Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

Remaja dan Ungkapan Kuno Madura

  • Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
  • Selasa, 31 Mei 2016
  • Dilihat 112 Kali
Bagikan ke

Ditulis Oleh: AHMADI

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin mendekati akhir kehidupan manusia, namun remaja remaja sekarang makin jauh dari aturan islam, mereka lebih senang di jalanan dengan menyibukan diri dengan pergaulannya, apa lagi di Madura yang sangat dikenal dengan kota santri namun itu sekarang hanyalah sebuah simbol yang masih melekat saja tetapi tidak menggambarkan moral ke santriannya yang senantiasa memegang undang undang agama, bahkan sekarang ini santri yang sudah menyantri bertahun-tahun sudah tidak kerasan lagi di pondok karena pergaulan yang sudah semakin hari semakin bertambah 

Sehingga lebih memilih pulang dari pesantren untuk menjadi anak jalanan, dan menganggap pondok pesantren penuh dengan aturan dan tindakan, mereka berasumsi kalau berada di pondok akan ketinggalan zaman tidak pengalaman dengan keadaan diluar, bahkan yang dikejar sekarang ilmu-ilmu umum yang dianggap sesuai zaman, sedangkan ilmu agama dianggap sudah cukuk dipengajian saja, islam memang dikenal sebagai agama yang tinggi dan suci.“   الاسلام يعلو ولا يعلى  ” “islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi dari itu” 

Apakah sekarang masih dipandang seperti itu dengan kelakuan orang-orang islam sendiri telah menudai ketinggian (keagungan) dan kesucian islam, seperti sekarang ini banyak remaja-remaja islam yang sudah banyak mengkomsumsi sabu-sabu, minum-minuman keras, perzinaan sudah dianggap biasa, bahkan seorang guru yang menjadi suri tauladan bangi murid-murid dan masyarakat tetapi tega mencabuli muridnya sendiri dan melupakan eksistensinya sebagai guru, DLL. 

Dulu Madura menpunyai istilah-istilah tersendiri dalam menjahui laranngan islam yaitu dengan kata-kata (jubhe’) istilah ini digunakan untuk meninggalkan larangan-larangan dalam islam  karena istilah jubhe’ ini mempunyai arti buruk  atau jelek ataupun tercela. Artinya ketika orang-orang dulu ingin melakukan sesuatu kejelekan atau keburukan, orang tua ataupun seseorang yang menegurnya cukup saja mengatakan “ ce’lakone cong  jubhe’ ” artinya jangan dilakukan karena  itu sesuatu yang jelek “ saking takutnya dengan kata-kata itu lantas seseorang itu tidak melakukan, seakan-akan melebihi pekerjaan haram.

Coba dengan keadaan sekarang dengan kata-kata” jubhe’ sudah dianggap biasa, kuno, jadul dan sebangainya, sehingga ketika seseorang ditegur dengan kata-kata itu, mereka mengatakan. Dalam bahasa Madura  “jubhe’ reah kan la lambe’ seharam elakoneh apapole jubhe’ reah “ artinnya “ itu sudah kuno sekarang aja yang haram aja aku kerjakan masa’ yang buruk ini saya tinggalkan “. Yang menjadi pertanyaan bagi kita “ apakah Madura ini masih bertahan dengan yang namanya  kota santri dengan keadaan remaja sekarang ? kita semua yang tau dan yang akan mengubahnya.