Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

Dampak Didikan Keras Orang Tua Terhadap Mental Anak

  • Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
  • Selasa, 13 Juni 2017
  • Dilihat 327 Kali
Bagikan ke

Anak dan orang tua adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Orang tua adalah simbol dari anak, apa yang keluar dari orang tua, maka itulah yang akan ditiru oleh seorang anak. Jika didikan orang tua baik, maka individu seorang anakpun kemungkinan besar juga akan baik, tetapi jika didikan tersebut kurang baik maka sangat besar pula kemungkinan anak tersebut akan tumbuh menjadi individu yang buruk. karena orang tua adalah pendidik pertama yang menentukan pertumbuhan karakter anak dalam menjalani kehidupan kedepannya. Kita sebagai anak harus selalu menuruti apa yang dikatakan oleh orang tua, akan tetapi ketika anak ditanya “mengapa harus menuruti orang tua?” sebagian besar anak menjawab karena takut dimarahi oleh orang tua, yang menyebabkan anak itu akan menangis, bukan karena memang kewajiban anak terhadap orang tua. Sebagian besar dari orang tua yang mendidik anaknya dengan cara yang keras beralasan bahwa dengan cara yang keras inilah akan menjadikan anak lebih disiplin dan penurut. Sebagai orang tua haruslah membedakan antara “tegas” dan “keras”. Seperti yang disampaikan oleh Aa Gym (Abdullah Gymnastiar) “bahwa tegas dan keras itu beda, ketika seorang anak meminta sesuatu sambil menangis, kalau yang diminta tidak bisa orang tua kabulkan, maka dengan tegas orang tua tersebut menjawab tidak sekalipun anak tersebut terus menangis, dan bukan malah memukul atau memarahinya agar supaya anak itu berhenti menangis”. Ketika orang tua mendidik anaknya dengan tegas, maka akan menumbuhkan mental yang tegas pula terhadap anak, anak akan lebih menghormati serta menghargai didikan orang tua, bukan karena rasa takut dimarahi oleh orang tua. Ketika orang tua mendidik anaknya dengan didikan kasar maka anak akan cenderung menjadi anak individualis, bermental penakut, serta tidak jarang akan memberontak ketika didalam otaknya sudah dipenuhi rasa kesal atau malah akan menganggap biasa dengan omelan orang tua dan tidak mendengarkan perkatakannya. Beberapa dampak jangka panjang yang dapat terjadi apabila anak di didik dengan cara kasar : Anak akan menjadi penakut. Biasanya ketika yang dilihat setiap hari adalah bentakan, pukulan dan yang semacamnya, tidak jarang anak tersebut akan minder ketika berkumpul dengan orang, menjadi anak yang individualis, yang tidak peduli terhadap sekitarnya, pendiam dan merasa kesepian. Anak akan menjadi jauh dari orang tua, Orang tua yang sejatinya adalah teman bagi anak, tempatnya meminta perlindungan, mencarikan solusi dalam setiap masalah, maka ketika anak tersebut mempunyai masalah dia akan lari kepada orang lain, karena takut ketika dia cerita kepada orang tuanya malah akan disalahkan dan dimarahi. Anak akan menjadi keras kepala, Ketika seorang anak dinasihai, maka akan cenderung keras kepala karena merasa gusar ketika orang tuanya menasihati, mereka akan merasa lelah dan bosan karena didikan keras yang diberikan orang taunya, maka mereka merasa apa yang mereka lakukan, apa yang menurut mereka benar itulah pilihan mereka. Anak akan menjadi pemberontak, Mereka akan menurut dihadapan orang tuanya, sementara dibelakang orang tua mereka akan melakukan apapun sesuka mereka asalkan tidak diketahui orang tuanya. Hal tersebut diatas dilakukan karena harapan yang terlalu besar dari orang tua terhadap anaknya yang mereka anggap benar didikan tersebut, padahal merugikan keduanya, yang mana orang tua tidak mendapatkan hasil dari didikan tersebut, begitupun juga sang anak hanya akan menjadi lebih tertekan, dan memberontak. Orang tua salah kaprah ketika anaknya ingin bermain tetapi dibatasi, karena takut kotor, jatuh atau takut bertengkar dengan teman-temannya, membatasi kemampuan kreativitas anak karena tidak percaya dengan kemampuan yang dimiliki oleh anaknya. Berikut adalah cara agar anak bisa patuh terhadap orang tua: Beri penjelasan pada anak Jelaskan suatu hal yang baik dan buruk kepada anak, janangan berbohong dan gunakanlah bahasa yang baik, lembut dan dimengerti oleh anak. Perintahkan sebatas kemampuan Perintah diluar kesanggupan anak akan menyebabkan krisis syaraf (neurotic), anak juga akan merasa terbebani jika orang tua memerintahkan sesuatu yang perlu dilaksanakan tapi sebenarnya ada di luar kemampuannya. Tidak