Dosen IAIN Madura dan UIN KHAS Jember Berbagi Wawasan di Seminar Internasional Universitas Istanbul
- Diposting Oleh Achmad Firdausi
- Kamis, 31 Oktober 2024
- Dilihat 83 Kali
Istanbul, Turki – Dalam upaya memperkuat jejaring akademik dan kolaborasi internasional, dua dosen perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN) Indonesia, Muhammad Taufiq Ahaz dari IAIN Madura dan Muhammad Fauzinudin Faiz dari UIN KHAS Jember, diundang sebagai pembicara seminar di Universitas Istanbul, Turki.
Kehadiran mereka dalam program Istanbul Sharia & Social Development Fellowship (ISSDF) merupakan bagian dari program visiting fellowship hasil kolaborasi internasional LITAPDIMAS Kementerian Agama Republik Indonesia. Dalam kesempatan ini, keduanya mempresentasikan riset tentang perbandingan kebijakan fikih mitigasi dan otoritas fatwa selama pandemi, dengan studi kasus Indonesia, Turki, dan Maroko.
Seminar ini menarik minat besar dari kalangan mahasiswa dan akademisi Fakultas Ilahiyat Universitas Istanbul. Dengan tema yang mengedepankan pendekatan lintas negara terhadap fikih mitigasi di masa pandemi, para pembicara menawarkan wawasan mendalam tentang peran otoritas keagamaan dalam mendukung kebijakan kesehatan masyarakat.
Muhammad Taufiq Ahaz, yang juga menjabat sebagai Direktur International Office IAIN Madura, menguraikan kebijakan Turki di bawah otoritas Diyanet, lembaga agama negara yang bertindak sentral dalam panduan-panduan fikih dan kebijakan mitigasi. "Kekuatan otoritas Diyanet memungkinkan kebijakan agama berjalan seiring dengan kebijakan kesehatan publik, memberikan panduan yang jelas dan seragam bagi masyarakat," jelasnya.
Sementara itu, Muhammad Fauzinudin Faiz menjelaskan pendekatan plural yang diterapkan di Indonesia, di mana sejumlah ormas Islam besar seperti MUI, NU, dan Muhammadiyah, turut mengeluarkan fatwa yang beragam sesuai kebutuhan masyarakat setempat. “Keragaman ini memberikan fleksibilitas bagi umat Islam Indonesia, namun kadang menghadirkan tantangan dalam penerapan kebijakan yang seragam,” ungkapnya.
Prof. Ziyad Ravasdeh, Guru Besar Fakultas Ilahiyat Universitas Istanbul, yang bertindak sebagai moderator, menyampaikan apresiasi atas diskusi yang disampaikan. Beliau menyoroti bagaimana riset ini tidak hanya berfokus pada kebijakan mitigasi tetapi juga merambah isu hak asasi perempuan di negara-negara Muslim.
Antusiasme juga ditunjukkan para mahasiswa Fakultas Ilahiyat ketika mendiskusikan peran Raja Maroko sebagai Amir al-Mu'minin yang memiliki otoritas kuat dalam kebijakan agama dan negara, seperti disampaikan Mas Taufiq. Program fellowship ini diharapkan dapat membuka wawasan lintas negara dalam memahami integrasi agama dan kesehatan masyarakat serta memberikan kontribusi penting dalam kajian hukum Islam.
Dalam rangkaian program ini, Taufiq dan Faiz akan mempublikasikan hasil riset mereka di jurnal internasional, yang diharapkan dapat menjadi referensi akademik dalam menghadapi tantangan kesehatan di masa depan. Seminar ini menjadi bukti nyata pengakuan internasional terhadap peran akademisi Indonesia dalam mengembangkan kajian Islam kontemporer yang relevan dengan situasi global.
Editor: Achmad Firdausi Fotografer: Istimewa