Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@uinmadura.ac.id

Konservasi Naskah Kuno Madura sebagai Warisan Budaya

  • Diposting Oleh Achmad Firdausi
  • Selasa, 7 Oktober 2025
  • Dilihat 28 Kali
Bagikan ke

Oleh: Dr. Moh. Hafid Effendy, M.Pd.

(Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Madura dan Ketua Yayasan Pakem Maddhu)

Pernahkan Anda mendengar istilah Naskah kuno atau manuskrip Madura? Tentu bagi masyarakat tradisional telah mengenalnya. Akan tetapi dikalangan akademisi sering menyebut manuskrip. Naskah kuno yang dimaksud para akademisi yakni hasil budaya tulis masyarakat Madura yang diwariskan dari generasi ke generasi, ditulis dengan aksara tradisional (seperti carakan Madura, aksara Arab Pegon, atau aksara Jawa-Madura), biasanya di atas media seperti lontar, daluang (kertas tradisional), atau kertas Eropa.

Naskah kuno atau manuskrip Madura termasuk bagian dari warisan budaya bangsa yang memiliki nilai historis, religius, dan intelektual yang sangat tinggi. Naskah-naskah ini memuat beragam pengetahuan, mulai dari ajaran keagamaan, hukum adat, sastra lisan, hingga pandangan hidup masyarakat. Di sisi lain, naskah kuno Madura tidak sekadar menjadi peninggalan masa lalu, melainkan simbol identitas dan jati diri budaya lokal yang harus dilestarikan. Merawat naskah kuno berarti menjaga kesinambungan memori kolektif dan memastikan nilai-nilai luhur tetap dapat diwariskan kepada generasi mendatang.

Sebagai warisan budaya, naskah kuno atau manuskrip memiliki kedudukan strategis dalam membangun kesadaran sejarah dan kebudayaan masyarakat khususnya di Madura. Naskah ini mencerminkan cara berpikir, sistem nilai, serta pengetahuan lokal yang berkembang pada masa lampau. Dengan kata lain, naskah kuno Madura adalah rekaman otentik tentang interaksi manusia dengan agama, tradisi, dan lingkungan sosialnya. Jika dibiarkan hilang atau rusak, maka bangsa akan kehilangan salah satu sumber primer penting dalam memahami sejarah peradaban Madura secara utuh.

Upaya merawat naskah kuno Madura sangatlah penting, hal ini dapat dilakukan dalam dua aspek utama. Mislanya melalui aspek pelestarian fisik. Naskah-naskah tersebut umumnya terbuat dari bahan yang mudah rapuh akibat faktor usia, iklim, maupun penyimpanan yang kurang memadai. Oleh sebab itu, diperlukan strategi konservasi melalui restorasi, perawatan filologis, serta penggunaan teknologi digital untuk mendokumentasikan isi naskah secara berkelanjutan. Digitalisasi menjadi solusi modern yang tidak hanya menjaga isi naskah, tetapi juga memperluas akses bagi peneliti dan masyarakat luas.

Di sisi lain juga bisa melalui aspek pemaknaan dan pemanfaatan. Naskah kuno tidak hanya penting sebagai benda koleksi, melainkan juga harus dihidupkan melalui kajian akademik, penelitian interdisipliner, serta integrasi nilai-nilainya dalam pendidikan dan kehidupan sosial. Nilai-nilai kearifan yang terkandung dalam naskah, seperti etika keagamaan, moralitas, serta filosofi hidup, dapat menjadi pedoman dalam membangun karakter masyarakat di tengah arus globalisasi. Dengan demikian, merawat naskah kuno berarti menjaga relevansi nilai budaya lokal di era modern.

Lebih jauh lagi, merawat naskah kuno Madura sebagai warisan budaya yang juga memiliki dimensi politik kebudayaan. Negara memiliki kewajiban untuk melindungi dan melestarikan warisan budaya sesuai amanat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Keterlibatan pemerintah daerah Pamekasan melalui Dinas Pendidikand dan Kebudayaan yang telah melakukan kolaborasi dengan LPPM UIN Madura dengan menuntaskah 3 naskah kuno ke alih aksara dan transliterasi. Hal ini menunjukkan betapa pedulinya LPPM UIN Madura sebagai representasi kampus Tanèyan Lanjhâng yang berkometmen juga peduli terhadap naskah kuno Madura, selain itu juga lembaga pendidikan yang lain di pondok pesantren, dan masyarakat menjadi kunci penting dalam memastikan naskah kuno tetap terjaga dan terawat. Kolaborasi ini dapat diwujudkan dalam bentuk program inventarisasi, pusat kajian naskah, serta pameran budaya yang mengangkat kembali eksistensi naskah sebagai identitas bangsa.

Selain itu, naskah kuno Madura dapat menjadi potensi wisata budaya yang bernilai edukatif seperti apa yang telah dipajang pada museum kabupaten Pamekasan. Jika dikelola dengan baik, naskah dapat diperkenalkan kepada generasi muda melalui pameran, festival literasi, atau integrasi dalam kurikulum sekolah. Hal ini tidak hanya meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap warisan budaya, tetapi juga menumbuhkan rasa bangga terhadap identitas lokal. Dengan demikian, merawat naskah kuno Madura dapat memperkuat ketahanan budaya sekaligus mendukung pembangunan karakter bangsa yang berakar pada tradisi.

Pada akhirnya, merawat naskah kuno Madura sebagai warisan budaya bukan sekadar menjaga benda bersejarah, tetapi juga menghidupkan kembali memori kolektif dan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Naskah kuno adalah saksi bisu peradaban yang menyimpan jejak kearifan masa lalu, sekaligus sumber inspirasi bagi pembangunan peradaban masa kini dan masa depan. Dengan perawatan yang serius dan kolaboratif, naskah kuno Madura akan tetap hidup sebagai warisan budaya yang memberi makna bagi generasi sepanjang zaman.

 


Editor: Achmad Firdausi