Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

Testimoni atas Kebaikan dan Kontribusi Prof. Dr. H. Mohammad Kosim, M.Ag.

  • Diposting Oleh Achmad Firdausi
  • Senin, 5 Mei 2025
  • Dilihat 261 Kali
Bagikan ke

Oleh: Dr. Imam Amrusi Jailani, M.Ag.

(Ketua Program Studi Doktor Ilmu Syariah Pascasarjana IAIN Madura)

Jumat Wage bertepatan dengan tanggal 2 Mei 2025 atau 4 Dzulqo'dah 1446 H. merupakan hari berkabung bagi keluarga besar IAIN Madura, karena salah satu putra terbaiknya, yakni Prof. Dr. H. Mohammad Kosim, M.Ag telah meninggalkan kita semua menghadap Sang Pencipta untuk selama-lamanya. Berpulangnya sang profesor ke haribaan iIahi merupakan kehilangan bagi IAIN Madura pada khususnya dan masyarakat Madura pada umumnya. Keluarga besar IAIN Madura berkabung dan di mana-mana teriring ungkapan inna lillahi wa inna ilaihi rojiun sebagai ungkapan bela sungkawa atau tahni’ah dari orang-orang yang mencintainya. Dalam in memoriam ini saya selaku sahabat dan juga kolega beliau mengungkapkan testimoni tentang kebaikan dan kontribusinya kepada kemajuan IAIN Madura secara umum dan untuk saya pribadi secara khusus.

Saya sendiri mengenal beliau sejak beliau menempuh pendidikan magister, strata 2, di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada waktu itu saya sendiri menempuh program doktor (S3) di universitas yang sama. Dari perkenalan itu saya mengenal sosok pribadi yang sangat santun, familiar, dan sangat akrab dengan sahabat-sahabatnya, walaupun pertemuan itu hanya sekejap mata. Pertemanan kita berlanjut setelah beliau menyelesaikan program magisternya dan saya kembali ke almamater saya di UIN Sunan Ampel Surabaya. Sewaktu beliau memimpin STAIN Pamekasan, beberapa kali dia meminta kepada saya untuk bersama-sama bergabung ke keluarga besar STAIN Pamekasan. Begitu pula setelah beliau terpilih menjadi rektor IAIN Madura, beberapa kali pula dia mengajak saya untuk bergabung ke keluarga besar IAIN Madura, dengan alasan dari beliau sesama orang maduranya, mari kita besarkan IAIN Madura yang menjadi kebanggaan masyarakat Madura ini. Namun saya tidak langsung mengiyakan, tapi menjanjikan suatu saat saya pasti bergabung dengan keluarga besar IAIN Madura, paling tidak setelah tahun 2020. Begitu janji saya kepada beliau, karena tidak enak kepada keluarga besar UIN Sunan Ampel Surabaya, saya sendiri tergabung dalam tim yang menangani alih status IAIN Surabaya menjadi UIN Sunan Ampel Surabaya, dan gongnya terjadi pada tahun 2014, IAIN Sunan Ampel Surabaya beralih status menjadi UIN Sunan Ampel Surabaya. Maka, jika Baru beberapa tahun berjalan UIN sunan Ampel Surabaya, tidak enak sendiri jika saya kemudian mutasi ke IAIN Madura.

Setelah tahun 2020 saya ingat akan janji saya kepada beliau, akan tetapi pada tahun 2021 usaha saya untuk memenuhi janji terhalang oleh keadaan covid yang melanda dunia. Baru pada tahun 2022 saya memulai mengusahakan untuk bisa mutasi ke IAIN Madura. Beliau bilang kepada saya, kapan pun sampeyan itu mau minta tanda tangan saya, jangankan siang hari malam hari pun saya akan tanda tangani. Kemudian pernyataan itu diimplementasikan betul oleh beliau, beliau membuatkan surat khusus selaku rektor IAIN Madura ditujukan kepada rektor UIN sunan Ampel Surabaya bahwa IAIN Madura siap untuk menampung saya. Itulah kemauan besar dan kegigihan dari beliau yang sangat kuat, sampai sekarang saya tetap kenang sebagai suatu kebaikan yang tidak akan pernah terlupakan. Maka menjadi jelas dari apa yang saya alami bahwa kontribusinya sangat besar bagi saya pribadi dan bagi IAIN Madura pada umumnya, karena setiap dia bertemu dengan saya pasti selalu mendiskusikan tentang kemajuan IAIN Madura. Maka dengan usaha beliau yang akhirnya diteruskan oleh sektor IAIN yang sekarang, saya akhirnya mengabdi ke IAIN Madura.

