KEBERSAMAAN BERPUASA MEMANCARKAN SINAR KEBAHAGIAAN
- Diposting Oleh Achmad Firdausi
- Senin, 24 Maret 2025
- Dilihat 65 Kali
Oleh: Dr. H. Imam Amruzi, M.H.I.
(Ketua Program Studi Doktor Ilmu Syariah Pascasarjana IAIN Madura)
Begitu indahnya menjalani puasa pada tahun ini, tahun 1446 Hijriyah, di mana hari pertama Ramadan bertepatan dengan 1 Maret tahun 2025. Hampir seluruh umat Islam serentak melaksanakan puasa pada hari pertama yaitu pada hari Sabtu tanggal 1 Maret ini. Padahal sebelumnya sudah beredar rumor adanya perbedaan permulaan puasa, di mana kalangan Muhammadiyah sudah menetapkan 1 Ramadhan itu pada hari Sabtu 1 Maret 2025. Kalangan Muhammadiyah sudah bersiap-siap untuk melaksanakan tarawih pada malam Sabtu, karena mereka sudah meyakini dengan hisab yang dilakukan oleh ahli-ahli hisab di kalangan mereka, bahwa satu Ramadan itu jatuhnya pada hari Sabtu 1 Maret 2025, yang didasarkan pada pandangan wujudul hilal, berapa derajat pun tingginya hilal secara hakikat hilal sudah ada. Maka dengan keyakinan itulah mereka di seluruh tanah air sudah bersiap-siap untuk melakukan salat tarawih pada malam Sabtu tersebut dan akan melaksanakan puasa pertama keesokan harinya.
Sementara itu kalangan yang lain, seperti kehilangan nahdliyin belum berani mengambil keyakinan karena belum ada keputusan dari pemerintah kapan itu jatuhnya tanggal 1 Ramadan, karena mereka berpatokan kepada fatwa dari para ulama di kalangan mereka bahwa puasa 1 Ramadan itu masih menunggu adanya hilal, karena mereka berpegangan kepada imkanur ru'yah, yaitu terlihatnya hilal menjelang maghrib pada malam yang mereka pilih dan tentukan untuk mengadakan rukyatul hilal. Sementara dalam hitungan sebagian ahli hisab dari mereka juga masih ada peluang untuk memungkinkannya terlihat bulan terutama di bagian barat Indonesia, karena ketinggian hilal sudah mencapai lebih dari 3 derajat, namun di sebagian daerah di Indonesia elongasinya masih di bawah 6 derajat. Namun diperkirakan di wilayah Aceh Darussalam elongasinya sudah melebihi 6 derajat, maka mereka masih menunggu hasil rukyat dari berbagai titik yang sudah ditentukan di seluruh Indonesia, tak ketinggalan di Jawa Timur termasuk Madura. Jika ada perselisihan pendapat tentang sustu hal dari kalangan ulama, maka keputusan pemerintah yang menetralisir perselisihan tersebut, sesuai kaidah hukmul hakin yarfa’ul khilaf, keputusan hakim menyelesaikan perbedaan, dan harus dihormati oleh semua kalangan.
Hingga menjelang ISYA' banyak Jemaah yang menunggu keputusan dari pemerintah tentang kapan dimulainya 1 Ramadan, namun sampai isya' belum juga ada laporan dari berbagai titik di seluruh Indonesia yang melaporkan bahwa tim ruqyah mereka itu sudah melihat hilal. Sementara kami dan jemaah tetap setia menunggu adanya keputusan pemerintah yang menambah durasi rapat penetapan atau sidang isbat (penetapan) satu ramadhon dengan menunggu laporan adanya (terlihatnya) hilal yang menurut berita itu sudah terlihat di bagian barat Indonesia yaitu Aceh Darussalam. Kemudian tak selang berapa lama muncullah berita, terutama di televise, bahwa sudah ditemukannya hilal di Nanggroe Aceh Darussalam dan mereka sudah menyumpah orang yang telah berhasil melihat hilal tersebut, kemudian dilaporkan ke sidang isbat yang dipimpin oleh menteri agama. Tidak bersenang lama, kemudian muncullah di televisi menteri Agama profesor doktor kyai haji Nazaruddin Umar, kemudian menyampaikan bahwa pemerintah menetapkan satu ramadhan jatuh pada hari Sabtu yaitu keesokan harinya.
