Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

DARI TRADISI MENUJU STABILITAS KETAHANAN NASIONAL

  • Diposting Oleh Achmad Firdausi
  • Selasa, 8 April 2025
  • Dilihat 81 Kali
Bagikan ke

Oleh: Dr. Imam Amrusi Jailani, M.Ag.

(Ketua Program Studi Doktor Ilmu Syariah Pascasarjana IAIN Madura)

Indonesia merupakan negara yang kaya budaya dan tradisi. Tradisi-tradisi tersebut berkembang dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Tradisi yang berkembang merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat yang bercorak religius. Masyarakat religius tentunya akan lebih menekankan nilai agama dari pada nilai-nilai lainnya, seperti nilai kuasa dan nilai ekonomi. Ciri keberagamaan inilah yajng melekat dalam banyak tradisi yang berkembang di masyarakat Indonesia, sehingga masyarakat Indonesia sangat menjunjung tinggi etika dalam mengemas tradisi yang dipoertahankannya.

Indonesia memang bukan Negara Islam. Tetapi umat muslim merupakan umat yang mayoritas, dan hal tersebut sudah menjadi bagian dari retorika publik pada bangsa ini. Demikianlah setidaknya menurut Cak Nur, atau Nurcholis Madjid. Umat muslim bukan hanya menjadi mayoritas penganutnya di bangsa ini, melainkan juga umat Islam yang terbanyak di seluruh dunia jika dibandingkan dengan bangsa-bangsa yang lain. Dalam retorika publik, prosentase umat Islam di Indonesia yang dulunya 90% sekarang sudah mengalami penurunan sekitar 87% dari jumlah penduduk Indonesia. Imbas dari adanya retorika publik itu, menurut Cak Nur dalam bukunya, Tradisi Islam, menimbulkan berbagai tafsiran terhadap kehidupan masyarakat bangsa ini baik secara faktual maupun diksi. Walaupun begitu pada kenyataannya Islam memang merupakan agama terbesar di negeri ini. Dari fakta tersebut maka tidak bisa dipungkiri pula bahwa umat Islam memperkaya tradisi dari bangsa ini yang menjadi bagian dari ciri khas masyarakat dan bangsa Indonesia. Dari tradisi itu pula nantinya akan melahirkan etos atau suasana kejiwaan yang menjadi ciri utama bangsa ini. Etos itu kemudian diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti jati diri, kepribadian, dan bahkan pada ujungnya akan membentuk suatu ideology. Oleh karena itu tidak mengherankan jika dikatakan bahwa Pancasila menjadi ideologi bangsa ini karena dibentuk oleh sejumlah etos yang sudah mengkristal dalam kepribadian bangsa ini.

Tradisi dalam berbagai konteks terbentuk dari etos dan melahirkan etos yang konstruktif. Begitu pula tradisi-tradisi yang sudah banyak dilakukan oleh umat Islam di negeri ini, kesemuanya akan membentuk suatu karakter masyarakat yang baik di negara kita. Tradisi-tradisi yang berkembang sangat banyak sumbangsihnya untuk peradaban dan kemajuan bangsa ini. Tradisi-tradisi tersebut akan memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan sosial bangsa Indonesia. Dari tradisi-tradisi tersebut akan mewariskan suatu kehidupan yang membanggakan, yakni berupa terwujudnya kebersamaan, kerukunan, rasa simpati dan empati di antara sesama. Begitu pula rasa saling menghargai di antara sesama warga akan terwujud dari adanya tradisi-tradisi yang berkembang, seperti yajng terlihat adanya kebersamaan di bulan Ramadan. Oleh karena itu jangan spelekan tradsi, malah justeru harus didukung.

Pemandangan yang terjadi dalam percaturan kehidupan umat Islam Indonesia terbilang unik, berbeda dengan umat Islam yang ada di seluruh penjuru dunia. Keunikan tersebut terpancar dari adanya sistem ritual yang berlaku di dalam umat Islam. Begitu pula yang terjadi dalam tradisi-tradisi umat Islam di negeri ini menunjukkan sesuatu yang berbeda dengan tradisi-tradisi yang berkembang di negara-negara lain, bahkan mungkin tradisi-tradisi itu tidak akan dijumpai di negara-negara lain, seperti halnya buka bersama, sahur bersama, membangunkan orang-orang untuk sahur puasa, memberitahukan waktu buka hampir tiba, dan sebagainya. Demikian pula tradisi yajng berkembang menjelang dan setelah hari raya Idul Fitri berupa mudik ke kampung halaman, sehingga mereka menbanjiri arus lalu lintas pada arus mudik dan arus balik. Tradisi tersebut bertujuan untuk mempererat ikatan silaturrahmi di antara sanak keluarga, handaitaulan, tetangga di kampung, dan teman-teman di kampung halaman. Kesemua tradisi itu menunjukkan adanya keluhuran budi pekerti umat Islam Indonesia yang sekaligus menunjukkan jati diri kemanusiaan mereka. Sebenarnya banyak hikmah dan filisofi dari tardisi-tradisi tersebut, namun sebagian dari kita tidak sampai pada tataran tersebut, dan hanya tahu kulit luarnya saja.

