MAKNA BULAN SYA`BAN
- Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
- Jumat, 23 Februari 2024
- Dilihat 1315 Kali
Oleh: Prof. Dr. H. Mohammad Kosim, M.Ag.
Dalam tradisi arab pra-Islam, orang Arab sangat menghormati bulan Rajab sehingga di bulan ini mereka bersepakat untuk tidak melakukan permusuhan dan peperangan. Bahkan orang Arab menambahkan satu sifat al-asham [tuli] untuk bulan Rajab, rajab al-`asham. Mereka mensifati demikian, karena di bulan Rajab ini mereka tuli alias tidak mendengar bunyi pedang yang berkecamuk karena peperangan. Namun, memasuki bulan Sya’ban, mereka mulai berpencar mencari musuh-musuh mereka. Bahkan orang Arab menambahkan sifat celaan, al-`azl [mengucilkan] di belakang Sya’ban, sya`bān al-`azl. Mereka sifati demikian, karena mereka mencela bahkan mengucilkan siapa saja yang tetap berdiam diri di rumahnya di dalam bulan Sya’ban ini, padahal pada saat itu sedang musim perang antara satu suku dengan lainnya.
Setelah Islam datang, Allah tetap menjadikan bulan Rajab sebagai bulan mulia beserta tiga bulan lainnya, Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram, sehingga keempatnya disebut sebagai asyhurul hurum. Demikian pula dengan bulan Sya`ban, dijadikan sebagai bulan mulia. Ini ditunjukkan dengan diapitnya bulan Sya’ban oleh dua bulan mulia, Rajab dan Ramadhan. Dan Nabi pun mendoakan ketiga bulan ini dengan doa kebaikan “Allāhuma bāriklanā fi Rajaba wa Sya`bāna wa ballighnā Ramadhāna” [Ya Allah, berkahilah kepada kami di bulan Rajab dan bulan Sya`ban, dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan].
Dalam kitab Mādzā fī Sya`bān karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki, disebutkan tiga peristiwa penting yang terjadi di bulan Sya`ban, yakni perpindahan kiblat shalat, turunnya wahyu perintah bershalawat kepada Nabi, dan laporan tahunan amal perbuatan manusia.