Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

Keperdulian orang tua dalam pendidikan Anak

  • Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
  • Rabu, 18 Mei 2016
  • Dilihat 18 Kali
Bagikan ke

Oleh: Moh. Ilyas JATIMAKTUAL, OPINI,- Berbicara tentang konteks pendidikan anak, tentunya kita juga harus membicarakan aktor-aktor dalam sebuah pendidikan, aktor-aktor tersebut ialah orang tua, guru, dan anak, sekaligus pemeran utama dalam sebuah pendidikan, yang mana peran dari ketiganya itu tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Seperti halnya taksi, pengemudi, dan juga pemumpang, yang ketiganya itu juga tidak dapat dipisahkan. Sebab, tidak mungkin kemudian sebuah taksi bisa bermanfaat bagi orang lain apabila tidak ada yang mengemudi, dan juga tidak ada yang menumpang. Apa arti dari sebuah cita-cita jika tidak ada orang yang ingin menggapainya? Sama dengan pendidikan seorang anak, dimana dalam hal itu harus sama-sama berperan tanpa ada kesimpangsiuran, baik dari orang tua, guru, dan juga anak, agar cita-cita pendidikan dapat di capai. “Mendidik adalah tugas utama orang yang terdidik” berangkat dari ungkapan menteri pendidikan dan kebudayaan Anies Baswedan itu, kita akan sedikit menyadarinya betapa sangat urgennya sebuah pendidikan itu bagi setiap insan di dunia ini. Namun, bagaimana mungkin kita bisa mendidik, jika kita tidak bisa menjadi orang yang terdidik? Oleh karena itu, meskipun sudah tidak bisa menjadi orang yang terdidik setidaknya memperhatikan terhadap pentingnya pendidikan tersebut, ialah dengan mengikutsertakan anak-anaknya dalam lingkukan pendidikan agar mereka menjadi orang yang terdidik sehingga dikemudian hari mereka bisa mendidik dan melahirkan insan-insan yang terdidik. Semangat belajar dalam dunia pendidikan memang harus tertanam mulai sejak usia dini, karena tanpa semangat yang kuat dan tekat yang bulat serta motivasi dari orang tua seorang anak tidak mungkin bisa mencapai cita-cita yang telah ia gantungkan. Namun, hal itu sangat jarang kita jumpai, khususnya bagi anak-anak pelosok desa yang masih berpikir dua kali untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi, disamping juga berbekal semangat kuat dan tekat bulat yang sudah tertancap dalam hatinya, orang tua juga sangat berperan dalam suksesnya belajar seorang anak, karena kedua-duanya memang harus sama-sama ikut andil, tidak mungkin kemudian seorang anak bisa belajar dengan konsen dan fokus terhadap apa yang sedang mereka pelajari tanpa ada motivasi, stimulus dari orang tua, guru, teman, dan juga lingkungan sekitarnya. Motivasi dan kepedulian dari orang tua bukan hanya menjadikan seorang anak giat dalam belajar. namun, juga sangat diharapkan oleh seorang anak, karena hasil belajar yang di dapat dengan adanya motivasi dari orang tau akan beda dengan hasil yang di dapat tanpa adanya motivasi atau dorongan dari orang tua. Sebab, seorang anak akan merasa bosan apabila ada tugas sekolah yang harus diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat. Nah, dengan adanya motivasi, stimulus dari orang tua, maka seorang anak akan kembali semangat karena ia merasa dirinya diperdulikan serta diperhatikan, sehingga ia kembali giat dalam belajar. Tidak jarang kita temukan paradigma pemikiran orang tua dan juga masyarakat, khususnya di pelosok desa yang terpencil, yang beranggapan bahwa pendidikan tidak menentukan nasip hidup seseorang di masa depan, sehingga meskipun menempuh jenjang yang lebih tinggi tidak akan menjadikan anak-anaknya pejabat ataupun pegawai, dan juga ada yang mengatakan bahwa pendidikan tidak membawa seseorang ke pintu gerbang kekayaan, sehingga anak-anak mereka langsung diterjunkan ke dunia pekerjaan mulai saat usia muda. Memang betul paradigma seperti itu, ketika dilihat dari satu sudut pandang saja, yang dimaksudkan dengan pendidikan itu bukan menjadikan seseorang sebagai pejabat atau konglomerat dan lain semacamnya, tapi dengan pendidikan itu seseorang akan sadar akan eksistensi dirinya. Paling tidak dengan menempuh pendidikan ia bisa mengetahui apa yang sedang orang lain ketahui, dan selebihnya buat orang lain yang masih belum mengetahui apa yang belum ia ketahui. “Pendidikan memang bukan sebagai penentu nasip seseorang, tapi nasip seseorang ditentukan oleh tingkat pendidikannya” dan “Pendidikan tidak menjamin seseorang menjadi pejabat, tapi untuk menjadi pejabat harus melalui jenjang pendidikan”. Oleh karena itu, marilah kita buka mata hati kita agar anak-anak generasi kita sadar akan eksistensi dirinya. Sebab, semakin besar kepedulian kita terhadap pendidikan anak, maka semakin besar pula nilai-nilai penyebaran keilmuan, yang kemudian akan meminimalisir tingkat kebodohan, khususnya pada masyarakat yang jauh dari keramaian. Mengapa demikian? Karena negara yang maju bukan hanya di tinjau dari faktor ekonominya saja, melaikan juga di tinjau dari tingkat kependidikan yang ada di negara itu.