MENGENAL SEKOLAH RAKYAT
- Diposting Oleh Achmad Firdausi
- Senin, 21 April 2025
- Dilihat 938 Kali
Oleh: Prof. Dr. H. Mohammad Kosim, M.Ag.
Namanya Sekolah Rakyat (SR). Nama ini mengingatkan saya ke masa penjajah Jepang di mana sekolah rendah untuk anak pribumi saat itu, diberi nama SR, sampai akhirnya diganti SD setelah masa kemerdekaan.
SR yang ini sangat berbeda. Dasarnya adalah Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2025 tentang Optimalisasi Pelaksanaan Pengentasan Kemiskinan dan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem.
Dari judul Inpers-nya sudah terlihat bahwa SR merupakan bagian dari program unggulan Prabowo untuk memutus mata rantai kemiskinan ektrem. Tapi, mengapa harus melalui pendidikan? Karena banyak dari mereka yang berada di garis kemiskinan ekstrem, penyebabnya karena berpendidikan rendah dan tak berkualitas.
Apa saja point-point penting dalam Inpres tersebut terkait SR? Berbeda dengan program pendidikan pada umumnya yang dikelola Kemdikbbud, penanggungjawab SR adalah Kemensos, yang selama ini lebih focus pada upaya pengentasan kemiskinan, melalui Bansos dan program terkait lainnya.
Apakah nyambung Kemensos mengurus SR, apakah SDM di Kemensos telah memadai? Bukankah semua sekolah layaknya dikelola Kemdikbud? Kita bersabar saja, sambil menunggu program SR ini berjalan. Toh selama ini tidak semua sekolah yang dikelola Kemdikbud, sesuai harapan pelaku pendidikan.
SR versi Prabowo ini merupakan sekolah berasrama yang 100 persen gratis bagi anak-anak dari keluarga miskin. Sekolah ini terdiri dari jenjang SD, SMP, dan SMA. Pemerintah akan mendirikan ribuan SR di seluruh pelosok negeri untuk memudahkan anak-anak orang miskin bisa sekolah gratis dan berkualitas.
Calon siswa SR ditentukan dengan basis Data Tunggal Sosial dan Ekonomi Nasional (DTSEN). Data calon guru disiapkan oleh Kemendikdasmen dan Kemenag, dengan pola seleksi oleh BKN. Ini berarti akan ada pintu baru bagi lulusan sarjana, untuk berkompetisi melalui seleksi ASN calon guru SR.
Rekrutmen siswa dapat masuk tanpa mengikuti tahun ajaran. Untuk itu, siswa punya capaian belajar masing-masing. SR akan dikembangkan berbeda dengan sekolah biasa. Siswa bisa masuk kapan saja tanpa mengikuti tahun ajaran, multi entry multi exit. Multi entry multi exit jangan dimaknai bisa keluar kapan saja. Namun bisa masuk kapan saja dan mencapai capaian pembelajaran kapan saja. Tidak harus semua siswa disamakan. Yang penting adalah mereka bisa belajar dan karakternya terbentuk melalui asrama," ucapnya.
Bagaimana dengan kurikulumnya? Sekolah Rakyat akan menggunakan individual approach atau pemetaan peserta didik di awal. Penyiapan kurikulum SR berlandaskan pada sekolah formal dan sekolah karakter dilaksanakan oleh Kemensos, sedangkan yang berlandaskan sekolah formal dilaksanakan Kemendikdasmen. Adapun kurikulum pendidikan agama dan pembentukan karakter disiapkan Kemenag.
Untuk melaksanakan program besar ini, Presiden melibatkan beberapa Kemenko dan Kementerian terkait. Lalu, bagaimana implementasinya? Kita tunggu saja. Yang jelas, saat ini pun public berhak memberikan masukan untuk kesempurnaan konsep merakyat ini.
Yang penting menurut saya, sistem asrama yang hendak dibangun untuk murid SR harus disiapkan sejak awal, jangan dibiarkan terbuka, karena akan menghasilkan siswa yang tak berkarakter sesuai harapan. Untuk itu, libatkan pesantren agar mereka mengirim musyrif (pembimbing) pilihan yang siap membimbing mereka dalam belajar alqur’an, belajar agama, dan ibadah harian. Bawalah tradisi ubudiyah pesantren ke asrama SR. Untuk urusan ini, saya rasa Mensos yang berlatar pesantren, ahlinya. Jika ini bisa dilakukan, maka lulusan SR ini, di samping dapat memutus kemiskinan ekstrem, juga menyiapkan lulusan yang religious dan moderat. Wallāhu a’lam (84).
Editor: Achmad Firdausi