Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

Problematika dan tantangan pendidikan islam di Indonesia

  • Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
  • Sabtu, 28 Mei 2016
  • Dilihat 502 Kali
Bagikan ke

Ditulis Oleh: Mamnunah

 

Kita tahu bahwa Negara kita Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Akan tetapi dalam hal pendidikan, pendidikan Islam dipandang selalu berada pada posisi deretan kedua dalam sistem pendidikan nasional. Padahal, pada hakikatnya, pendidikan apa pun itu, baik pendidikan nasional maupun pendidikan Islam, memiliki tujuan yang senada yaitu untuk memanusiakan manusia agar benar-benar mampu menjadi khalifah di muka bumi. Hal ini mengindikasikan kepada kita bahwa pendidikan islam di Indonesia masih dibalut sejumlah problematika. Adanya suatu problem tentunya berakar dari penyebab eksternal dan penyebab internal. Begitu pun dengan pendidikan islam, Problem internal dan ekternal juga hadir di tengah-tengah pendidikan Islam. Mulai dari permasalahan internal seperti yang berkaitan dengan managemen hingga persoalan ekternal seperti politik dan ekonomi. Semuanya telah menambah sederet daftar problem yang seharusnya kita tindak lanjuti. Kadang kita dapati problem internal yang menyerang pendidikan islam itu di antaranya adalah terletak pada manajemen pendidikan yang diterapkan, atau Kadang kita dapati managemen pendidikan islam yang tidak jelas tujuan yang hendak dicapainya, atau kurangnya tenaga pendidik yang berkualitas dan professional.

 

Keadaan ini tentunya menyebabkan adanya fenomena ketidakkreatifan peserta didik. Padahal, managemen siswa yang baik meliputi pengolahan siswa untuk menjadi output yang lebih baik. Dan hal ini menunjukkan bahwa menegemen pendidikan dalam lembaga pendidikan islam pada umumnya belum mampu menyelenggarakan pembelajaran dan pengelolaan pendidikan yang efektif dan berkualitas. Sedangkan problem eksternal pendidikan islam di antaranya adalah adanya perlakuan diskriminatif pemerintah terhadap pendidikan Islam. Alokasi dana yang diberikan pemerintah sangat jauh perbedaannya dengan pendidikan yang berada di lingkungan Diknas. Padahal pendidikan Islam juga bermisi untuk mencerdaskan bangsa, sebagaimana juga misi yang diemban oleh pendidikan umum.

 

Selain itu, pendidikan islam masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Sehingga lembaga pendidikan islam merupakan alternatif terakhir setelah tidak dapat diterima di lembaga pendidikan di lingkungan Diknas, inilah yang sering kita temui di sebagian masyarakat kita. Maka dari itu selayaknya bagi lembaga pendidikan Islam untuk meciptakan pendidikan islam yang ideal, yaitu pendidikan islam yang membina potensi spiritual, emosional dan intelegensi secara optimal. Sehingga, sikap diskriminatif dan masalah paradigma yang buruk tentang kualitas pendidikan di Sekolah Islam dapat perlahan berubah. Sedangkan tantangan pendidikan islam meliputi konformisme (merasa puas dengan keadaan). Hal ini akan menjadi kendala yang mendasar dalam mengembangkan kurikulum pendidikan Islam. Lembaga pendidikan dasar dan menengah masih mengandalkan pendidikan dasar agama sebagai bekal mengajarkan pendidikan agama lebih lanjut kepada masyarakat. Pembahasan yang diajarkan pun masih banyak menekankan aspek normatif dengan menegesampingkan aspek transformatif dalam konteks sosio-kultural masyarakat kita. Maka tidak perlu kaget, apabila kita masih menjumpai adanya kelompok yang merasa cukup hanya dengan mengkaji ilmu-ilmu keislaman yang datang dari tokoh-tokoh salaf dan menganggap tabu ilmu-ilmu lain yang kontemporer yang sebenarnya sama pentingnya. Dunia ini jauh lebih kompleks daripada yang kita pelajari dan bayangkan selama berada di tempat belajar. Lembaga-lembaga Islam seperti pesantren perlu melepaskan diri dari keterkungkungan dan memodernisasi sistem dan metode pendidikannya agar tidak tertinggal dengan perkembangan keilmuan modern. Karena kita tahu bahwa ilmu itu tidak terbatas pada ilmu agama saja, namun ia melingkari terhadap semua bidang ilmu.