Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

MEMPERINGATI MALAM NISFU SYA`BAN

  • Diposting Oleh Achmad Firdausi
  • Kamis, 13 Februari 2025
  • Dilihat 913 Kali
Bagikan ke

Oleh: Prof. Dr. H. Mohammad Kosim, M.Ag.

Setiap malam nisfu sya`ban (malam tanggal 15 bulan Sya`ban), masyarakat pesantren biasa memperingatinya secara bersama-sama, di masjid atau di langgar, dengan ibadah tertentu yang dimulai setelah salat maghrib berjamaah. Bahkan di sebagian tempat, kegiatan tersebut sudah dimulai malam tanggal 14 Sya`ban dan dilanjutkan pada malam 15 Sya`ban. Di antara ibadah yang biasa dilakukan adalah membaca surah Yasin 3 kali, diakhiri dengan doa, dan saling bermaafan. Dan amalan ini tidak hanya dilakukan umat Islam Indonesia. Di banyak negara muslim Timur Tengah juga melakukan amalan yang tak jauh beda.

Adalah kelompok Wahhabi yang paling getol mempermasalahkan amalan tersebut, dan menyebutnya sebagai perbuatan bid`ah munkarat. Alasannya, seperti yang sering disampaikan ketika tidak setuju dengan tradisi pesantren, karena amalan tersebut tidak dicontohkan Nabi.  Dan setiap ibadah yang tidak dicontohkan Nabi, adalah bid`ah munkarat, kata mereka. Kelompok ini, belakangan, terasa kian aktif dan atraktif menyerang tradisi pesantren, meskipun ustadz-ustadz yang dilatih menyerang rata-rata tak punya kemampuan agama yang memadai, tidak pandai baca kitab. Tapi mereka dengan pd-nya menyalahkan dan membid`ahkan, kor ngocol, dalam bahasa Madura. Tentu saja, serangan-serangan mereka dengan mudah dipatahkan kalangan pesantren, berdasar kitab-kitab mu`tabarah.

Tapi, benarkah peringatan malam nisfu sya`ban, tidak punya dasar? Tentu saja tidak benar. Dalil peringatan malam nisfu sya`ban cukup melimpah. Bahkan Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki, perlu menulis kitab khusus untuk menjelaskan keutamaan-keutamaan bulan Sya`ban, yakni kitab “Mādzā fī Sya`bān”. Begitu mulianya malam nisfu sya`ban, sehingga Sayid Muhammad dalam kitab tersebut menyebut malam itu dengan belasan sebutan mulia, yakni “lailatun mubārakatun, lailatul qismati, lailatut takfīri, lailatul ijābati, lailatul hayāti, lailatu `īdil malāikati, lailatus syafā`ati, lailatul barā-ati, lailatul shokki, lailatul jāizati, lailatur rajhān, lailatut ta`dhīm, lailatul qadr, dan lailatul ghufrān”. 

Malam Ampunan

Dari Mu'adz bin Jabal bahwa Rasulullah bersabda, “Sungguh Allah memperhatikan hamba-Nya (dengan penuh rahmat) pada malam nishfu sya’ban, kemudian Ia mengampuni semua makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan musyāhin (orang-orang yang menebar kebencian antar sesama umat Islam)” . Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Thabrani dan Imam Baihaqi, dan disahihkan oleh banyak ulama hadits, seperti al-Hafidz al-Haitsami.

Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi dan Imam ibn Majah, Sayyidah Aisyah menceritakan “Pada suatu malam, aku kehilangan Nabi saw, kemudian aku keluar mencari beliau. Ketika itu beliau sedang mengangkat kepala ke langit. Kemudian beliau berkata: Wahai Aisyah! Apakah engkau takut Allah dan Rasul-Nya menelantarkan engkau. Aku berkata: Aku menyangka bahwa engkau mendatangi sebagian istri-istri engkau. Kemudian beliau berkata: Sesungguhnya Allah ‘turun’ pada malam nishfu sya’ban ke langit dunia. Lalu, Dia mengampuni lebih banyak dari jumlah bulu kambing milik kabilah Bani Kalb (salah satu kabilah yang banyak memiliki kambing).”