Kebersamaan berkumpul bersama keluarga, yang di bulan Ramadhan dikemas dengan acara sahur bersama mencerminkan keakraban di internal keluarga yang sekaligus menunjukkan kerukunan dan keharmonisan keluarga. Keharmonisan dalam keluarga merupakan tonggak dari adanya kerukunan di antara sesama warga, baik tetangga maupun kalangan yang jauh dari tempat tinggal. Maka jika keharmonisan dalam rumah tangga sudah berhasil dibangun fa insya Allah akan menjadi sesuatu yang bisa mewujudkan kerukunan diantara sesama warga maupun umat yang ada dalam bangsa ini. Kerukunan menjadi ciri khas bangsa ini di mana dengan kerukunan itulah sejak dulu founding fathers bangsa ini selalu mengingatkan untuk selalu menjaga kerukunan, sehingga akan tercipta suatu sikap gotong royong yang menjadi ciri khas dari bangsa Indonesia. Sahur bersama merupakan momen yang sangat indah yang hampir terjadi setiap hari di dalam rumah tangga setiap muslim, yang mana hal itu jarang terjadi di luar bulan Ramadan. Seandainya suasana harmonis itu terus bisa dipertahankan hingga selepas romadhon bahkan menjadi rutinitas kita sehari-hari, betapa rukunnya keluarga-keluarga yang ada di tengah masyarakat kita dan hal itu tidak akan terbayangkan indahnya bagi kita.

Demikian pula adanya makan bersama berupa buka puasa atau juga selamatan yang sering digelar di berbagai tempat, yang mana di sana berkumpul umat Islam untuk makan bersama dan mempererat simpul kekeluargaan. Hal tersebut mengajarkan kepada kita betapa kuatnya ikatan persaudaraan kita diantara sesama muslim, yang mana terkadang tanpa diundang semuanya sudah berkumpul untuk bersama-sama melakukan buka puasa. Dari sisi penyedia buka bersama menunjukkan betapa dermawannya umat Islam yang selalu mengimpikan hidup bersama secara akrab, dan ternyata itu bisa terwujud dalam acara buka bersama. Umat Islam saling bahu membahu untuk membangkitkan rasa empati dan simpati mereka terhadap sesama. Dari adanya rasa senasib seperjuangan itulah keutuhan umat Islam akan selalu bisa terjaga. Itulah pemandangan sehari-harinya yang selalu hadir di dalam kehidupan umat Islam di Indonesia.

Kehadiran kebiasaan-kebiasaan yang sudah terintegrasi dalam laju kehidupan umat Islam telah menjadi suatu tradisi yang bisa membangun keakraban dan keutuhan umat Islam dan bangsa Indonesia. Belum lagi kebiasaan-kebiasaan yang bersifat temporal, seperti acara halal bihalal yang hanya ada di masyarakat Indonesia, menunjukkan sikap persaudaraan yang Kendal dalam masyarakat kita.. Perayaan-perayaan tersebut sengaja dipertahankan oleh umat Islam untuk bisa mentransformasikan semangat dan hikmah yang ada pada peristiwa-peristiwa tersebut.

Seluruh tradisi-tradisi yang baik dan konstruktif yang bisa membentuk masyarakat Indonesia menjadi rukun, dermawan, dan bersatu padu utuh dalam kesatuan kekeluargaan, keumatan, dan kebangsaan itu harus tetap dipertahankan dan dirawat sebaik mungkin karena hal tersebut merupakan aset yang sangat berharga, terutama untuk stabilitas ketahanan nasional bangsa Indonesia. Ketahanan nasional hanya bisa terwujud dengan adanya rasa kebersamaan, rasa gotong-royong, dan saling menyadari akan pentingnya persatuan dan kesatuan bagi bangsa ini. Masyarakat yang rukun dan toleran akan menjadikan ketahanan nasional bangsa ini akan semakin kuat di tengah-tengah kehidupan pluralitas yang ada pada bangsa ini. Pluralitas akan semakin memperkokoh ketahanan nasional jika hal tersebut dikelola secara baik sehingga menuju pada suatu cita-cita bersama yaitu suatu kehidupan berbangsa, bernegara, bermasyarakat, dan beragama dengan menjunjung tinggi martabat kemanusiaan.

 


Editor: Achmad Firdausi