WORKSHOP PENGUATAN KELEMBAGAAN FAKULTAS TARBIYAH NARASUMBER : K.H. D. ZAWAWI IMRON
- Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
- Sabtu, 14 Desember 2019
- Dilihat 64 Kali
Pamekasan. 14/12/2019. Fakultas Tarbiyah IAIN Madura mengadakan silaturrahim akhir tahun 2019 antara dosen dan karyawan dilingkungan Fakultas Tarbiyah (Fatar) yang dikemas dalam acara Workshop Penguatan Kelembagaan Fakultas Tarbiyah dengan Tema: “Membangun Paradigma Proftik Civitas Akademika Fakultas Tarbiyah dengan Nara sumber KH D. Zawawi Imron (Budayawan Nasional asal Sumenep) yang di hadiri kurang lebih 180 peserta. Iringan Sholawat Nabi oleh Group Al Banjari Al Husna dari BKPI Fatar mengiringi pra acara.
Acara Workshop di buka langsung oleh Rektor IAIN Madura. Dalam sambutannya beliau menyampaikan bahwa kunci utama kesuksesan adalah kerja sama. Oleh sebab itu kerja sama antara pendidik dan tenaga pendidik di lingkungan Fakultas tarbiyah harus terbangun dengan baik. Yang lebih penting dalam setiap kerja sama yang ada tujuan dan orientasinya tidak lain untuk pelayanan kepada mahasiswa. Informasi dari beliau jumlah mahasiswa IAIN Madura 1024 dan lebih dari 500 mahasiswa ada di Fakultas Tarbiyah sehingga perlu kerja keras untuk mengurusinya.
Acara Workshop kali ini diawali dengan kata mutiara dari Zawawi Imron yang juga merupakan Sastrawan Terbaik Asia Tenggara “barang siapa yang bisa tersenyum dipagi hari maka pasti akan bisa tersenyum sepanjang hari”. Senyum profetik adalah senyum yang keluar dari hati yang bersih. Karena dalam kehidupan nabi selalu tersenyum sepanjang hayat. dalam al-Quran Rasulullah hanya sekali bermuka masam itupun langsung ditegur oleh Allah dalam surat “Abasa”. Menurut beliau senyum adalah gambaran spiritualitas seseorang. Beliau mengutip kata kata Einstein yang mengatakan “puncak dari keilmuan dan keindahan adalah spiritualitas.”
Menurut beliau untuk belajar banyak tentang paradigm profetik harus banyak belajar dari kitab-kitab bugis. Dalam salah satu kitab bugis diterangkan beliau ada tulisan “berpikirlah kamu dengan hati yang jernih maka kemulyaan akan menyelimutinya” beliau menafsiri teks tersebut dengan mengatakan jika dalam hati seseorang bersih maka tidak mungkin ada kebencian dalam hati. Jika ada kebencian dalam hari seseorang pertanda hatinya tidak bersih. Wujud bersihnya hati dengan senyuman tulus.
Menurut beliau yang merupakan peraih Sirait Award di Thailand “hidup itu indah kalau profetik (mengikuti Rasulullah)”. Dilanjutkan dengan menyadur puisi dari Elia Abumadi dari Libanon “Alladzi nafsuhu bi ghoiri jamaalin laa yaroo fil wujuud syaian jamiilan” yang diartikan oleh beliau barang siapa dalam dirinya (hati) tidak ada keindahan, tidak akan mampu melihat wujud ciptaan yang indah.
Pesan terakhir beliau dalam acara tersebut bahwa Semua berasal dari pendidik karena: “bagaimana mungkin tongkat yang bengkok bisa menghasilkan bayangan yang lurus”../(AFAA). Photo by. MHR