MEMBACA KEMBALI MAHASISWA IAIN MADURA: REFLEKSI BERBASIS DATA KEMAHASISWAAN MENUJU UIN MADURA
- Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
- Rabu, 21 Februari 2024
- Dilihat 98 Kali
Oleh: Dr. Fathol Haliq, M.Si.
(Wakil Dekan 3 Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama
Fakultas Tarbiyah IAIN Madura)
Perubahan bentuk kelembagaan dari IAIN menuju UIN Madura sebentar lagi. Tentu perubahan bentuk ini hendaknya diantisipasi dengan semakin berdaya dan berjayanya bukan hanya lembaga tetapi ada transformasi akademik yang diikuti dengan meningkatnya partisipasi civitas akademika mulai dari dosen, karyawan sampai mahasiswa. Pada aras ini akan ada banyak pergeseran paradigma keilmuan (scientific paradigm shifting) yang akan memberikan orientasi dalam berbagai kultur akademik yang berbasis pada civitas akademika, khususnya mahasiswa, serta daya tawar mahasiswa dengan pekerjaan yang akan ditekuninya pada masa yang akan datang.
Untuk melihat itu semua, basis mahasiswa sebagai center of learning dalam perguruan tinggi, khususnya UIN Madura di masa depan, maka perlu berpikir kembali (rethinking) darimana, bagaimana serta seperti apa sebenarnya mahasiswa IAIN Madura hari ini? Tulisan ada apa dengan mahasiswa IAIN Madura merupakan bagian dari refleksi kemahasiswaan yang berbasis data, khususnya mahasiswa yang lulus dan telah mengambil ijazah setelah wisuda sebelumnya. Data yang disajikan merupakan executive summary data yang diolah dari web fatar.iainmadura.ac.id.
***
Bahwa berdasarkan pengumuman Fakultas Tarbiyah IAIN Madura https://fatar.iainmadura.ac.id/pengumuman/2024/02/pengumuman-pengambilan-ijazah-wisuda-37-fakultas-tarbiyah, diwajibkan bagi mahasiswa yang telah lulus untuk mengisi form tracer study. Pengumuman ini didasarkan pada kegelisihan data ini akan menjadi bagian penting bagaimana transformasi kelembagaan hendaknya diikuti pula dengan pelayanan dan pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi. Tranformasi ini bisa menjadi lampu merah jika seharusnya perguruan tinggi dengan lulusannya mampu menjaga mutu dan layanan perguruang tinggi terabaikan. Tidak mengherankan jika setiap ada akreditasi baik program studi (Akreditasi Prodi) maupun perguruan tinggi (AIPT), bidang kemahasiswaan menjadi penyanggah utama dalam mengukur mutu dan pelaksanaan Perguruan Tinggi yang selalu ditanyakan oleh asesor BANPT/LAMDIK, bahkan dalam persaingan mutu internasional seperti FIBA dan lainnya.
Berdasarkan data yang sudah masuk ada 547 mahasiswa yang menjawab dengan data yang tersebar. PAI menempati yang tertinggi sebanyak 109 menjawab (19,9%), lalu ada TBIN 89 mahasiswa (16,3%), PGMI 71 mahasiswa (13%), MPI 69 mahasiswa (12,6%), TBI 57 mahasiswa (10,4%), BKPI 49 mahasiswa (9 %), PIAUD 38 mahasiswa (6,9%), PBA 37 mahasiswa (6,8%), dan TIPS 28 mahasiswa (5,1%). Berdasarkan jumlah tersebut berarti ada Prodi PAI menjadi program studi dengan lulusan tertinggi, sedangkan TIPS dengan lulusan terendah untuk lulusan yang ke 37. Sementara untuk TMIPA dan TMTK masih belum meluluskan alumninya karena baru memasuki tahun ketiga dari pendirian prodinya. Dasar dari data tersebut bisa dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 1
9 Program Studi (PRODI) Fakultas Tarbiyah IAIN Madura
Menariknya dari data yang masuk hampir 69,5% lulusan Fakultas Tarbiyah IAIN Madura telah bekerja, 30,5% masih melamar beberapa pekerjaan yang sesuai dengan ijazah dan keahliannya (Gambar 2).