Setelah saya menjadi bagian dari keluarga besar IAIN Madura, intensitas perjumpaan saya dengan beliau semakin tinggi. Hampir setiap hari saya berjumpa dengan beliau, baik pada waktu masuk pagi hari sebelum mulai beraktivitas di bidang akademik, berjumpa dengan beliau di sela-sela mengisi presensi masuk atau ceklok, secara ramah dan baik hati dia selalu menyapa dan bertanya tentang keadaan atau kesehatan siapapun yang dijumpai pada waktu itu, tidak terkecuali saya. Begitu akrab beliau dengan sahabat-sahabatnya. Tidak jarang dia menanyakan keadaan keluarga, anak-anak saya sudah sampai di mana jenjang kuliahnya, dan hal-hal yang lain yang berkaitan dengan kehidupan ini. Sangat familiar pembawaannya, itulah sosok beliau yang selalu saya kenang dan tidak akan pernah terlupakan, apalagi keberadaan saya di IAIN Madura ini adalah atas jasa beliau yang selalu membujuk saya untuk berkontribusi bagi kemajuan IAIN Madura ini, padahal beliau tahu saya ini bukan siapa-siapa dan tidak ada apa-apanya. Mungkin jika bisa berkontribusi hanya seujung kuku atau malah tidak sampai seukuran itu.

Suatu hal lagi yang selalu saya ingat dari beliau, hampir setiap ketemu dengan beliau, beliau selalu menyapa saya dengan sebutan kyai walaupun saya bukan kyai. Itu adalah sebuah sapaan yang menghormati dan mengagungkan orang lain. Padahal yang kyai sebenarnya mungkin beliau, bukan saya, tapi dia menyapa kepada saya dengan sebutan itu. Kalau dalam masyarakat Madura, itu sebuah penghormatan dan pengagungan yang begitu tinggi karena menghargai seseorang, walaupun secara strata itu berada di bawah beliau. Hal ini menandakan begitu baiknya akhlak beliau, jika berjumpa dengan orang lain, baik sahabat dan lainnya, juga murah senyum sekalipun terhadap mahasiswa. Itulah mungkin yang bisa ditiru oleh siapapun tidak terkecuali oleh saya untuk bisa memberikan senyum kepada siapapun yang dikenalnya, karena senyuman itu adalah ibadah.

Saya pribadi yakin sekali bahwa kontribusi beliau terhadap kemajuan IAIN Madura, yang mungkin tidak berapa lama lagi akan beralih status menjadi UIN Madura sangat besar kontribusinya. Sekalipun saya sendiri tidak menyaksikan sendiri dengan mata kepala saya bagaimana dia berkontribusi di IAIN Madura, karena saya sendiri baru bergabung dengan IAIN Madura yang sudah memasuki tahun ketiga dari pengabdian saya kepada IAIN Madura. Akan tetapi dari setiap perbincangan dan diskusi tentang masalah akademik dan hal-hal yang berkaitan dengan kemajuan IAIN Madura, beliau selalu antusias memberikan pandangan-pandangan positif untuk kemajuan IAIN Madura. Dari situ saja saya bisa menilai bagaimana posisi dan kontribusi beliau terhadap institusi kebanggaan kita, yaitu IAIN Madura ini. Kontribusi yang begitu berharga itu tidak mungkin terlupakan oleh siapapun yang bersentuhan dengan laju perjalanan IAIN Madura ini, apalagi beliau adalah mantan rektor yang pernah mengomandani perjalanan IAIN Madura.

IAIN Madura tentunya sangat kehilangan sosok yang begitu bersemangat untuk selalu mengabdikan hidupnya kepada kemajuan institusi kebanggaan ini, bahkan sampai menjelang detik-detik menghadap Sang Khalik, semangatnya tetap terpancar dari auranya untuk selalu berkhidmat bagi kemajuan IAIN Madura ini. Seingat saya seminggu atau 10 hari sebelum dia menghadap Sang Khalik, dia masih sempat menorehkan tinta emas pikirannya yang dituangkan di laman resmi IAIN Madura, di mana tulisannya itu yang memperbincangkan tentang sekolah rakyat merupakan goresan tinta emas terakhir dari beliau yang selalu mengisi laman IAIN Madura. Biasanya beliau bergantian dengan saya mengisi laman IAIN Madura. Goresan tinta emas beliau biasanya bisa selalu dijumpai setiap hari Jumat. Sedangkan tulisan saya, walaupun apa adanya, bisa dijumpai setiap hari Senin. Begitulah beliau dengan saya selalu bergantian mengisi laman itu untuk menghidupkan literasi IAIN Madura ini pada khususnya. Dengan berpulangnya beliau menghadap Sang Khalik, saya pribadi sangat merasa kehilangan, karena sudah berjalan berapa bulan saya selalu bergantian dengan beliau mengisi laman tersebut, dan beliau adalah inspirator bagi saya untuk tetap bisa menulis, yang pada awalnya saya ini tidak bisa apa-apa, tapi karena termotivasi dengan semangat beliau yang selalu menulis. Maka saya pun menulis pula, walaupun mungkin tulisan saya ya tidak sebagus tulisan yang lain, tapi tetap berharap mudah-mudahan ke depan akan bisa menjadi baik pula.

Dan sekarang kebersamaan itu hanya tinggal kenangan dan in sya Allah tekat saya menulis itu akan tetap saya kobarkan menjadi aktivitas rutin saya demi pengabdian saya kepada IAIN Madura ini, sekaligus untuk mengenang beliau sebagai tandem saya dalam hal tulis-menulis. Akhirnya saya ucapkan selamat jalan sahabatku, kolegaku, tenanglah kau dan bahagialah di hadapan Sang Pencipta kita semua. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

 


Editor: Achmad Firdausi