Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

Beruntung Karena Salah

  • Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
  • Kamis, 6 Oktober 2016
  • Dilihat 32 Kali
Bagikan ke

Oleh, Nurul Hadi*

Perbuatan salah itu menjadikan kita beruntung, loh? Umumnya, orang selalu mengaitkan kesalahan dengan kelemahan dan dosa. Sehingga, setiap kali ada pembahasan soal kesalahan acapkali yang disinggung adalah dampak negatifnya. Kali ini penulis akan mengemukakan bahwa berbuat salah itu positif. Memang bisa? Salah itu niscaya. Kita sering menyaksikan fenomena orang berbuat salah. Kita pun sering melakukan kesalahan. Dan tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak pernah melakukan kesalahan; kecil maupun besar. Fenomena kesalahan terjadi dalam banyak hal dan dalam pelbagai dimensi. Kadang kesalahan terjadi dalam proses belajar mengajar, dalam etika pergaulan, dalam kerja di perkantoran, dalam keluarga, dunia olahraga, dan lain sebagainya.

Dimensi kesalahan bisa kecil, sedang dan besar. Dalam dimensi social ada kesalahan yang dapat dimaafkan dan ada yang tidak termaafkan. Menurut perspektif agama Islam, dimensi kesalahan tadi (baca: al-shoghair dan al-kabair) masih dapat diampuni oleh Allah yang Maha Pengampun, kecuali satu dosa yang tidak dapat diampuni yaitu kemusyrikan atau penyekutuan terhadap Allah (QS An-Nisa’: 48). Lalu kenapa orang berbuat salah? Jawabannya bisa bermacam-macam: ada orang salah karena tidak tahu. Ada pula orang yang salah karena lupa. Ada orang salah karena lalai. Tapi ada juga orang yang sengaja berbuat salah. Namun demikian, apapun alasan orang berbuat salah, sejatinya dapat membuat pelakunya beruntung. Ya, semuanya, apapun itu.

Dalam kasus karena ketidaktahuan, misalnya orang belajar Bahasa Arab, pada saat dia mencaba berbicara Bahasa Arab mengalami banyak kesalahan baik secara tata bahasa (baca:  kaidah Nahwu dan Shorf), penggunaan kosakata atau pengucapan bunyi huruf (pronunciation). Kesalahan itu terjadi karena dia mau mencoba, dari usaha yang dilakukan itulah muncul kesalahan, dan dari kesalahan inilah dia belajar dan mendapatkan ilmu baru. Dari sanalah kemahiran berbicara Bahasa Arab itu akan terjadi. Begitu juga dalam bidang yang lain, bisnis, karir, olahraga, teknologi dan lain-lain.

Kesalahan menjadi keharusan dalam setiap usaha peningkatan dan pengembangan. Kegagalan Bisnis terjadi pasti karena ada kesalahan dari beberapa aspeknya. Kalau pelaku bisnis itu dapat menemukan kesalahannya lalu dia terus berupaya untuk memperbaiki, maka keberuntungan itu akan datang. Lalu bagaimana dengan kesalahan yang diperbuat karena lalai, seperti mahasiswa yang tidak lulus karena kesalahan dalam mengerjakan soal-soal ujian. Kesalahan ini terjadi karena kelalaian mahasiswa yang tidak belajar sebelum mengikuti ujian.

Ujungnya adalah gagal. Kendati demikian kesalahan ini akan mengantarkan keberuntungan kepada mahasiswa tadi, asalkan dia menyadari letak kesalahannya itu dan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Hal yang sama dapat terjadi kepada orang yang sengaja berbuat salah. Misalnya orang selingkuh, maksudnya orang melakukan hubungan gelap dengan kekasih yang tidak sah pada saat statusnya sebagai pasangan yang sah dengan orang lain; serong (KBBI:1295). Perbuatan ini tidak dapat dibenarkan dilihat dari hukum agama, social, adat maupun negara. Maka orang melakukan perbuatan selingkuh, hakikatnya telah melakukan kesalahan yang sengaja, sebab sebetulnya dia sudah tahu kesalahannya itu. Dampaknya tentu saja tidak sederhana, dapat berujung pada kegagalan dahsyat. Tetapi dalam kasus ini pun masih bisa menghantarkan keberuntungan, syaratnya tetap sama dia harus menyadari bahwa kegagalan itu terjadi karena kesalahan yang dia perbuat dan terus berupaya melakukan yang terbaik. Mari kita lihat sejarah, ada banyak tokoh yang beruntung setelah mengalami kegagalan karena kesalahan yang terjadi.

Dalam dunia bisnis ada Soichiro Honda yang gagal bergabung dengan Toyota Motor Corporation tetapi segera menyadari kesalahannya dengan mengatakan: “Sukses dapat diraih hanya dengan kesalahan berkali-kali”. Thomas Edison. Di masa mudanya, seorang guru mengatakan bahwa ia terlalu bodoh untuk bisa mengerti banyak hal. Di dunia karir, Edison juga tidak bernasib baik, ia dipecat dari dua pekerjaan pertamanya karena dianggap tidak produktif. Bahkan sebagai seorang penemu, ia telah membuat 1000 percobaan gagal sebelum menemukan bola lampu. Tentu saja, semua kegagalan tersebut pada akhirnya menghasilkan sebuah desain bola lampu yang berfungsi dengan baik. Nabi Musa diceritakan dalam al-Quran juga mengalami kesalahan total saat berguru kepada Khidir alaihima al-salam. Sebagai utusan Allah Musa sempat berpikir ilmunya sudah cukup, akhirnya Allah perintahkan untuk menemui Khidir (QS Al-Kahfi).

Kesalahan-kesalahan nabi Musa inilah yang menjadikan keberuntungan selanjutnya. Beliau menjadi lebih bijaksana dan mengetahui hal-hal yang sebelumnya tidak pernah beliau ketahui. Singkat kata, jangan takut salah. Mari berbuat, mari mencoba, mari berkarya. Karena kesalahan apapun bentuknya akan membawa kita kepada keberuntungan berikutnya. Tapi ingat, syaratnya kita harus terus berupaya untuk tidak jatuh ke dalam kesalahan yang sama. Wallahu a’lam. * Dosen STAIN Pamekasan