Catatan Kemanusiaan dari Mahasiswi IAIN
- Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
- Jumat, 14 Februari 2020
- Dilihat 97 Kali
Banyak konflik di timur tengah yang saat ini masih belum juga ada solusinya. Kepentingan politik yang sangat besar membuat anak anak, ibu, bapak, kakek dan nenek kehilangan keluarganya. Rasa akan kemanusiaan semakin diabaikan, keamananpun semakin menipis bahkan nyaris hilang. Suriah, Palestina dan negara lain merasakan hal tersebut.
Beribadah di tempat ibadah bukanlah sebuah hal yang mudah bagi mereka. Islam ataupun Kristen disana, tidaklah semudah seperti kita sebagai rakyat Indonesia yang bisa pergi kapan dan dimana saja ke tempat ibadah.
Ketika mereka sedang beribadah, kerap kali terdengar suara bom,suara ledakan, suara tembakan, bahkan tak jarang terdengar suara tangisan.
Tempat nyaman dirampas begitu saja. Istirahat, terbuang begitu saja. Ada yang sedang tidur kemudian di rampas rumah-rumah mereka. Ketika sedang belajar di sekolah, tempat tinggal mereka di kunci begitu saja dan di klaim milik musuh mereka. Perampokan mungkin lebih tepat untuk mewakili kejadian tersebut.
Keluarga, bapak, ibu, anak, saudara, mertua, suami, istri, tunangan merupakan orang orang tercinta dalam hidup kita. Hati kita damai dan tenang dengan berdialog dengan orang orang tercinta. Namun tidak bagi mereka. Perasaan hancur ketika melihat sang anak terdiam tampak pucat. Perasaan hancur ketika mendapat kabar sang calon istri meninggalkannya untuk selamanya. Perasaan hancur ketika istri dan anak tertimbun tanah dan bergelumurandarah d tempat yang sama. Banyak peraturan-peraturan dunia dilanggar, Menyerang sekolah, relawan, pers dan lainnya.
Korban peperangan banyak mendapatkan kerugian, seperti minimnya layanan kesehatan, pemadaman listrik, kekerasan. Tahanan rakyat Palestina tidak mendapatkan layanan kesehatan yang baik dengan penyakit yang diderita seperti halnya penyakit yang mematikan, yakni kanker.
Usaha masyarakat muslim untuk memperjuangkan negaranya diantaranya melalui media sosial atau yang sering kali kita dengar dengan istilah medsos. Namun, banyak akun media sosial di banned tanpa alasan.
Ajakan kepedulian dihapus dengan alasan yang tidak logis. Namun, kejadian-kejadian seperti ini tidak mematahkan semangat bagi relawan dan masyarakat itu sendiri. Dan Indonesia merupakan salah satu negara yang membantu negara timur tengah dalam penggalangan dana.
Banyak anak kecil bisa bersekolah atas bantuan donatur Indonesia, berbuka puasa, pakaian pakaian khususnya di musim dingin, dan tentunya membangun Masjid Indonesia di Palestina, bahkan mengadopsi anak palestina yang telah kehilangan bapak, ibu dan sauadaranya.
Negosiasi sering dikumandangkan oleh pihak Israel. Namun, negosiasi bukanlah negosiasi yang sebenarnya. Ramai diperbincangkan saat ini tentang “perdamaian” yang di deklarasikan oleh Presiden Trump pada tanggal 28 Januari 2020 kemarin. Negara yang dipimpin oleh Trump ingin mengeluarkan uang sebesar 50 Miliyar dollar untuk kesejahteraan Palestina.
Namun, ada yang menjanggal dalam perjanjian tersebut. Salah satunya Al-Quds menjadi Ibu Kota Israel. Banyak masyarakat muslim dunia menyayangkan hal ini. Al-Quds atau yang sering kita kenal dengan Yerussalem adalah wilayah masjid yang sampai saat ini milik muslimin. Banyak yang menentang pernyataan Trump tersebut seperti Presiden Erdogan, Raja Salman dan lainnya.
Kita sebagai masyarakat Indonesia sepatutnya bersyukur berada di wilayah yang aman. Kita bisa beribadah dengan tenang. Islam, Kristen, Hindu, Budha, Konghucu hidup berdampingan. Kita bisa berkumpul bersama bapak, ibu, anak dan pasangan kita tanpa rasa takut.
Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan perdamaiannya tidaklah hanya sterotipe semata. Rasa empati dan simpati rakyat indonesia sangatlah besar. Para donatur tidak berfikir panjang dalam membantu saudarasaudara kita di Palestina, Suriah, dan negara lainnya. Peran donatur Indonesia sangat membantu mereka.
Berbicara tentang peperangan yang terjadi saat ini, sangatlah sulit mencari jalan penyelesaiannya. Namun dari sisi lain, kemanusiaan menjadi hal yang sangat penting dan harus diperhatikan. Kemanusiaan sangatlah dijunjung tinggi di Indonesia. Sila Pancasila ke 2 yang berbunyi “kemanusiaan yang adil dan beradab” merupakan sebuah bukti nyata bahwa kemanusiaan merupakan hal sangat besar dampaknya.
Krisis akan rasa kemanusiaan semakin hari semakin menghawatirkan. Krisis kemanusiaan bukan hanya tentang peperangan antar dua kubu saja. Krisis kemanusiaan bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Banyak yang menyadarinya. Namun, banyak juga yang tidak menyadari akan krisis kemanusiaan tersebut. Banyak kasus kemanusia yang terjadi disekitar kita seperti kekerasan dalam rumah tangga, bullying, pencurian, pembunuhan dan lain sebagainya. Banyak hal hal kecil tentang kemanusiaan terjadi setiap harinya.
Kemisikinan merupakan salah satu krisis kemanusiaan. Tidak ada yang memilih untuk hidup menjadi miskin dan tidak ada pula yang memilih untuk melihat orang lain hidup dalam keadaan serba kekurangan seperti tidur di emperan, makan makanan sisa, baju kotor.
Banyak organisasi menyelenggarakan penggalangan dana “kemanusiaan”. Seperti membantu korban bencana, koin untuk rakyat miskin dan yang sering kita jumpai “koin untuk anak yatim piatu”. Rasa kemanusiaan itu melekat pada diri manusia tersebut, hanya saja terkadang kita mengabaikannya.
Memanusiakan manusia merupakan hal yang mulia. Semua agama mengajarkan kita untuk peduli dengan sesama.Banyak hal yang bisa kita lakukan dalam memanusiakan manusia. Kita bisa membantu rakyat miskin dengan bersedekah baju, makanan, tempat tinggal. Kita bisa membantu dengan postingan hal positif seperti motivasi hidup. Kita bisa membantu dalam mempostinghal yang berbau anti bullying. Kita bisa mengsosialisasikan tentang hak seorang wanita dan lain sebagainya.
Kita sebagai masyarakat Indonesia, bagaimana dengan kita? Sudahkah kita memanusiakan manusia? Bagaimana dengan saudara kita disamping kita. Tidak butuh jarak untuk memanusiakan manusia. Banyak di lingkungan kita yang mengalami krisis kemanusiaan. Memanusikan manusia tidak perlu terjun langsung ke medan perang. Memanusiakan manusia, tidak membutuhkan dana yang besar,hanya membutuhkan hati yang besar untuk sesama.
*) Penulis Adalah Mahasiswi Pendidikan Bahasa Arab Semester VI IAIN Madura