Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

Bedah Buku "Kebangkitan Santri Cendekia Jejak Historis, Basis Sosial dan Persebarannya"

  • Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
  • Rabu, 12 Oktober 2016
  • Dilihat 39 Kali
Bagikan ke

Oleh : Heni Listiana  Buku yang di tulis oleh Dr. H. Mastuki HS, M.Ag  dengan judul “Kebangkitan Santri Cendekia Jejak Historis, Basis Sosial dan Persebarannya” telah dibedah di STAIN Pamekasan pada rabu, 12 Oktober 2016. Kegiatan ini dibuka langsung oleh Ketua STAIN Pamekasan Dr. H. Mohammad Kosim, M.Ag. Selain dosen, karyawan, dan mahasiswa STAIN Pamekasan, hadir dalam kegiatan ini beberapa undangan dari perwakilan kampus, pemerintah kabupaten pamekasan, anggota DPRD, dan Perwakilan dari Kantor Kementerian Agama Pamekasan.  Mereka bersemangat memperoleh transformasi ilmu pengetahuan tentang santri cendekia langsung dari penulis buku.    Dalam rutinitas kesibukannya, penulis yang baru saja dilantik sebagai Kepala Pusat Informasi keagamaan dan Hubungan Masyarakat Setjen Kementerian Agama Republik Indonesia, bersedia hadir di kampus hijau adalah kehormatan dan kebanggaan yang luar biasa. Semoga ilmu yang telah diberikan menjadi ilmu yang bermanfaat.    Penulis menjelaskan bahwa peran pendidikan terhadap mobilitas sosial kaum santri ditandai dengan kebangkitan santri cendekia sebagai kelas menengah santri dalam publik Indonesia antara kurun 1970-an hingga 1990-an akhir. Mengaitkan pendidikan dengan mobilitas sosial dan santri cendekia karena keunikan dari kelas ini.  Berbeda dengan pendekatan ekonomis yang melihat kelas menengah dari sisi gaji, status, gaya hidup dan perilaku ekonomi.   Buku ini menekankan bahwa pendidikan menjadi ukuran penting untuk sebuah kelas disebut kelas menengah. Melalui “jembatan” pendidikan suatu kelas mengalami mobilitas sosial baik vertikal maupun horizontal. Demikianlah, lembaga-lembaga pendidikan yang mengalami pertumbuhan pesat baik jenjang (dasar, menengah, dan tinggi) maupun jenis dan satuan pendidikan (sekolah, madrasah, pesantren, perguruan tinggi, atau pendidikan non formal lainnya) menjadi latar penting bagi mobilitas sosial dan kebangkitan kelas menengah santri di Indonesia.          Perluasan kesempatan pendidikan itu, mulai menghasilkan buahnya pada dekade akhir 1970-an dalam bentuk “panen sarjana”, yang disusul kemudian dengan intellectual booming lapisan menengah muslim terpelajar (a well educated middle class) dalam jumlah besar pada dekade 1980-an samapi 1990-an. Berkat pendidikan yang mereka peroleh, kalangan muslim-santri mulai tampil ke ranah sosial dan mulai mengembangkan kecakapan profesionalnya yang kemudian mengantarkan mereka mengisi ‘ruang-ruang mobilitas’ yang tersedia demikian beragam seperti dakwah, lembaga pendidikan, lembaga-lembaga sosial dan keagamaan, pers dan media massa, lembaga swadaya masyarakat, birokrasi pemerintahan, parlemen, lembaga keuangan, lembaga peradilan, kesenian, ABRI/TNI, dan partai politik. Pada ruang-ruang demikian inilah “kelas menengah santri” (muslim middle class) di Indonesia mengalami perkembangan yang mengesankan. (*)