Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@uinmadura.ac.id

Menelisik Nilai-Nilai Spiritual dalam Cerita Rakyat Madura

  • Diposting Oleh Achmad Firdausi
  • Senin, 15 Desember 2025
  • Dilihat 31 Kali
Bagikan ke

Oleh: Dr. Moh. Hafid Effendy, M.Pd.

(Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Madura dan Ketua Yayasan Pakem Maddhu)

Cerita rakyat atau disebut juga folklor tidak pernah hadir sebagai kisah kosong. Ia membawa pesan, nilai, dan cerminan pandangan hidup masyarakat yang melahirkannya. Demikian pula cerita rakyat Madura, yang  penuh dengan nilai-nilai spiritual dan religiusitas. Dalam konteks masyarakat Madura yang dikenal menjunjung tinggi ajaran Islam, kisah-kisah yang diwariskan secara lisan ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai ruang pembelajaran moral dan spiritual. Melalui simbol, tokoh, dan alur cerita yang khas, masyarakat Madura menanamkan nilai-nilai luhur kepada generasi berikutnya.

Salah satu nilai spiritual yang paling dominan dalam cerita rakyat Madura, yakni keyakinan bahwa kekuatan sejati berasal dari hubungan manusia dengan Tuhan. Banyak cerita menggambarkan tokoh yang memperoleh kekuatan, keselamatan, atau keberhasilan justru karena kesungguhannya berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah. Dalam legenda Jokotole, misalnya, kemampuan sang tokoh dalam mengemban misi besar tidak hanya dijelaskan melalui kecerdasan dan ketangkasannya, tetapi juga melalui ketekunan spiritual yang menjadi bekalnya dalam menghadapi berbagai ujian. Pesan tersebut menegaskan bahwa dalam budaya Madura, spiritualitas bukan sekadar ranah privat, melainkan fondasi perilaku dan tindakan sosial. Misalnya nilai tawakkal atau sikap berserah diri secara ikhlas kepada Tuhan menjadi tema penting dalam berbagai cerita rakyat. Banyak kisah menggambarkan tokoh protagonis yang tetap berlapang dada menghadapi kesulitan, dengan keyakinan bahwa setiap ujian adalah bagian dari rencana ilahi. Dalam cerita Buyut Panyeppèn, misalnya, perjuangan dan kesabaran tokoh utama digambarkan sebagai bentuk dari keteguhan spiritual. Dalam konteks masyarakat modern yang serba cepat dan pragmatis, nilai tawakkal ini memberi pengingat bahwa ketenangan hidup sering kali bersumber dari kemampuan menerima dan mempercayai kehendak Tuhan.

Nilai spiritual lainnya yang juga kuat dalam cerita rakyat Madura adalah konsep balasan moral. Kisah-kisah tersebut secara konsisten menegaskan bahwa kebaikan akan berbuah kebaikan, sementara kejahatan pada akhirnya akan menghadirkan konsekuensi buruk. Pola ini bukan sekadar strategi naratif, tetapi bagian dari cara masyarakat menanamkan nilai amar ma’ruf nahi munkar. Tokoh-tokoh antagonis sering digambarkan runtuh karena kesombongan dan kezaliman mereka, sedangkan tokoh yang amanah, jujur, dan ikhlas memperoleh keberkahan. Melalui pola demikian, cerita rakyat berperan sebagai alat pendidikan moral yang efektif.

Marilah kita intip dari aspek spiritual lain yang menarik yakni penghormatan terhadap leluhur dan tokoh suci. Banyak cerita rakyat Madura melibatkan figur-figur yang dihormati karena kesalehan, kearifan, atau kontribusi moral mereka terhadap masyarakat. Penghormatan ini tidak bermakna individual, tetapi lebih kepada penghargaan terhadap nilai-nilai kebaikan yang diwariskan. Tradisi ziarah ke makam para tokoh dalam kisah tersebut memperlihatkan bagaimana masyarakat Madura memandang pentingnya keterhubungan antara generasi melalui nilai-nilai spiritual. Cerita rakyat menjadi medium yang memastikan bahwa teladan para leluhur tetap hidup dan menginspirasi etnik Madura.

Selain hubungan manusia dengan Tuhan dan leluhur, cerita rakyat Madura mengajarkan kesadaran spiritual terhadap alam. Banyak cerita menggambarkan alam sebagai entitas hidup yang memiliki pesan moral. Ketidakharmonisan antara manusia dan alam sering digambarkan menghasilkan bencana, Misalnya di Aceh dan Sumatera Utara. Sementara penghormatan terhadap alam membawa ketentraman. Nilai ini menunjukkan bahwa spiritualitas masyarakat Madura tidak hanya terfokus pada ranah ibadah, tetapi juga mencakup etika ekologis yang berakar pada kesadaran religius. Pada masa sekarang, ketika isu lingkungan menjadi persoalan global, cerita rakyat ini justru menawarkan kearifan lokal yang relevan untuk membangun sikap peduli lingkungan.

Kekuatan lain dari cerita rakyat Madura terletak pada cara penyampaiannya yang sederhana namun penuh makna. Pesan-pesan spiritual disampaikan melalui dialog, peristiwa, dan simbol yang dekat dengan kehidupan masyarakat. Hal ini membuatnya mudah dipahami dan diterima oleh semua kalangan, khususnya anak-anak dan remaja yang menjadi generasi penerus budaya. Dengan demikian, cerita rakyat berfungsi tidak hanya sebagai warisan budaya, tetapi juga sebagai media literasi moral dan spiritual yang strategis.

Coba Kita renungkan di tengah arus modernisasi dan derasnya pengaruh budaya populer, cerita rakyat Madura mulai kehilangan ruang dalam kehidupan sehari-hari. Banyak generasi muda yang lebih akrab dengan tokoh dari media digital ketimbang dengan figur legendaris dalam cerita lokal. Padahal, nilai spiritual yang terkandung dalam cerita rakyat Madura mampu memperkuat karakter, membentuk etika sosial, dan menanamkan sikap religius yang moderat. Oleh karena itu, diperlukan upaya revitalisasi, seperti memasukkan cerita rakyat dalam bahan ajar sekolah, festival budaya, hingga konten digital kreatif.

Mencoba menelisik nilai-nilai spiritual dalam cerita rakyat Madura bukan sekadar upaya akademik, tetapi juga langkah pelestarian identitas kultural. Cerita rakyat ini mengajarkan bahwa spiritualitas adalah kompas moral masyarakat Madura, kompas yang menuntun kepada kejujuran, kesabaran, tawakkal, penghormatan terhadap alam, serta kedekatan dengan Tuhan. Di tengah tantangan zaman, nilai-nilai ini tetap relevan dan layak dijadikan pegangan. Oleh karena itu, menjaga cerita rakyat dan melestarikan secara turun-temurun berarti menjaga jati diri dan kearifan spiritual yang telah membimbing masyarakat Madura selama berabad-abad.

 


Editor: Achmad Firdausi