar keimanan kepada Allah dan dilakukan dengan ikhlas karena Allah, mengharap pahala-Nya, mengagungkan syari’at-Nya, bukan melakukannya atas dasar riya’, cari pujian atau hanya sekedar mengikuti kebiasaan orang sekitar.
Demikian pula jika ia melakukan suatu amalan dengan tujuan agar diberitakan dan didengar oleh orang lain, maka ia termasuk syirik kecil. Di antara syarat diterimanya amal sholeh adalah bersih dari riya’ dan sesuai dengan sunnah. Orang yang melakukan ibadah dengan maksud agar dilihat oleh orang lain, maka ia telah terjerumus kepada perbuatan syirik kecil, dan amalnya menjadi sia-sia belaka. Misalnya melaksanakan sholat agar dilihat orang lain.
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam memberikan peringatan kepada mereka dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas rodhiyalloohu’anhu: (( مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ الله٠بÙه٠وَمَنْ رَاءَى رَاءَى الله٠بÙÙ‡Ù )) “Barangsiapa melakukan perbuatan sum’ah (ingin didengar oleh orang lain), niscaya Allah akan menyebarkan aibnya, dan barangsiapa melakukan perbuatan riya’, niscaya Allah akan menyebarkan aibnya”.(HR. Muslim)
Barangsiapa melakukan suatu ibadah tetapi ia melakukannya karena mengharap pujian manusia di samping ridho Allah Ta’ala, maka amalannya menjadi sia-sia belaka. Oleh sebab itu, di bulan ramadhan ini, memperbaiki diri pun sekaligus perbaiki niat disetiap amal kebaikan yang akan dilakukan. Riya’ merupakan virus yang akan menggerogoti pahala kebaikan tanpa di sadari. Lelahnya suatu amal kebaikan yang dikerjakann tidak akan menghasilkan hasil yang manis manakala riya’ ditumbuhkan didalamnya. Hati yang ikhlas menjalani ibadah dan kebaikan karena Allah, maka hati itu akan senantiasa ceria dan mendorongnya berakhlak baik. Seseorang yang berusaha melawan riya dan merasa tidak tenang dengan keadaan tersebut, bahkan berusah berpaling dari riya dan membencinya. Maka riya yang demikian tidak berpengaruh apapun terhadap ibadahnya. Ini didasarkan pada sabda Nabi Muhammad SAW, “Sesungguhnya Allah mengampuni bisikan hati dari umatku selama tidak dilakukan atau diucapkan.” Ketika melakukan ibadah dengan mengharap pahala dari Allah, itulah yang disebut dengan ikhlas.