Malam Terkabulnya Doa

Dalam hadits riwayat Imam ibn Majah, Rasulullah bersabda “Apabila telah datang malam nishfu sya`ban, maka beribadahlah pada malam harinya dan berpuasalah pada siang harinya. Sesungguhnya (rahmat) Allah turun pada malam itu ke langit yang paling bawah ketika terbenamnya matahari, kemudian Allah menyeru “Adakah orang yang meminta maaf kepadaku, maka akan Aku ampuni; Adakah yang meminta rezeki, maka Aku akan melimpahkan rezeki kepadanya; Adakah orang yang sakit, maka akan Aku sembuhkan, dan hal-hal yang lain sampai terbitnya fajar.”

Sahabat Ibnu Umar berkata: "Lima malam doa tidak akan ditolak, yakni di malam Jumat, malam pertama Rajab, malam nishfu syaban, dan dua malam hari raya." Imam Syafii dalam kitab al-Um juga meriwayatkan hal yang sama.

Malam Pelaporan Amal

Dari Usamah bin Zaid, berkata: “Wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihat Engkau berpuasa dalam satu bulan sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya'ban?" Beliau bersabda: "Itulah bulan yang manusia lalai darinya; ia bulan yang berada  di antara bulan Rajab dan Ramadan, yaitu bulan yang berisikan berbagai amal, perbuatan diangkat kepada Tuhan semesta alam. Aku senang amalku diangkat ketika aku sedang berpuasa.”

Malam Penentuan

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Atha’ bin Yasar dinyatakan, "Jika datang malam nisfu sya`ban, malaikat maut menulis nama yang akan mati dari sya`ban ini sampai sya`ban yang akan datang. Mungkin saja ada seorang laki-laki berbuat aniaya, kerusakan, serta menikahi banyak wanita dan menanam pepohonan, sedangkan pada waktu itu juga namanya telah tertulis sebagai orang yang akan mati. Tiada malam yang lebih baik setelah malam lailatul qadar kecuali malam nisfu sya`ban."

Dalam riwayat lain dinyatakan: “Apabila datang malam nisfu sya’ban maka diserahkan kepada malaikat maut sebuah catatan. Maka dikatakan, cabutlah pada tahun ini, nama yang ada dalam catatan itu. Karena sungguh seorang hamba akan menanam tanaman, akan menikahi wanita, membangun rumah, sedangkan namanya ada dalam catatan itu dan dia tidak tahu."

Mengapa Yasin?

Menjawab sanggahan kaum Wahhabi, mengapa harus surah Yasin yang dibaca? tiga kali lagi. Sebenarnya tidak harus surah Yasin, dan tidak harus tiga kali. Silakan menghidupkan malam mulia ini dengan beragam ibadah yang masyrū`, seperti salat sunnah, membaca al-Qur’an, istighfar, salawat, tahlil, tasbih, dan bersedekah. Bahkan penduduk Mekah di masa silam, jika datang malam nisfu sya`ban mereka keluar ke Masjidil Haram, melakukan salat, tawaf, membaca Qur'an hingga khatam. Mereka minum air zamzam, dan menyiramkanya dan untuk orang sakit. Mereka melakukan itu, berharap keberkaham malam mulia tersebut.

Dengan demikian, membaca Yasin di malam nisfu sya`ban, sebenarnya anjuran minimal dari para ulama. Dan tentu saja ada dasarnya, yakni hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Imam Baihaqi: “Barang siapa membaca surah Yasin di malam hari, maka ia diampuni di pagi harinya.” Juga Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya segala sesuatu memiliki hati/pusat. Dan hatinya al-Qur’an adalah (surat) Yasin. Baragsiapa yang membaca Yasin, maka Allah menuliskan pahala baginya sepuluh kali membaca al-Qur’an”. Wallāhu a`lam (75) .

 


Editor: Achmad Firdausi