Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

Hidup di Mars, Membangun Peradaban atau Melawan Kodrat?

  • Diposting Oleh Admin Web IAIN Madura
  • Kamis, 12 Mei 2016
  • Dilihat 390 Kali
Bagikan ke

Oleh: Fitriatul Maghfiroh Mahasiswi Prodi Pendidikan Bahasa Arab Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pamekasan JATIMAKTUAL, OPINI,- Bila menilik kembali wacana tentang planet Mars yang pernah menjadi perbicangan dan sering disebut-sebut keberadaannya dalam berbagai media. Pasalnya, planet dengan permukaan merahnya tersebut telah diyakini para ahli ruang antariksa sebagai planet yang akan menggantikan posisi Bumi sebagai tempat tinggal manusia selepas peristiwa hancurnya Bumi atau yang biasa disebut Hari Kiamat. Badan Antariksa Amerika atau yang lebih terkenal dengan sebutan NASA dengan berbagai tekhnologi canggih gencar mengirim para astronotnya untuk menguji kelayakan Mars yang akan dijadikan pengganti Bumi. Dengan kegigihannya telah menemukan kandungan air yang terdapat di dalam permukaan Planet Merah tersebut. Akhirnya spekulasi bahwa Mars dapat ditinggali pun mencuat dan tidak terelakkan lagi. Berbagai gagasan tentang kolonisasi manusia di Mars yang tidak hanya dipaparkan oleh Badan Antariksa Amerika melahirkan sejumlah penelitian terus menerus pada permukaan Mars. Kolonisasi manusia yang merujuk pada permukiman permanen manusia di Planet Mars ini disambut positif oleh berbagai ilmuan mengingat akan adanya hari kehancuran bumi serta keadaan bumi saat ini yang semakin lama semakin memprihatinkan dengan banyaknya bencana yang terjadi di seluruh permukaannya. Namun bagaimana tanggapan para muslim yang meyakini Bumi adalah satu-satunya tempat tinggal yang disediakan Allah SWT untuk semua makhluk hidup ciptaan-Nya itu ?. Mars yang menjadi prioritas utama penelitian bagi Badan Antariksa terbesar di dunia dan Badan Antariksa Belanda dengan sebutan Mars One itu telah menanggapi berbagai penelitian yang dilakukan para ahli antariksa. Di antaranya suhu Mars yang lebih dingin dari Bumi karena letaknya lebih jauh dari matahari dibandingkan dengan letak bumi terhadap matahari, adanya air di permukaan Mars memungkinkan adanya kehidupan, perbedaan kemiringan sumbu Mars yang akan menyebabkan berlangsungnya suatu musim 1,88 tahun bumi jika dibandingkan dengan perhitungan 1 tahun Mars tersebut dianggap permukaan Mars juga dapat melangsungkan pergantian musim. Namun tak sedikit perbedaan yang menyongsong Mars terhadap Bumi yaitu adanya gaya gravitasi yang selama ini membantu penghidupan manusia di Bumi, atmosfer Mars yang lebih tipis dibandingkan dengan atmosfer Bumi dapat memudahkan cahaya matahari mencapai permukaan Mars secara langsung tanpa perantara yang cukup layaknya atmosfer Bumi yang lebih tebal, kandungan karbon dioksida yang lebih banyak pada atmosfer Mars menutup kandungan oksigen yang hanya 0,4%, serta tekanan udara Mars mempunyai perbedaan yang kontras dibandingkan dengan tekanan udara yang ada di Bumi. Dengan banyaknya perbedaan pendukung kehidupan di Mars dibandingkan dengan di Bumi akankah peradaban manusia di Mars akan terealisasi atau berhenti pada titik penelitian ilmiah saja ? Dalam al-Quran Allah mengatakan "jika kamu (manusia) dapat melewati langit-langit-Ku, maka lakukanlah. Namun kamu tidak akan dapat melakukannya, kecuali dengan kekuatan". Disini terpampang jelas bahwa tidak ada sesuatu yang mustahil bagi manusia jika ia mau berusaha. Apakah kalian tahu berapa jarak dari Bumi ke Mars? Yaitu sekitar 600 tahun cahaya perjalanan untuk menuju kesana. Dengan teknologi yang dimiliki oleh manusia saat ini, hal itu sangat mustahil dilakukan. Namun para ilmuan antariksa telah membuktikan kehebatannya dengan mengirimkan beberapa pesawat dengan tanpa awak ke Mars sebab awak pesawat yang sampai di sana tidak dapat kembali ke Bumi sehingga perjalanan tersebut lebih dikenal dengan perjalanan satu arah. Teori para ilmuwan tidak hanya sampai di situ, mereka juga mengatakan Mars adalah tempat tinggal kedua jika terjadi kiamat. Mengapa? Karena menurut mereka kiamat hanya menghancurkan bumi. Padahal tidak. Kiamat adalah hancurnya seluruh alam semesta dan matinya seluruh kehidupan yang ada. Sayangnya hal ini tidak berlaku untuk ilmu sains. Lalu bagaimana dengan firman Allah SWT yang telah menerangkan gambaran Hari Kiamat dalam surah Al Qari’ah ? “Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran, dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan.” Menurut para ilmuwan ilmu agama tidak dapat dicampur adukkan dengan ilmu sains. Tapi kita sebagai muslim harus menyeimbangkan keduanya. Dimana al-Quran sebagai pedoman hidup kita yang telah ditetapkan oleh Allah SWT sebagaimana ketetapannya tentang datangnya Hari Kiamat. Ingatlah kawan, kematian selalu mengikuti kemana tuannya pergi. Jadi untuk apa menghindar. Jika maut telah menjadi sahabat kita sejak lahir. Mungkin hanya syukurlah yang mampu membuat hati tenang.