Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

SELAMAT DATANG RAMADAN MUBĀRAK

  • Diposting Oleh Achmad Firdausi
  • Jumat, 28 Februari 2025
  • Dilihat 609 Kali
Bagikan ke

Oleh: Prof. Dr. H. Mohammad Kosim, M.Ag.

Suatu ketika Rasulullah saw menyampaikan kabar gembira kepada para sahabatnya, akan datangnya bulan Ramadan. Kata Rasul, dalam hadits sahih riwayat Imam al-Nasa’i: “Atākum syahru ramadhāna, syahrun mubārakun, faradhallāhu ta`ālā ‘alaikum shiyāmahū, tuftahu fīhi abwābus samā’i, wa tughlaqu fīhi abwābul jahīmi, wa tughallu fīhi maradatus syayāthīni, fīhi lailatun hiya khairun min alfi syahrin, man hurima khairahā faqad hurima” (Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan yang diberkahi, Allah mewajibkan puasa bagi kalian pada bulan itu. Pada bulan itu pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Di dalamnya, ada suatu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Siapa yang tidak mendapatkan kebaikan darinya, maka sungguh ia tidak mendapatkan kebaikan).

Ramadan adalah bulan yang diberkahi Allah. Dalam setahun terdapat 12 bulan, dan semua bulan adalah baik di sisi Allah. Bahkan ada empat bulan yang dipilih Allah sebagai bulan-bulan mulia “asyhurul hurum” yakni bulan Rajab, Dzulqa`dah, Dzulhijjah, dan bulan Muharram. Namun, semua kebaikan dan keistimewaan di dua belas bulan, terkumpul di bulan Ramadan.

Di antara keberkahan Ramadan, sebagaimana ditunjukkan dalam hadits tersebut, adalah; Pertama, dipilihnya bulan Ramadan sebagai waktu pelaksanaan puasa wajib satu bulan dalam setiap tahun. Bahkan inti bulan Ramadan adalah puasa. Karena itu, bulan Ramadan seringkali disebut sebagai bulan puasa. Sebagaimana dimaklumi, puasa sebulan penuh di bulan Ramadan merupakan salah satu rukun Islam yang wajib ditunaikan setiap muslim yang memenuhi syarat, yakni baligh dan sehat jasmani-rohani. Boleh tidak berpuasa bagi yang sakit dan bepergian dengan kriteria tertentu, tapi harus diganti di lain hari. Bahkan dilarang berpuasa bagi perempuan yang sedang haid/nifas/melahirkan, namun harus diganti di lain waktu.

Kedua, di bulan Ramadan pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Maksudnya, orang yang sedang lapar karena puasa di bulan Ramadan, akan melemahkan daya setan untuk menggodanya (setan dibelenggu), sehingga daya berbuat terlarang menurun (pintu neraka tertutup), dan sebaliknya daya berbuat kebaikan meningkat (pintu-pintu surga terbuka).

Karena itu, dalam hadits lain dinyatakan “Yā ma`syarasy syabābi, man istathā`a `alaikum fal yatazawwaj,fa innahū aghaddhu lil bashari wa ahshanu lil faraji. Wa man lam yastathi` fa`alaihi bis shaumi, fa innahū lahū wijā’un” (Wahai para pemuda, barang siapa yang mampu menikah, maka menikahlah karena menikah itu lebih menundukkan pandangan dan lebih mem­bentengi kemaluan. Dan barang siapa yang tidak mampu, hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu dapat membentengi dirinya).

Dengan demikian berpuasa, secara umum, dapat melemahkan dorongan berbuat terlarang dan membangkitkan semangat berbuat baik. Lebih-lebih berpuasa di bulan Ramadan, di mana setiap muslim serentak berpuasa, sehingga suasana positif begitu terasa dalam kehidupan sosial.

Ketiga, di bulan Ramadan diturunkan kitab suci al-Qur’an, yakni di malam qadar (lailatul qadar), yang jika beribadah di malam itu nilainya lebih baik dari seribu bulan. Bayangkan, seribu bulan saja setara dengan ± 84 tahun. Sedangkan lailatul qadar lebih baik dari itu. Tidak diketahui pasti kapan malam mulia itu terjadi. Hanya, Rasulullah memberi ancer-ancer “Taharrau lailatal qadri fī witri minal `asyril awākhiri min ramadāna” (Carilah lailatul qadar pada malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan).

Keempat, Allah memberikan kesempatan emas di bulan Ramadan untuk memperbanyak berbuat baik, dengan melipatgandakan pahala, melipatgandakan semangat ibadah, dan dengan memperlemah nafsu terlarang. Maka merugilah orang-orang yang tidak mengisi bulan barakah ini dengan beragam kebaikan. Karena itu, suatu ketika, Malaikat Jibril berkata kepada Rasulullah yang kemudian diamini oleh beliau: “Raghima anfu imri’in adraka ramadhāna wa lam yughfar lahū” (Sungguh celaka orang yang hidup di bulan Ramadan, tapi tak diampuni dosanya). Dengan kata lain, jika di bulan Ramadan—yang dengan segala keberkahannya--tidak bisa menambah kebaikan, apalagi di luar bulan Ramadan.

Karena itu, mari kita sambut bulan Ramadan Mubārak ini dengan penuh kegembiraan, sambil merencanakan beragam kebaikan. Jadikan bulan Ramadan kali ini, seakan-akan sebagai bulan Ramadan terakhir dalam hidup kita, agar kita dapat mengisi Ramadan dengan kebaikan yang maksimal. Dan yang terpenting, setelah merencanakan kebaikan, adalah memohon kepada Allah, semoga kita diberi kesempatan hidup sehat selama Ramadan, dan bersemangat meningkatkan ibadah melebihi tahun-tahun sebelumnya. Wamā taufīqī illā billāh [77].

 


Editor: Achmad Firdausi