Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

HARI JADI IAIN “UIN” MADURA KE 58

  • Diposting Oleh Achmad Firdausi
  • Jumat, 19 Juli 2024
  • Dilihat 369 Kali
Bagikan ke

Oleh: Prof. Dr. H. Mohammad Kosim, M.Pd.

Tanggal 20 Juli 2024 IAIN Madura berusia 58 tahun. Dari mana angka 58? Bukankah STAIN Pamekasan diresmikan tahun 1997 dan IAIN Madura tahun 2018? Angka “58 tahun” dihitung mulai cikal bakal STAIN & IAIN berdiri, yakni Fakultas Tarbiyah cabang IAIN Sunan Ampel Surabaya (sekarang UINSA), yang diresmikan pada 20 Juli 1966 oleh Menteri Agama Kiai Saifudin Zuhri. Saat diresmikan hanya ada satu program studi, yakni Pendidikan Agama.

Saat itu, IAIN hanya berkedudukan di ibukota provinsi. Di Jawa Timur hanya ada IAIN Sunan Ampel di Surabaya. Sedangkan di wilayah kabupaten hanya ada fakultas-fakultas cabang, yakni di Malang, Jember, Ponorogo, Tulungagung, Kediri, Bojonegoro, Bangkalan, dan Pamekasan. Fakultas cabangnya beragam tergantung kesiapan daerah yang mengusulkan. Ada Fakultas Tarbiyah, Syariah, Ushuludin, Dakwah, dan Adab.

Tahun 1997, berdasar Keputusan Presiden 11 Tahun 1997,  semua fakultas cabang di daerah di seluruh Indonesia, secara serentak beralih status menjadi perguruan tinggi mandiri, STAIN, kecuali yang tidak memenuhi syarat. Sehingga berdirilah 33 STAIN se Indonesia, termasuk STAIN Pamekasan. Alasan menjadi STAIN, karena penyeleng­garaan pen­didikan oleh fakultas cabang di daerah tidak efektif, tidak efisien, dan kualitasnya belum sesuai harapan. Di antara penyebabnya, perguruan tinggi induk kelebihan beban, sedangkan fakultas cabang tidak leluasa mengem­bangkan diri.

Dipilihnya “fakultas cabang” sebagai momen awal hari jadi, agar tidak ada sejarah yang hilang. Sebab, tanpa fakultas cabang, tidak akan ada STAIN dan IAIN. Karena dari fakultas cabang (1966), beralih status menjadi perguruan tinggi mandiri (STAIN Pamekasan) pada 1997, lalu menjadi IAIN Madura pada 2018.

Kini IAIN Madura sedang berikhtiar menjadi UIN Madura bersama sejumlah IAIN di Indonesia. Ikhtiar ini diyakini segera tuntas dan berhasil menjadi UIN. Mengapa? Karena semua persyaratan administratif yang dibutuhkan telah terpenuhi, baik sumber daya manusia (mahasiswa, dosen/guru besar, tendik), kelembagaan, maupun sarana-prasarana. Diharapkan perubahan menjadi UIN selesai di era Presiden Jokowi.

Mengapa merubah menjadi UIN? Untuk memberi layanan yang lebih luas kepada masyarakat, dengan menawarkan beragam program studi lintas disiplin. Ini sesuai dengan kewenangan universitas sebagai “penyelenggara pendidikan akademik/ vokasi/profesi dalam berbagai rumpun ilmu pengetahuan dan/atau teknologi”. Di samping itu, usulan menjadi UIN bertujuan untuk mewujudkan cita-cita integrasi ilmu (ilmu “agama” dan ilmu “umum”) yang selama ini hanya menjadi bahan diskusi tanpa ujung, karena wadah IAIN terlalu  sempit untuk menampung gagasan integrasi tersebut.

Jika telah menjadi UIN, berarti lembaga ini telah berubah bentuk empat kali; dari fakultas cabang IAIN Sunan Ampel ke STAIN Pamekasan, ke IAIN Madura, dan ke UIN. Perubahan ini sekaligus menunjukkan betapa rumitnya penyelenggaraan pendidikan tinggi di bawah Kementerian Agama, dibanding di bawah Kementerian Pendidikan.

Contoh kasus, ketika di tahun 1998-an muncul gagasan untuk memperluas kewenangan IKIP menjadi universitas, maka tanpa proses panjang, belasan IKIP se Indonesia langsung berubah menjadi universitas di tahun 1999. Seperti IKIP Malang menjadi Universitas Negeri Malang, IKIP Surabaya menjadi Universitas Negeri Surabaya, dan IKIP Jakarta menjadi Universitas Negeri Jakarta.

Tidak demikian dengan perguruan tinggi di bawah Kementerian Agama. Untuk mengubah IAIN menjadi UIN, prosedurnya sangat rumit, tidak bisa serentak sebagaimana perubahan IKIP menjadi universitas. Baru tahun 2002 berdiri UIN Jakarta, diikuti UIN Malang dan UIN Yogya tahun 2004. Selanjutnya secara bertahap diikuti IAIN lainnya, sehingga kini UIN telah berjumlah 29.

Akhirnya, selamat hari jadi, hari ulang tahun ke 58 untuk IAIN Madura, semoga satu-satunya perguruan tinggi Islam negeri di Madura ini menjadi perguruan tinggi yang kompetitif dalam melayani umat dan dalam mewujudkan integrasi ilmu di bumi Nusantara. Āmīn yā rabbal `ālamīn  (44).

 


Editor: Achmad Firdausi