Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

LGBT Dianggap Kaum Luth Era Modern

  • Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
  • Rabu, 30 Maret 2016
  • Dilihat 166 Kali
Bagikan ke

Pamekasan (beritajatim.com) - Lesbian Gay Bisexual Transgender atau yang lebih keren disebut LGBT, bukanlah hal baru dan harus senantiasa diwaspadai demi menjaga moralitas dan harga diri bangsa.

Sebab sekalipun dalam beberapa bulan terakhir, isu LGBT kembali menghangat dan menjadi perbincangan publik. Namun fenomena tersebut justru sudah ada sejak zaman Nabi Luth Alaihi al-Salam, beberapa ratus tahun silam.

Pada saat itu, Nabi Luth sempat menawarkan putrinya kepada salah satu kaumnya agar dinikahi dan tidak melakukan perkawinan sejenis. Sayangnya kaum Luth bersih keras dan membangkang terhadap anjuran dan perintah Nabi mereka.

Bahkan saat Malaikat mendatangi rumah Luth, dan berwujud pemuda tampan menawan. Mereka justru membujuk Luth agar menyerahkan pemuda yang berkunjung. "Akibat gelap mata dan pengaruh nafsu, mereka kehilangan akal sehat. Naudzubillah," kata Moh Ilyas, salah satu mahasiswa STAIN Pamekasan, Jumat (25/3/2016).

"Dalam bahasa gamblangnya bisa dikatakan, LGBT laksana kaum Luth era modern," sambung mahasiswa prodi bahasa Arab semester VI itu.

LGBT merupakan sekelompok individu yang memiliki hasrat kelainan sexual, serta tidak sesuai dengan akal sehat. "Lumrahnya, pernikahan itu dilakukan sepasang laki-laki dan perempuan. Tapi dalam hal ini justru terbalik, laki-laki dengan laki-laki (homo) dan perempuan dengan perempuan (lesbian)," ungkapnya.

Sekalipun demikian, tentu tidak dapat kita bantah dan larang apalagi berbicara tentang gaya hidup. Namun eksistensi manusia sebagai mahluk sempurna dengan karunia akal yang tidak dimiliki mahluk lain. "Mari kita renungkan sejenak, hewan yang tidak berakal saja tidak mungkin kawin dengan sejenis. Apalgi kita sebagai mahluk berakal," imbuhnya.

"Dari ini bisa disimpulkan, bila hewan yang tidak berakal jauh lebih terhormat daripada para pelaku LGBT. Kalau memang dengan cara itu dipandang lebih bergaya, maka hewan jauh lebih sehat dari manusia penganut LGBT," jelas Ilyas.

Selain itu, pihaknya berharap agar para pemuda sebagai penerus dan pengganti estavet bangsa bisa membentengi diri dan menolak prilaku amoral. "Hal ini sangat dikhawatirkan oleh kalangan orang tua saat ini, apalagi dengan berkembangnya teknologi yang sangat pesat," imbuhnya.

"Oleh karena itu, kita harus mampu menjaga diri dan tidak terhanyut dengan bujuk rayu kesesatan LGBT. Tentunya dengan kembali introspeksi diri terhadap karuania yang diberikan Tuhan kepada kita," harapnya.

Dengan fenomena LGBT itu, seharusnya kita menyadari eksistensi sebagai mahluk Allah yang diciptakan dengan sebaik-baik ciptaan. "Karena itu, kita harus berfikir dengan siapa kita akan berpasangan dan menjalin kasih sayang. Sebab manusia akan dikatakan bejat moral bila tidak menempatkan sesuatu sesuai fungsi dan manfaatnya," pungkasnya.

Sumber : beritajatim.com