Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

DOSEN IAIN MADURA HADIRI KONFRENSI HAM ASIA TENGGARA

  • Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
  • Selasa, 22 Oktober 2019
  • Dilihat 27 Kali
Bagikan ke

Pamekasan(15 Oktober 2019)iainmadura.ac.id.-Membangun Perspektif Multilultural Dalam Kurikulum Fakultas Syariah itulah judul paper yang dipresentasikan Ahamad Faidi salah satu dosen Fakultas Syariah IAIN Madura pada acara Annual Confrence on Human Rigth In Southest Asia; Theory Meets Practice yang dilaksanakan di Jember 13-15 Oktober 2019. Acara yang diprakarsai oleh Universitas Jember (UNEJ) bersama Universitas Sydney Australia dihadiri oleh beberpa pegiat HAM dan Multilkulturalisme dari berbagai negara.

Diantara para pemateri yang hadir pada acara ini adalah Profesor Susan Banki (University of Sydney), ProfesorMichele Ford (Direktur Sydney Southeast Asia Center), Franklin De Vrieze (Westminster Foundation for Democracy), Truston Jianheng Yu (University of Hong Kong), Imogen Fell (St. Marys University), sarah Winfred (University of The Sunshine Coast), dan beberapa delegasi Perguruan Tinggi di Indonesia, seperti UI, Unpad, Unibraw, Unsoed, UIN Sunan Kalijaga, UIN Arraniry, Atmajaya, serta beberapa Perguruan Tinggi lainnya.

Konfrensi  tentang HAM di Asia Tenggara ini digelar dengan maksud mengawal serta mengevaluasi implementasi prinsip dan nilai-nilai hak asasi manusia khususnya di Asia Tenggara, dalam rangka meminimalisir terjadinya konflik pelanggaran HAM di Asia Tenggara, demikian disampaikan oleh Al-Khanif ketua penelenggara yang sekaligus direktur Center of Human Right, Multikulturalism and Migration Universitas Jember.

Menurut Ahamd Faidi pemahaman keagamaan yang eksklusif dan cenderung ekstrem yang belakangan mulai muncul disebagian kemunitas masyarakat di beberapa daerah di Indonesia, termasuk di Madura, membutuhkan peran dan kontribusi semua pihak, termasuk kalangan akademisi di Perguruan Tinggi. Hal ini penting guna menumbuhkan sikap dan pemahaman yang toleran dan inklusif dalam hal beragama dan bermasyarakat. Oleh sebab itu, dalam pandangannya salah satu peran yang dapat diambil Perguruan Tinggi  adalah dengan cara mendesain kurikulum berbasis multikultural dalam konteks masyarakat Indonesia yang sangat plural, atau berwarna-warni; baik suku, ras, agama maupun  kebudayaan lainnya. (Humas/Agung)