Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

KECERDASAN BUATAN

  • Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
  • Jumat, 1 September 2023
  • Dilihat 204 Kali
Bagikan ke

Oleh: Prof. Dr. H. Mohammad Kosim, M.Ag.

Dalam kbbi.kemdikbud.go.id kecerdasan buatan (artificial intelligence) diartikan sebagai “program komputer dalam meniru kecerdasan manusia, seperti mengambil keputusan, menyediakan dasar penalaran, dan karakteristik manusia lainnya”. Sedangkan menurut Mirabito & Morgensterm (2004), kecerdasan buatan merupakan suatu sistem berbasis komputer yang menduplikasi kemampuan paling penting manusia, yaitu berpikir dan mencari sebab. Proses berpikir tersebut mengacu pada teknologi jaringan saraf (neural network technology) yang berusaha mensimulasi secara elektronik bagaimana otak memproses informasi melalui jaringan saraf-saraf yang saling terhubung untuk menye­lesaikan tugas yang diberikan.

Apa yang membedakan program komputer biasa dengan kecerdasan buatan? Pada komputer biasa hanya dapat menyelesaikan persoalan yang diprogram secara spesifik sehingga jika ada informasi baru yang dibutuhkan di luar yang diprogram, maka program tersebut harus diubah kembali agar sesuai dengan informasi yang dibutuhkan. Beda halnya dengan kecerdasan buatan yang memungkinkan komputer untuk “berpikir” layaknya manusia sehingga informasi yang dihasilkan dapat digunakan sebagai acuan dalam mencari sebab dan mengambil keputusan. Beberapa contoh aktivitas yang menggunakan kecerdasan buatan adalah assistant virtual, GPS Navigation, filter on istagram, keyboard virtual, chatbot, search engine, m-banking, online shop, dan translator.

Sejak kapan ditemukan kecerdasan buatan? Cikal bakalnya sudah ada sejak lama, yakni sejak orang-orang barat tidak lagi berterima kasih kepada Tuhan, melainkan kepada teknologi yang dihasilkannya sendiri yang membuat kebutuhan hidupnya semakin mudah. Secara bertahap, teknologi tersebut terus dikembangkan para ahli dan kian canggih hingga ditemukannya kecerdasan buatan yang dapat meniru kecerdasan manusia dalam mengambil keputusan, bahkan bisa lebih cepat dan tepat dari keputusan manusia. Selanjutnya, para ahli akan terus mengembangkan temuan-temuan baru yang akan lebih canggih dari yang ditemukan sekarang.

Apa dampak kecerdasan buatan bagi manusia? Tentu saja membuat kehidupan semakin mudah, keputusan-keputusan dalam bidang tertentu lebih cepat dilakukan bahkan bisa lebih akurat dibanding keputusan manusia. Bahkan dengan hadirnya kecerdasan buatan, membuka peluang pekerjaan/bisnis baru. Namun, di balik dampak positif, hadirnya kecerdasan buatan menutup banyak lapangan kerja, melebihi terbukanya peluang kerja baru. Juga, ketergantungan yang tinggi pada kecerdasan buatan membuat biaya hidup kian mahal. Dan, yang dikhawatirkan, kekaguman pada kemampuan teknologi kecerdasan buatan, membuat manusia melupakan Tuhan, bahkan memandang “tuhan telah mati” seperti kata Nietzsche.

Adakah hubungan teknologi kecerdasan buatan dengan ajaran Islam? Tentu saja ada. Kecerdasan buatan merupakan wujud dari karunia Allah kepada manusia berupa akal dan perintah untuk membaca (iqra’) dan berpikir (afalā ta`qilūn, afalā tatafakkarūn). Kecerdasan buatan juga merupakan wujud dari kehendak Allah yang menundukkan alam semesta untuk kemudahan hidup manusia. Ini ditunjukkan dalam QS. al-Nahl 14: Wa-huwalladzī sakhkharal-bahra lita'kulū minhu lahman thariyyan wa-tastakhrijū minhu hilyatan talbasūnahā, wa-taral-fulka mawākhira fīhi wa-li-tabtaghū min-fadlillāhī wa-la`allakum tasykurūn (Dialah yang menundukkan lautan [untukmu] agar kamu dapat memakan daging yang segar [ikan] darinya dan [dari lautan itu] kamu mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai. Kamu [juga] melihat perahu berlayar padanya, dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur).

Dengan demikian, keberhasilan manusia menciptakan teknologi kecerdasan buatan, semestinya membuat manusia semakin bersyukur kepada Allah karena dengan karunia akal dan ilmu yang sangat terbatas dapat mencipta karya yang luar biasa yang dapat menggantikan kerja manusia. Dan semestinya, rasa syukur tersebut diwujudkan dengan semakin dekat kepada Allah (taqarrub ilallāh) dan menggunakan teknologi kecerdasan buatan untuk kemaslahatan hidup.

Lalu, bisakah kecerdasan buatan menjawab semua kebutuhan manusia atau bisakah semua pekerjaan manusia diganti mesin kecerdasan buatan? Harus diakui, kehadiran kecerdasan buatan telah mengganti banyak pekerjaan manusia. Tapi, tidak semua pekerjaan/aktivitas bisa diganti dengan mesin cerdas ini, misalnya berpikir kritis, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, kecerdasan interpersonal, keimanan dan ketakwaan kepada Allah subhānahū wa ta`ālā. Tapi, untuk mempermudah aktivitas-aktivitas tersebut, manusia dapat memanfaatkan kecerdasan buatan (2).

Editor: AF/Humas IAIN Madura.