Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

NILAI-NILAI KEBAIKAN DAN SIKAP KEAGAMAAN DI BULAN RAMADHAN

  • Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
  • Senin, 25 Maret 2024
  • Bagikan ke

Oleh: Affan, S.Pd.I., M.M.

Budaya adalah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah (https://kbbi.web.id/budaya). Dari arti budaya versi KBBI inilah yang menjadi formula penulis dalam menelaah fenomena kontinu yang setiap tahun terjadi di bulan Ramadhan yang mulia ini. Kewajiban puasa termaktub dalam surat Surat Al-Baqarah ayat 183 dan diwajibkan pada tahun kedua Tahun Hijriyah dan merupakan rukun Islam yang ketiga. Penulis ingin menyampaikan bahwa bulan Ramadhan mengandung nilai-nilai kebaikan (good values) dan sikap keagamaan (religion attitude). Sebagai tambahan pengetahuan, religion attitude itu merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan bentuk keimanannya.

Good values di bulan Ramadhan yang mulia lazimnya dimulai dari peribadatan, seperti shalat berjamaah lima waktu, sholat isya’ dan dilanjutkan dengan sholat tarawih berjamaah, tadarrus berjamaah, melaksanakan takjil (berbuka puasa) bersama, dan bahkan mudik dan balik ke kampung halaman pun berjamaah, serta bentuk nilai-nilai baik dan positif keagamaan lainnya. Good values dan religion attitude tersebut merupakan sebuah keniscayaan yang harus diterima (baik oleh kalangan seagama [dalam hal ini umat Islam sendiri] ataupun oleh umat yang tidak seagama). Dus, sesuai dengan arti budaya dalam KKBI di atas), maka Nilai-nilai Islam di bulan Ramadhan akan membudaya dengan sendirinya.

Fenomena (tahun-an) ini menunjukkan bahwa semua nilai-nilai kebaikan (good values) dan sikap keagamaan (religion attitude) itu (disadari atau tidak) merupakan bentuk kudrat iradat dan ayât Allah SWT. dan Allah SWT. ini ‘ingin’ menunjukkan bahwa bulan Ramadhan merupakan banyak nilai-nilai kebaikan, nilai-nilai positif ke-Islam-an yang seyogyanya dilakukan oleh umat Islam itu sendiri atau menjadi tambahan kebaikan bagi pemeluk agama lainnya. Dan bahkan kebaikan-kebaikan di Bulan Ramadan akan tetap senantiasa ada dan eksis sampai hari kiamat kelak.

Dari sisi perekonomian, bahwa pedagang kaki lima menjadi ramai ketika orang-orang yang berpuasa (atau bahkan yang tidak berpuasa) mencari sekedar takjil (makanan untuk berbuka), terutama fenomena ngabuburit yang hanya terjadi ketika bulan Ramadhan tiba. Pada pertengahan atau bahkan sejak awal Ramadhan, supermarket, minimarket, mall-mall, pusat-pusat perbelanjaan, banyak diminati masyarakat (terutama umat Islam) untuk hanya sekedar mencari dan mempersiapkan asesoris hari raya Idul fitri, baik untuk membeli baju baru, dan pakaian-pakaian baru, bahkan kendaraan baru (dan bahkan ide-ide baru). Geliat ekonomi ini tidak akan ada kecuali ketika bulan Ramadhan tiba sampai H-1 dari lebaran atau bahkan pasca lebaran.

Bahan bakar minyak seperti solar, pertamax, pertamax turbo, pertalite, dan BBM-BBM yang lain) akan mengalami intensitas pembelian ketika musim mudik yang hal ini hanya ada di bulan Ramadhan sampai dan bahkan pasca Hari Raya Idul Fitri. Krus keuangan dari luar negeri ke dalam negeri (dengan banyaknya warga Indonesia di luar negeri yang bekerja) pada awal Ramadhan atau bahkan 2 hari sebelum Hari raya Idzul Fitri akan mengalami peningkatan terutama sirkulasi pengiriman uang ke kerabat dan keluarga yang ada di Indonesia.

Dus, nilai plus dan esensi dari bulan Ramadhan adalah adanya kewajiban zakat fitrah (yang merupakan kewajiban setiap muslim yang mampu untuk mengeluarkannya) kepada fakir miskin dan kaum mustad’afin (kaum lemah ekonomi kesehariannya). Kewajiban membayar zakat fitrah (ketika ditinjau dari sisi keekonomian) merupakan bentuk kepedulian dan rasa sosial yang tinggi (sense of high social belonging: meminjam istilah Abi Nawal) yang seyogyanya juga merupakan salah satu bentuk good values yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. serta barokah bulan Ramadhan. Begitulah seterusnya.

Banyak pengamat muslim menjelaskan bahwa Ramadhan adalah bentuk simbol-simbol keagamaan rutinitas setiap tahun. Bahkan bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan maghfirah (ampunan Allah SWT.), bulan penuh rahmah (kasih sayang Allah SWT.), dan bulan yang akan mendapatkan doorprize ‘itqun minan nâr (akan terbebas dari siksa api neraka). Tentunya dengan ketentuan dan syarat-syarat yang berlaku versi syariat Islam.

Doorprize ini akan diperoleh apabila umat Islam (sebagaimana dalam hadits Nabi Muhammad SAW.) melaksanakan nilai-nilai bulan Ramadhan dengan yakin bahwa puasa merupakan perintah Allah SWT. dan semua kebaikan yang dilakukan hanya mengharap ridha, kasih sayang serta rahmat Allah SWT. semata. Semoga kita semua termasuk dan bisa mengamalkan hadits Nabi Muhammad SAW tersebut. Wallahu a’lam bis sawab.

 


Editor: Achmad Firdausi / Humas