berdusta dan menakut-nakuti Sebagai orang tua hendaknya jangan memberi contoh kepada anaknya dengan berdusta dengan berjanji tentang sesuatu yang orang tua tidak sanggup mengabulkan setelah sang anak mengerjakan apa yang diinginkan orang tua. Dan tidak perlu pula menakut-nakuti tentang hal yang tidak penting, seperti misalkan ada hantu, karena hal tersebut akan dibawa sampai anak tersebut dewasa. Jangan bertentangan dengan naluri anak Anak-anak biasanya suka bermain atau memiliki kebiasaan seperti umumnya anak-anak, maka hal tersebut janganlah ditentang selama tidak membahayakan, berilah penjelasan sesuai umurnya apabila hal tersebut tidak diperbolehkan. Karena hal tersebut juga akan berdampak baik bagi anak dan akan menumbuhkan sikap menghargai. Ada beberapa cara dukungan terhadap pendidikan anak yaitu: Berikan dukungan pada anak, disaat seorang anak mendapatkan prestasi yang jelek disekolah, sebagai orang tua harus memaafkan dan jangan langsung memarahinya apalagi dengan menyebutnya anak bodoh, jika orang tua mengatakan kata-kata bodoh pada anak maka akan tertanam dalam benak anak dan akan menghancurkan semangatnya. Pujian orang tua dalam mendidik anak, kita sebagai orang tua harus mengatakan bahwa anak kita sangatlah cerdas dan hebat, pujian yang tulus dalam mendidik anak jauh lebih penting dari pada pendidikan disekolah. Anak adalah anugerah terindah sekaligus amanah (titipan) yang Allah berikan kepada setiap orang tua, oleh karena itu orang tua hendaknya memperhatikan kebutuhan dan perkembangan anak-anaknya, agar mereka tumbuh menjadi anak yang sehat, baik jasmani maupun rohani, dan berakhlaqul karimah serta memiliki intelegensi yang tinggi. Dalam Al-Quran, Allah swt. mengklasifikasikan kedudukan anak menjadi empat golongan, yaitu: Anak sebagai musuh. Hal ini Allah jelaskan dalam surat At-Taghabun ayat 14: يا أيها الذين امنو إن من أزواجكم وأولادكم عدولكم فاحذروهم ج وإنتعفو وتصفحوا وتغفروا فإن الله غفورحيم Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara istri-istrimu dan Anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka, dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh Allah Maha Pengampun Maha Penyayang.” (Qs. At-Taghabun: 14). Anak sebagai fitnah atau ujian. Hal ini Allah jelaskan dalam surat at-tagobun ayat 15: إنما أموالكم وأولادكم فتنة ج والله عنده أجر عظيم Artinya: “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu) , dan disisi Allah pahala yang besar.” (Qs. At-taghabun: 15). Anak sebagai perhiasan Hal ini Allah jelaskan dalam surat Al-Kahfi ayat 46: المال والبنون زينة الحياة الدنيا صلى والباقيات الصالحات خير عند ربك ثوابا وخير أملا Artinya: “ Harta dan anak-anak adalah perhisan kehidupan dunia tetapi amal kebijakan yang terus menerus adalah lebih baik pahalanya disisi Tuhanmu serta lebih baik utuk menjadi harapan.” (Qs. Al-Kahfi: 46). Anak sebagai penyejuk mata (qorrota a’yun) atau penyenang hati Hal ini Allah jelaskan dalam surat Al-Furqon ayat 74: والذين يقولون ربنا هبلنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما Artinya: “Dan orang-orang yang berkata ” Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (Qs. Al-Furqon: 74). Dari ke-empat kedudukan anak tersebut, tentu sebagai orang tua menginginkan agar anak-anaknya termasuk kedalam kelompok qurrata a’yun. Namun untuk mencapainya diperlukan keseriusan dan ketekunan orang tua hendaknya menjadi figure atu contoh buat anak-anaknya. Karena oarang tua merupakan cermin bagi anaknya. Demikian beberapa hal yang mestinya dijadikan perhatian oleh para orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Diakui bahwa hal tersebut diatas dapat ditambahkan dengan hal lain yang positif agar menjadi perbendaharaan pengetahuan dalam mendidik, namun yang terutama dari hal itu adalah orang tua harus “ bagaimana menciptakan dan membangun komonikasi yang efektif ” dengan anak. Karena hal ini akan secara langsung menjaga dan memelihara kedekatan secara emosional dengan anaknya sehingga dapat mencegah perilaku menyimpang dari si anak. Dalam komonikasi juga perlu ditanamkan sikap optimisme, mengembangkan sikap keterbukaan serta mengajarkan tatakrama pada anak. Sebenarnya yang perlu diingat bagi orang tua adalah seorang anak hanya perlu diperhatikan, diberi perhatian lebih, dan benar-benar diberi kasih sayang sesuai haknya. Janganlah memperlihatkan batasan antara orang tua dan anak, karena sejatinya anak hanyalah titipan yang harus dijaga bukan dikekang.