Akhlakul Karimah di Ambang Emergency
- Diposting Oleh Achmad Firdausi
- Senin, 28 Juli 2025
- Dilihat 47 Kali
Oleh: Dr. Imam Amrusi Jailani, M.Ag.
(Ketua Program Studi Doktor Ilmu Syariah Pascasarjana IAIN Madura)
Akhlakul karimah merupakan tujuan utama diutusnya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam ke dunia, sebagaimana dikatakan oleh beliau, “tiadalah aku ini diutus ke dunia kecuali untuk menyempurnakan akhlak”. Akhlak merupakan barometer utama untuk menentukan bahwa seseorang itu baik atau tidak. Kebaikan seseorang bisa tercermin dari adanya akhlakul karimah dalam perilaku kesehariannya. Begitu pula akhlak madzmumah mencerminkan perilaku seseorang itu jelek dalam pengamatan orang lain. Akhlak merupakan cerminan dari keadaan atau perilaku seseorang dalam pergaulan, baik berkaitan dengan hubungannya secara vertikal dengan Allah subhanahu wa ta'ala, maupun secara horizontal dengan sesamanya. Secara vertikal manusia dituntut untuk selalu menjalin hubungan dengan Tuhannya, Sang Pencipta melalui ritual ibadah. Oleh karena itu ibadah seseorang menentukan baik atau tidaknya seseorang dalam berhubungan dengan tuhannya.
Namun Allah tidaklah egois menuntut hambanya untuk selalu berbuat baik dalam melakukan hubungan dengan-Nya melalui ritual beribadah, akan tetapi Allah juga menghendaki hamba-Nya untuk selalu berbaik terhadap sesamanya. Oleh karena itu Allah perintahkan hamba-Nya untuk berbuat baik kepada sesamanya, baik dalam lingkungan keluarga, bertetangga, bergaul dengan teman-temannya di kantor, di perusahaan, maupun tempat-tempat permainan. Di dalam lingkup keluarga, seorang anak sudah seharusnya untuk berbuat baik mengabdi kepada kedua orang tuanya dan sayang terhadap mereka. Sesama saudara harus saling menyayangi diantara bersama saudara. Begitu pula secara resiprokal, orang tua harus selalu menyayangi anak-anaknya agar tercipta keluarga bahagia dan sejahtera. Dalam pergaulan sesama antar tetangga juga harus saling menghormati, saling tolong-menolong, dan saling menyapa antara satu dengan yang lainnya, karena pada hakekatnya manusia antara satu dengan yang lainnya adalah bersaudara. Begitu pula di dunia pendidikan, siswa atau murid, juga mahasiswa harus menghormati para guru, ustad, dan dosen, tak terkecuali pula di dunia pesantren, santri selalu menghormati dan memuliakan para kyai dan ustad yang sudah ikhlas mengajarkan mereka tentang kebaikan.
Lantas sekarang, bagaimana fenomena yang terjadi dalam realitas kehidupan kita, khususnya di dunia pendidikan? Dunia pendidikan kita kebanyakan hanya mengejar aspek pengetahuan saja dengan segudang kualifikasi serta prestasi yang harus dikumpulkan, dan jarang yang memperhatikan akhlak dari anak didik dalam pergaulan. Peserta didik kebanyakan sudah acuh tak acuh dengan adanya akhlakul karimah, karena kebanyakan mereka terbuai oleh keasyikan dalam berselancar di dunia maya. Hal ini membutuhkan perhatian yang serius dari para pendidik, para dosen, terutama dalam memberikan suatu uswah atau teladan yang baik serta pendidikan akhlak terhadap meraka. Para mahasiswa bisa terlihat nyata di hadapan kita, bagaimana para mahasiswa dalam berjalan di hadapan dosen, dalam menyampaikan chating, apalagi dalam menghubungi dosen melalui virtual (dunia maya) yang kebanyakan menggunakan WA, hampir saja mereka tidak bisa membedakan mana yang dosen mana yang temannya, dengan bahasa yang hampir tidak bisa dibedakan antara dosen dan teman. Hal ini akan menjadi sangat krusial dan emergency bagi kita yang selalu memperhatikan akhlakul karimah. Oleh karena itu kehadiran kode etik dalam bergaul di dunia kampus itu perlu di konseptualkan dan diaplikasikan dalam pergaulan sehari-hari, agar tujuan dari terutusnya Nabi Muhammad ke dunia ini benar-benar membumi, sehingga pergaulan masyarakat maupun komunitas, lebih-lebih komunitas kampus yang menjadi corong perubahan dan perbaikan akan selalu diwarnai oleh akhlakul karimah.
Editor: Achmad Firdausi