Gambar 2
Status Pekerjaan Alumni Fakultas Tarbiyah IAIN Madura
Data berikut ini mengungkap lebih detail bagaimana hubungan antara pekerjaan dengan apa yang dipelajari di kampus. Gambar 3 menunjukkan 33,2 % atau sebanyak 182 menyatakan bahwa apa yang dipelajari sudah sangat sesuai dengan pekerjaan yang digeluti hari ini. Sementara 39,2 % atau sebanyak 215 menyatakan bahwa apa yang dipelajari cukup sesuai dengan pekerjaan, dan 27,6% atau sebanyak 151 menyatakan bahwa apa yang dipelajari tidak sesuai dengan pekerjaan
Gambar 3
Linearitas Pekerjaan dan Ijazah Fakultas Tarbiyah IAIN Madura
Tingginya angka pengangguran serta banyaknya lulusan perguruan tinggi menjadi problematika tersendiri di Indonesia. Hal yang menarik bahwa menurut data yang diperoleh menyatakan bahwa hampir 71,4% mahasiswa Fakultas Tarbiyah telah bekerja dalam kurun waktu 0-3 bulan dari sebelum pengambilan ijazah. 19,9% telah bekerja pada kurun waktu 3-6 bulan, sedangkan mahasiswa yang bekerja pada kisaran waktu 6-12 bulan sebanyak 8.8%.
Gambar 4
Waktu Tunggu dalam Pekerjaan
Meskipun penghasilan bukan satu-satunya bagian dari pengukuran berbasis statistical ini tetapi hal yang manusiawi jika dana merupakan penopang hidup dan senantiasa diharapkan oleh manusia. Hal yang mencengangkan ada mahasiswa (alumni) postgraduate ini menghasilan 5 juta ke atas (sebanyak 10 orang/1,8%), 3-4 juta (sebanyak 8 orang/1,5%), 2-3 juta (sebanyak 20 orang/3,6%), 1-2 juta (sebanyak 35 orang/6,4%), 500 ribu - 1 juta (sebanyak 124 orang/22,6%), Kurang dari 500 ribu (sebanyak 351 orang/64,1%), sebagaimana data pada gambar 5 berikut ini.
Gambar 5
Pendapatan Perbulan Alumni Fakultas Tarbiyah IAIN Madura
***
One the track, itulah pembacaan atas data tersebut. Dengan basis data yang relative besar untuk kemahasiswaan dari data populasi mahasiswa aktif, menunjukkan IAIN Madura memiliki modal besar untuk transformasi kelembagaan dan akademik menuju UIN Madura. Modal ini antara lain, pertama, secara akademik mahasiswa menyatakan kesesuaian antara pekerjaan dengan apa yang dipelajari selama kuliah di IAIN Madura, utamanya Fakultas Tarbiyah. Fakultas yang memiliki misi untuk mencetak tenaga kependidikan dan pendidik religious, kompetitif dan kolaboratif ini telah menempati pekerjaannya sebagai orang yang terlibat dalam bidang pendidikan, baik menjadi guru mulai Raudhatul Athfal termasuk TK, juga telah menjadi guru lembaga pendidikan dasar, menengah dan atas. Kenyataan ini memberikan angin segar bahwa lembaga ini telah memberikan bekal bagi pendidik dan tenaga kependidikan sebagai modal dasar untuk pengembangan profesi selanjutnya.
Dalam konteks ini beberapa pelatihan guru dan tenaga kepentingan profesional seharusnya dikembangkan oleh UIN Madura pada masa yang akan datang. Cukup banyak lembaga ataupun individu yang mengajukan diri menjadi mitra. Dalam hal ini diperlukan pemetaan dasar kemampuan civitas akademika, utamanya dosen, termasuk lembaga mitra yang bisa diajak kerjasama secara kelembagaan dan profesi mahasiswa di masa depan, mulai dari lembaga pendidikan sampai dunia industry yang tidak banyak dijajaki oleh lembaga ini.
Menjadi catatan penting di era digital ini, mempersiapkan kultur akademik kemahasiswaan berbasis digital. Asumsinya bahwa kemampuan ini mahasiswa peroleh dari pengalaman di luar kampus (hidden curriculum) sehingga diperlukan upaya terstruktur untuk menjawab visi institusi kampus, kompetitif. Penting menjadi bagian dari diskusi ini bagaimana institusi ini mengarahkannya kurikulum utamanya MBKM berbasis digital. Artinya selaras dengan itu semua bahwa mempersiapkan mahasiswa Gen Z dengan digitalisasi menjadi catatan utamanya agar kesesuaiannya menjadi lebih adaptif dengan dunia kerja khususnya di lembaga pendidikan.
Dari sini dapat dikatakan bahwa membaca data tersebut dengan refleksi kritisnya menjadi pekerjaan rumah bersama bagi kita. Dengan membaca data yang disajikan di atas, menunjukkan adanya upaya atas beberapa catatan akademis berkaitan dengan transformasi akademik dan kelembagaan menuju UIN Madura pada masa yang akan datang. Anda punya catatan lain?
Editor: Achmad Firdausi / Humas