Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

HAJI: RAPAT TERAKBAR SEDUNIA

  • Diposting Oleh Achmad Firdausi
  • Senin, 21 April 2025
  • Dilihat 100 Kali
Bagikan ke

Oleh: Dr. Imam Amrusi Jailani, M.Ag.

(Ketua Program Studi Doktor Ilmu Syariah Pascasarjana IAIN Madura)

Memasuki bulan Syawal dalam siklus tahunan kalender Hijriyah menandakan datangnya musim haji, mulai dari Syawal berikutnya Dzulqo’dah dan Dzulhijjah dinyatakan sebagai miqat zamani bagi rangkaian pelaksanaan haji. Para calon jamaah haji yang sudah masuk dantar kuota haji tahun ini sudah mempersiapkan diri untuk menyempurnakan salah satu istitha'ah haji, yakni pelunasan biaya pelaksanaan haji. Memasuki bulan Syawal kesibukan dari panitia penyelenggara haji di bawah dirjen Urusan Haji dan Umroh, yang pada tahun ini juga digandeng dengan Badan Penyelenggara Haji, memasuki bulan-bulan sibuk untuk mempersiapkan pelaksanaan haji yang merupakan rukun Islam yang kelima. Kewajiban haji merupakan perintah dari Allah, sebagaimana tertuang dalan Al-Quran, surah Ali ‘Imron, ayat 97: Di sana terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) maqam Ibrahim. Barangsiapa memasukinya (Baitullah) amanlah dia. Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.

Seksi Urusan Haji di kota dan kabupaten maupun bidang urusan haji dan umroh di wilayah provinsi merupakan seksi yang paling sibuk di bulan-bulan ini, karena mereka harus mempersiapkan pelaksanaan haji semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada para jemaah haji. Demikian pula kelompok-kelompok penyelenggara bimbingan haji sangat sibuk mempersiapkan pelayanan bagi jamaahnya untuk mempersiapkan bimbingan manasik haji agar ibadah haji dari para jamaahnya itu bisa terlaksana secara sempurna. Setelah tahapan pelunasan haji selesai dan bimbingan manasik haji sudah dilalui, maka tibalah waktunya untuk pemberangkatan haji dari berbagai embarkasi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Para jemaah haji dari berbagai kelompok terbang akan bergantian berangkat dari daerahnya masing-masing sesuai dengan urutan kloter bagi mereka. Mereka semuanya akan menjadi duta-buta Allah di tanah haram yang sekaligus akan menjadi duta duta bangsa dan negara Indonesia di mata internasional.

Para jamaah haji yang jumlahnya ratusan ribu atau tepatnya 220.000 jamaah dari berbagai pelosok di tanah air nantinya akan menyatu terkonsentrasi di tanah haram Mekah dan Madinah. Jemaah haji dari Indonesia saja itu terdiri dari berbagai daerah, suku bangsa, beraneka corak bahasa dan adat istiadat, yang akhirnya nanti akan berkumpul menyatu di Haramain. Belum lagi para jamaah yang datang dari berbagai penjuru dunia, tentunya mereka akan berlainan Negara, berbeda benua, suku bangsanya juga, adat istiadatnya, serta bahasanya berbeda-beda. Namun perbedaan-perbedaan yang melingkupi mereka tidak menjadi persoalan. Mereka menyatu menjadi satu saudara di tengah-tengah kerumunan jemaah haji yang angkanya mendekati 4 juta jamaah haji atau bahkan lebih yang berasal dari seluruh penjuru dunia. Mereka semuanya berbondong-bondong memenuhi panggilan Allah yang dulunya melalui nabi Allah Ibrahim tatkala beliau berdiri di atas bukit Abi Qubais memanggil seluruh hamba Allah yang tersebar di seluruh penjuru dunia agar berbondong-bondong datang ke baitullah untuk melaksanakan haji. Hal itu sebafgaimana difirmankan oleh Allah dalam Al-Quran, surah al-Hajj, ayat 27: Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh. Maka kita yang berangkat sekarang itu diyakini karena ada jawaban kita terhadap panggilan nabi Ibrahim untuk sama-sama menunaikan haji ke tanah suci baitullah di Mukaromah.

Di sanalah pemandangan yang sebenarnya membuka mata dan wawasan kita bahwa kita itu adalah satu saudara seiman dan seagama, maka diperlukan ukhuwah islamiyah yang kuat, ukhuwah basyariyah yang kuat, ukhuwah wathaniyah yang handal. Hal itu menunjukkan pada dunia, inilah persatuan dan kesatuan umat Islam seluruh dunia yang tidak akan bisa ditandingi oleh rapat Akbar di manapun di seluruh dunia. Tidak ada yang menyamai besarnya rapat dalam pelaksanaan jamaah haji, bahkan untuk menemukan seperempat saja dari jumlah jamaah haji yang ada di tanah suci tidak akan kita jumpai di belahan bumi manapun. Hal ini menunjukkan bahwa Islam itu memang besar, Islam itu tinggi kata nabi dan tidak akan ada yang lebih tinggi dari Islam. Pelaksanaan ibadah haji menunjukkan begitu hebatnya persatuan umat Islam sedunia di mana dari berbagai bangsa yang berwarna-warni kulitnya, berbeda bahasanya, kebiasaannya, berbeda pula makanannya, itu bisa menyatu dalam satu tujuan yaitu untuk meraih ridho Allah subhanahu wa ta'ala. Melalui ibadah haji itulah yang merupakan penjelmaan  rapat paling Akbar sedunia harusnya kita bangga selaku umat Islam. Hal ini pula yang menjadi pemantik bagi setiap umat Islam untuk melaksanakan ibadah haji. Mereka akan selalu mengupayakan untuk mencapai level Istitho’ah agar mereka bisa menjadi bagian dari persatuan umat islam sedunia dalam pelaksanaan haji yang ternyata itulah yang paling Akbar di seluruh dunia. Belum lagi adanya jaminan dari Allah yang akan dipersembahkan kepada mereka yang mabrur hajinya, yaitu dipersiapkan surga sebagai tempat kembali nanti di akhirat.

Seluruh Jemaah haji akan terus berusaha mempersiapkan diri mereka agar dapat menunaikan ibadah haji sebaik-sebaikna. Mabrur adalah sesuatu yang tidak bias ditawar-tawar lagi. Dengan akhlak yang mulia mereka bias menunjukkan pada dunia, inilah kita umat Islam yang cinta persatuan, cinta damai, dan cinta persaudaraan. Melalui ibadah haji pula kita bias menunjukkan pada dunia, inilah umat Islam dari Indonesia yang selalu berprilaku baik, santun, bersahaja. Semoga seluruh Jemaah haji dianugerahi kemudahan dan mabrur.

 


Editor: Achmad Firdausi