Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

LITERASI

  • Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
  • Jumat, 3 November 2023
  • Dilihat 96 Kali
Bagikan ke

Oleh: Prof. Dr. H. Mohammad Kosim, M.Ag.

Kata "literasi" berasal dari bahasa Latin "literate" yang berarti "terdidik" atau "mampu membaca dan menulis." Dalam KBBI, literasi diartikan sebagai “kemampuan menulis dan membaca; pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu; kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup”. Dengan demikian, literasi merujuk kepada serangkaian kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Setidaknya ada enam literasi dasar (basic literacy) yang perlu diketahui dan dimiliki individu dalam mengarungi kehidupan kini dan yang akan datang, yakni (1) literasi baca tulis, (2) literasi numerasi, (3) literasi sains, (4) literasi digital, (5) literasi finansial, dan (6) literasi budaya dan kewargaan (https://ditpsd.kemdikbud.go.id/).

Literasi baca tulis adalah kecakapan untuk memahami isi teks tertulis  baik tersurat maupun tersirat, untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi diri. Dengan kecakapan membaca memungkinkan seseorang memahami informasi yang diterima. Dengan kemampuan menulis memungkinkan seseorang berkomunikasi secara tertulis dengan jelas dan efektif kepada orang lain. 

Literasi numerasi merupakan kecakapan untuk menggunakan berbagai macam angka dan simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam beragam konteks kehidupan. Literasi numerasi sangat penting dalam kehidupan modern karena banyak aspek kehidupan memerlukan pemahaman dan penerapan matematika. Konsep-konsep numerasi dapat diterapkan dalam situasi praktis seperti mengukur, berhitung, mengelola anggaran, dan mengevaluasi informasi statistik.

Literasi sains adalah kecakapan untuk memahami fenomena alam dan social serta mengambil keputusan yang tepat secara ilmiah. Literasi sains meliputi pemahaman tentang metode ilmiah, memahami cara ilmuwan mengamati, menguji, mengumpulkan data, dan membuat kesimpulan tentang kehidupan. Dengan literasi sains, dapat mengambil keputusan yang lebih baik, berpartisipasi dalam dialog ilmiah, dan berkontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Literasi digital merupakan kecakapan menggunakan media digital dengan beretika dan bertanggungjawab untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi. Literasi digital menjadi semakin penting ketika teknologi digital mendominasi hampir semua aspek kehidupan. Ada empat literasi digital yang perlu diketahui dan dikuasai, yakni digital skills, digital ethics, digital safety, dan digital culture. Digital skills diukur dari kecakapan pengguna internet dalam menggunakan komputer atau gawai, mengunggah/mengunduh data, mengecek ulang informasi dari internet, dan sebagainya. Digital ethics diukur dengan kepekaan pengguna internet dalam mengunggah konten tanpa izin, berkomentar kasar di media sosial, menghargai privasi di media sosial, dan sebagainya. Digital safety diukur dengan kemampuan pengguna internet dalam mengidentifikasi dan menghapus spam/virus di komputer atau gawai pribadi, kebiasaan mencadangkan data, perlindungan data pribadi, dan sebagainya. Digital culture diukur dari kebiasaan pengguna internet, misalnya mencantumkan nama penulis/pengunggah asli saat melakukan reposting dan sebagainya.

Literasi finansial adalah kecakapan untuk mengaplikasikan pemahaman tentang konsep, resiko, keterampilan, dan motivasi dalam konteks finansial. Literasi finansial adalah kemampuan yang sangat penting dalam mengelola keuangan. Ini mencakup pemahaman tentang konsep keuangan seperti tabungan, investasi, utang, dan manajemen anggaran. Literasi finansial membantu kita membuat keputusan keuangan yang bijak, termasuk investasi untuk masa depan, manajemen utang, dan lainnya. Selain itu, literasi finansial juga membantu menghindari jebakan keuangan serta mengelola risiko keuangan dengan lebih baik.

Literasi budaya dan kewargaan merupakan kecakapan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa serta mema­hami hak dan kewajiban sebagai warga negara. Literasi budaya dan kewargaan adalah kemampuan untuk memahami dan berpartisipasi dalam berbagai aspek budaya dan masyarakat, termasuk pemahaman tentang nilai-nilai, norma, dan praktik budaya, serta peran dan tanggung jawab sebagai warga negara.

Bagaimana kemampuan literasi masyarakat Indonesia? Di tahun 2016, data UNESCO mengungkapkan minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001% atau hanya satu dari seribu orang Indonesia yang rajin membaca. Indonesia menempati urutan ke 6- dari 61 negara dan menjadi negara dengan literasi terendah di Asia Tenggara. Hasil riset bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara dalam hal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa. Di tahun 2019, data Program for International Student Assessment (PISA), menunjukkan Indonesia menjadi bagian dari 10 negara yang memiliki tingkat literasi rendah, di peringkat 62 dari 70 negara. Tahun sebelumnya (2018), Indonesia berada di peringkat 71 dari 77 negara di dunia.

Ironisnya, meski minat baca rendah, data Wearesocial per Januari 2017 mengungkap orang Indonesia bisa menatap layar gadget kurang lebih 9 jam sehari.

Salah satu yang menakjubkan, warga Jakarta tercatat paling banyak menuangkan segala bentuk unek-unek di Twitter lebih dari 10 juta tweet setiap hari. Di posisi kedua peringkat dunia kota teraktif di twitter ialah Tokyo. Menyusul di bawahnya London, New York dan Sao Paulo (11).

Editor: AF/Humas IAIN Madura