Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

Catatan kecil dari PENGALAMAN MENGAJAR DI MASA COVID-19

  • Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
  • Rabu, 13 Mei 2020
  • Dilihat 41 Kali
Bagikan ke

Sejak Edaran Rektor tentang pemberlakukan kuliah daring diumumkan, saya tidak langsung bergerak. Selama kurang lebih satu bulan saya diam dan merenung cara apa yang tepat diterapkan ke mahasiswa, yang tidak memberatkan tapi tujuan tercapai. Karena saya yakin, mayoritas mahasiswa berasal dari keluarga tidak mampu, sebagian malah hanya model nekat kuliah, sebagian harus bekerja untuk bayar UKT, bahkan masih ada yang tak punya hp android.

Saya tidak berpikir ngajar pakai zoom karena aplikasi ini nyedot paket, tidak hemat, juga youtube. Saya juga tidak berpikir menugaskan mahasiswa membuat makalah seperti sebelum covid-19, karena saya yakin mahasiswa (yang sedang di rumah) tidak punya referensi. Jalan satu-satunya untuk menggugurkan tugas, mahasiswa mendownload makalah di internet dan copypaste, lalu dikirim dengan sedikit modifikasi. Terhadap makalah-makalah tersebut, saya tidak mungkin mengoreksi satu persatu, mana yang asli dan yang palsu. Makanya saya hindari tugas tersebut. Saya lebih suka menugaskan mahasiswa membuat karangan terkait materi, maksimal 2 halaman dan ditulis tangan, lalu dikirim via WA. Dari tugas tersebut, saya sudah bisa membaca kualitas mahasiswa.

Saya juga tidak berpikir menyuruh mahasiswa mengantarkan tugas ke rumah, karena sangat membebani, terutama bagi yang jauh. Apalagi saya harus memperhatikan anjuran pemerintah untuk memutus penyebaran covid-19, dengan jaga jarak & di rumah saja. Setelah sebulan merenung, akhirnya saya mulai ngajar. Caranya, mengirim materi kuliah perbab (dalam bentuk pdf) ke grup kelas masing-masing. Kepada mahasiswa, saya minta materi tersebut dipelajari dan ditanya jika ada yang belum paham, dan itu menjadi materi UAS.

Di bulan puasa, disela-sela kuliah, saya juga menyempatkan mengirim pesan-pesan singkat tentang kebaikan ke grup, menasihati mahasiswa agar memanfaatkan Bulan Ramadhan dengan memperbanyak ibadah. Bahkan di grup kelas, dibentuk khataman al-Quran dengan membagi perjus. Ini menurut saya sesuai dengan visi kampus kita, religius. Sampailah waktu UAS. Saya masih berpikir, bagaimana caranya agar UAS tak nyedot paket internet mahasiswa? Akhirnya saya ujian via WA, yang menurut saya lebih hemat.

Saya minta mahasiswa membuat karangan dengan judul yang sudah ditentukan, tulis tangan, dalam waktu 45 menit (1 hari sebelumnya sdh diumumkan kalau besok ujian dan materi apa saja yang harus dipelajari). Jawaban difoto jelas lalu dikirim japri ke WA saya. 45 menit berjalan, hampir semua mahasiswa nyetor jawaban … hanya ada beberapa yang terlambat nyetor. Terhadap yang terlambat, saya tanya mengapa? Jawaban mereka beragam; maaf pak, di rumah tidak ada sinyal, sehingga saya harus mencari ke mana-mana; maaf pak, baru dapat paket karena sejak kemarin tidak punya uang untuk beli; maaf pak, saya sedang bekerja buat bayar UKT, di tempat kerja tidak boleh pegang hp; maaf telat pak, karena masih cari WiFi; maaf pak, paketan saya habis, sehingga harus ke teman, numpang hotspot; maaf pak terlambat, karena harus kerja dulu untuk beli paket; dan sejumlah alasan lainnya. Terhadap alasan-alasan tersebut saya percaya saja, karena keadaan mereka layak punya alasan seperti itu.

Saat ini, saya sedang mengoreksi jawaban-jawaban mereka. Dan terakhir, memberi nilai mereka. Prinsip saya dalam memberi nilai “lebih baik terlanjur menilai tinggi, daripada terlanjur menilai rendah” (MKM). * Tulisan ini ditulis sebagai Pengalaman Mengajar seorang Dosen IAIN Madura dimasa Covid 19 dan dipublikasikan oleh Tim Humas IAIN Madura