Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

KARUT-MARUT PELAYANAN HAJI

  • Diposting Oleh Achmad Firdausi
  • Senin, 19 Mei 2025
  • Dilihat 103 Kali
Bagikan ke

Oleh: Dr. Imam Amrusi Jailani, M.Ag.

(Ketua Program Studi Doktor Ilmu Syariah Pascasarjana IAIN Madura)

Pemerintah Indonesia pada  tahun ini  memberangkatkan 221.000 jemaah haji sesuai dengan kuota yang disediakan oleh pemerintah Arab Saudi. Dari jumlah tersebut terbagi atas 201.063 jemaah reguler, 1.572 petugas haji daerah, 685 adalah pembimbing pada Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU), serta 17.680 jemaah haji khusus. Seluruh jemaah haji akan diberangkatkan secara bertahap sesuai dengan kloter atau kelompok terbang masing-masing yang terbagi menjadi dua gelombang, gelombang pertama menuju Madinah terlebih dahulu. Sedangkan gelombang kedua langsung ke Jeddah dan menuju Mekkah. Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk operasional pemberangkatan dan pemulangan jemaah haji akan berlangsung selama 30 hari. Para jemaah haji nantinya akan  mempergunakan masa tinggal jemaah haji Indonesia di Arab Saudi adalah 41 hari secara rata-rata.

Harapan dari semua pihak berharap agar seluruh jemaah haji mendapatkan pelayanan yang terbaik, baik mulai dari persiapan dengan mengadakan bimbingan manasik, di mana rangkaian haji terus berlanjut kepada pembagian kloter, serta pemberangkatan para jemaah dari tanah air ke tanah suci Makatul Mukaromah dan Madinatul Munawaroh. Itulah barangkali harapan dari semua jemaah haji, dan hal itu sudah direspon dengan baik oleh pemerintah melalui panitia penyelenggara pelaksanaan ibadah haji. Mereka bergerak dengan cepat mempersiapkan segala sesuatunya agar pelaksanaan ibadah haji pada tahun ini berjalan sesuai dengan harapan dan mendapatkan ekspektasi yang memuaskan. Akan tetapi terkadang tidak semua harapan bisa diwujudkan dan hal itu secara preventif bisa diantisipasi dengan persiapan yang matang.

Kemudian timbul semacam prahara tatkala seluruh jemaah haji sudah terbagi ke kelompok terbang masing-masing, mereka sudah terkoordinasi dengan semua jemaah dalam suatu kloter, berikut dengan tim petugas haji Indonesia dan para pembimbing. Begitu pula para pengelola Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) sudah mulai mempersiapkan pemberangkatan jemaah haji sesuai dengan kloternya masing-masing. Menjelang pemberangkatan mereka ke asrama haji, maka datanglah informasi yang menganulir keberadaan sebagian dari mereka di kloter tertentu. Sebagian dari mereka dipindahkan ke koter lain. Akhirnya mereka tidak tenang, karena sudah pada nyaman berada pada kloter yang disediakan sejak awal untuk mereka, sebelum adanya perubahan. Dengan adanya perubahan tersebut, maka sebagian dari mereka terpisah dengan sebagian yang lain. Ada sebagian jemaah dari KBIH tertentu harus terpisah dengan sebagian jemaahnya. Bahkan sebagian dari anggota keluarga terpisah dengan anggota keluarga yang lain. Bahkan riskannya ada suami yang harus dipisah dengan istrinya. Situasi seperti ini sangat tidak nyaman bagi mereka dan hal ini mendapatkan tanggapan beragam dari berbagai pihak, terutama dari para pengelola KBIH yang jemaahnya sudah dibikin korat karit terpencar ke sana sini. Sebagian ada di kloter A, sebagian di kloter B, dan yang lain lagi di kloter yang lain. Dan hal itu terjadi satu hari menjelang keberangkatan ke asrama haji. Bisa dibayangkan bagaimana paniknya mereka keluarga yang terpisah dari keluarga yang lain, suami yang terpisah dari istrinya. Dan kepanikan itu pula yang dirasakan sangat mengecewakan oleh para pengelola KBIH.

Usut punya usut, ternyata biang dari keresahan itu adalah karena adanya perubahan yang ditetapkan oleh syarikat-syarikat yang menangani jemaah haji di Arab Saudi. Mereka mungkin tanpa koordinasi terlebih dahulu dengan penyelenggara ibadah haji di tanah air, mengubah susunan atau struktur keberangkatan jemaah haji kloter demi kloter. Ditengarai oleh sebagian pihak bahwa sudah terjadi kesalahan komunikasi antara panitia penyelenggara haji di tanah air dengan syarikat syarikat yang ada di Arab Saudi.

Situasi chaos bukan hanya dialami oleh para jemaah haji yang merasakan berbeda dari penyelenggaraan haji pada tahun-tahun sebelumnya. Itu pun dirasakan oleh para petugas, baik pemandu jemaah haji maupun pembimbing ibadah haji yang menjadi tidak mengerti dengan sistem yang diterapkan pada tahun ini. Terlebih-lebih yang merasakan dampak dari perubahan sistem itu adalah para pengelola kelompok bimbingan ibadah haji yang merasa kecolongan dengan sistem yang berlaku. Mereka khawatir kehilangan kepercayaan dari para jemaahnya.

Sebagian dari mereka memberikan komentar yang negatif terhadap sistem yang diberlakukan pada penyelenggaraan ibadah haji tahun ini. Komentar senada itu dilontarkan oleh salah seorang pembimbing ibadah haji, yaitu Prof. Dr. KH. Imam Ghazali said, guru besar UIN sunan Ampel Surabaya, yang pada kali ini menjadi pembimbing ibadah haji dari kelompok bimbingan Ibadah haji Takhobbar Surabaya. Beliau mengatakan di dalam status akun facebooknya bahwa jika tidak ada evaluasi sesegera mungkin, kemungkinan pelaksanaan ibadah haji tahun 2025 ini merupakan yang terjelek sepanjang penyelenggaraan ibadah haji digelar.

Hal tersebut mungkin sangat beralasan karena adanya karut-marut dalam penyelenggaraan ibadah haji yang mulai dari sebelum pemberangkatan dari tanah air ke tanah suci Mekkah atau Madinah sudah mengalami situasi chaos. Belum lagi pelayanan yang terjadi di Arab Saudi yang dilakukan oleh para syarikah yang ternyata juga banyak dikeluhkan oleh para jemaah haji. Mereka merasa tidak puas dengan pelayanan yang ada di Arab Saudi.

Dengan adanya karut-marut penyelenggaraan ibadah haji ini, maka pihak yang berwenang harus melakukan gerak cepat mengevaluasi sedini mungkin agar karut-marut itu segera bisa diatasi, sehingga para Jemaah haji menjadi tenang melakukan ibadah haji, mumpung belum memasuki masa pelaksanaan ibadah haji yang penting yaitu wukuf di Arafah, bertolak ke Muzdalifah, dan melontar jumroh di Mina, kembali lagi ke Haram untuk melakukan thawaf ifadah dan sa’I seta rangkaian ibadah haji lainnya. Jika kondisi seperti itu segera diatasi, mungkin ketidaknyamanan itu akan segera sirna dan benang kusut sudah mulai terurai kembali dan jemaah haji bisa melakukan ibadah dengan tenang, khusuk, sehingga hajinya menjadi mabrur.

 


Editor: Achmad Firdausi