Dengan demikian puasa yang dilakukan umat Islam pada tahun ini hampir semuanya serentak seluruh Indonesia pada hari Sabtu. Alangkah indahnya kebersamaan menjalankan ibadah puasa diliputi oleh kebahagiaan menghinggapi hamba yang menjalankan perintah Allah, berpuasa. Tidak terperikan bahagia dan indahnya menjalani puasa kali ini, karena umat Islam menjalankan ibadah bersama-sama seluruh keluarga, tetangga, bahkan seluruh umat Islam di Indonesia. Inilah mungkin yang menjadi hikmah bahwa puasa itu adalah untuk mencapai derajat taqwa, di mana Allah subhanahu wa ta'ala menguji kesabaran kita untuk selalu merajut kebersamaan, menghargai sesama di antara umat Islam. Hal itu bisa dirasakan kali ini, puasa memberikan kebahagiaan bagi kita umat Islam seluruh Indonesia. Tidak bisa dipungkiri bahwa dengan kebahagiaan itu derajat taqwa akan diraih oleh siapa saja yang menjalankan puasa ini. Itulah makna dari la'allakum sebagaimana yang difirmankan oleh Allah subhanahu wa ta'ala dalam surah al-Baqarah, ayat 183..
Kebahagiaan akan memberikan suatu kekhusukan kepada mereka yang merajut relasi dengan Tuhannya, karena bahagia itu akan membersihkan hati kita, sehingga dengan bersihnya hati kita, akan bersih pula pikiran kita, bersih perilaku kita, bersih juga pola tingkah laku kita, baik di hadapan khalayak, apalagi di hadapan Allah subhanahu wa ta'ala. Kebahagiaan yang dirasakan oleh umat Islam kali ini akan berdampak positif terhadap kualitas puasa yang mereka jalankan. Kebersamaan berpuasa akan menghilangkan sekat-sekat perbedaan yang tidak jarang menganga lebar di hadapan kita, hingga memisahkan jarak yang terasa amat jauh, walaupun sebenarnya dalam posisi berdekatan. Pada moment kali ini seakan tidak terlihat perbedaan itu, menyatu dalam kegembiraan dan kebahagian yang dirasakan bersama. Mungkin ini juga buah dari adanya moderasi dalam beragama, yang sasaran utamanya adalah kebahagiaan bersama.
Kebersamaan dan kebahagiaan ini patutlah untuk disyukuri karena itu merupakan anugerah yang sangat besar bagi kita. Anugerah Allah tidak boleh kita sia-siakan dan harus kita manfaatkan sebesar-besarnya untuk kebahagiaan kita dan seluruh umat Islam. Dengan anugerah itu mari kita selalu berbakti kepada Allah subhanahu wa ta'ala, mengagungkan Allah subhanahu wa ta'ala. Melalui Ramadan ini kita lantunkan dzikir, takbir, memperbanyak membaca Alquran dan melaksanakan amalan-amalan yang dikhususkan pada bulan Ramadan ini, seperti puasa bersama, berbuka bersama, tarawih bersama, sahur bersama, sehingga nantinya pasca puasa akan dirasakan selalu kebahagiaan dalam diri kita dan seluruh umat Islam di Indonesia, bahkan di seluruh dunia pada umumnya. Selamat menjalankan puasa pada hari pertama ini hingga di ujung puasa nanti dan juga sampai datangnya hari raya idul Fitri. Terima kasih kepada Allah subhanahu wa ta'ala yang telah menganugerahkan dan menggerakkan kita semua hingga di titik Ramadhan kali ini.
Kebersamaan di bulan Ramadhan sangat kental terlihat pada momen-momen penting yang selalu terjadi di bulan ini. Selain memulai puasa bersama, memulai tarawih juga bareng, dan memperingati malam Nuzulul Qur’an juga bersama-sama semua umat Islam di Indonesia tepat pada malam tanggal 17 belas Ramadhan. Hitungan malam ganjil pada 10 hari yang terakhir pun akan sama pula. Di malam-malam ganjil itulah semua umat yang puasa berharap datangnya lailatul qadar. Tidak ada lagi malam genap-ganjil bersamaan, sebagaimana jika memulai puasa tidak sama pasti berlaku dalam satu malam, malam ganjil bersamaan dengan malam genap. Bagi mereka yang memulai puasa duluan, maka malam ganjilnya bersamaan dengan malam genap bagi mereka yang memulai puasa keesokan harinya. Namun hal tersebut tidak berlaku pada tahum ini. Merupakan berkah tersendiri bagi umat Islam yang menunaikan puasa bersama-sama, dengan harapan hari rayanya juga bersama, tidak berselang hari. Alangkah bahagianya puasa bersama seluruh umat Islam, dan hari raya bersama-sama pula. Itulah dambaan semua umat Islam di Indonesia, bahkan seluruh dunia. Semoga Allah selalu bersama kita. Amin
Editor: Achmad Firdausi