Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

Menikah Sambil Kuliah ??? Kenapa Tidak

  • Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
  • Sabtu, 15 Juni 2019
  • Dilihat 60 Kali
Bagikan ke

By : Dewi Rahmawati Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN)Madura Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Semester 6

 Menikah merupakan impian semua orang. Selain merupakan ibadah, nikah merupakan buah cinta yang sangat tak ternilai harganya. Tapi bagi sebagian orang, nikah bisa menjadi suatu hal yg menakutkan. Apalagi bagi para jomblowan dan jomblowati yang semakin digerus usia. Dari sisi lain menikah menjadi penghalang karena berbagai faktor, misalnya belum punya rumah, penghasilan pas-pasan, belum bisa bahagiain orang tua, dan yang paling menjadi alasan apalagi bagi mahasiswa, karena masih kuliah dan belum sarjana. Pada Artikel Ini Saya Akan Sharing Tentang Menikah Ketika Kita Masih Kuliah.

Menikah dan kuliah, kedua-duanya merupakan anjuran dalam Agama Islam. Menikah merupakan Sunnah Rasul dan menjadi wajib jika seseorang telah mampu menikah dan jika tidak menikah dikhawatirkan akan berbuat zina bila tidak segera menikah. Begitu juga kuliah (Belajar/Studi) yang juga merupakan kewajiban bagi setiap Muslim. Dari sini dapat kita ambil kesimpulan bahwa menikah dan kuliah sama-sama dianjurkan oleh agama.

Ada adagium yang famous dimasyarakat kita “Jodoh Itu di tangan Tuhan bukan di tangan Johan“, tapi tidak lantas kita diam saja hanya menunggu jodoh itu turun dari langit tiba-tiba datang kerumah langsung melamar kita bawain surat nikah apalagi bawain surat tanah, hehe. Tapi, perlu ada usaha, bahasa agamanya ikhtiar. Agar jodoh kita pantas untuk membimbing kita bukan hanya di dunia tetapi juga di akhirat. Memutuskan untuk menikah muda apalagi ketika masih kuliah bukan keputusan yang gampang, tapi bukan berarti menjadi sebuah kemustahilan, “Impossible turn to I’m possible”.

Nahhh, yang menjadi pertanyaan, bagaimana caranya menikah diusia muda tapi tetap menghasilkan keluarga yang MASLAHAH atau bahasa kitanya sakinah, mawaddah, warohmah. Setidaknya ada 4 hal yang harus diperhatikan agar pernikahan happy ending, apalagi yang menikah di usia muda.

1. Niat Yang menentukan pernikahan seseorang happy ending atau sad ending adalah niat pasangan itu sendiri. Ketika seorang perempuan menikahi pasangannya karena hartanya misalkan, karena dia anak pejabatlah atau konglomerat, maka ketika pasangan hidup kita sudah tidak jadi pejabat atau konglomerat bahasa orang awamnya bangkrut disitu mulai benih-benih keretakan rumah tangga terlihat.

2. Hindari NATO (No Action Talk Only) Point kedua ini lebih ditujukan kepada pasangan laki-laki. Dalam berumah tangga apalagi di usia muda hindari ucapan selangit tapi ucapkanlah kata-kata yang membumi, artinya berbicara realita. Ini bukan jamannya pacaran yang hanya bermodalkan kata-kata untuk meluluh lantahkan hati perempuan. Jangan terlalu mengumbar janji manis, tetapi buktikanlah di depan pasangan kita bahwa anda adalah seorang suami yang bertanggung jawab.

3. Quality Time Usia muda merupakan usia di mana kita masih lebih senang jalan bareng dengan teman-teman kita. Misalkan dengan teman kampus atau teman-teman SMA. Jangan sampai setelah menikah tidak ada waktu untuk teman-teman dengan alasan tidak ada izin dari suami. Maka disini diperlukan adanya komunikasi yang baik dengan pasangan. Tapi ingat sesibuk apapun kita dikampus baik itu mengerjakan tugas atau hangout bareng teman-teman kuliah, quality time dengan pasangan itu yang menjadi prioritas, jangan sampai dengan alasan suami sibuk kita juga banyak tugas.

4. Bersyukur Fitrah manusia itu tidak akan pernah merasa puas. Sebelum punya motor pengen punya motor, pas udah punya motor pengen punya mobil, setelah punya mobil pengen punya mobil yang lebih mewah, dan akan terus begitu. Setampan atau secantik apapun pasangan kita ketika kita keluar rumah dan kita bertemu dengan orang lain yang lenih kece apalagi mapan, hati kecil kita pasti berbicara “coba suami aku seperti itu“ apalagi kalau keadaan suami kita pas-pasan. Pasti ucapan kita lebih rendah daripada itu.

Ada sebuah kata bijak yang mengajari kita “ jangan menunggu bahagia baru bersyukur, tapi bersyukurlah maka kita akan bahagia”.